26 diharapkan akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat
mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer dari pemerintah pusat. Rendahnya ketergantungan terhadap transfer dari pemerintah pusat
menunjukkan daerah tersebut adalah daerah yang mandiri. Hal ini memungkin daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah bersumber
dari Pendapatan Asli daerah.
2.1.7 Leverage
Analisis keuangan adalah usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Bagi perusahaan swasta lembaga
yang besifat komersil analisis rasio keuangan pada umumnya terdiri dari likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas. Menurut Halim 2002:127 penggunaan
analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai
nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien dan akuntabel
analisa rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.
Menurut Hadi 2010 salah satu rasio atau perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah yang dapat digunakan adalah leverage. Leverage
menggambarkan besarnya utang pemerintah dari pihak eksternal dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
27 dengan modal sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa jika jumlah utang
pemerintah lebih besar daripada modal sendiri maka dapat dikatakan bahwa keuangan daerah lebih banyak bersumber dari pihak eksternal seperti pemerintah
pusat, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank maupun masyarakat melalui penawaran obligasi daerah. Leverage dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio
DER melalui rumus sebagai berikut. DER =
��������� ������� ����
� 100 Semakin besar rasio Leverage menunjukkan bahwa daerah membutuhkan
dana yang bersumber dari pihak eksternal untuk membiayai operasionalnya. Sebaliknya semakin kecil rasio Leverage maka semakin besar kemampuan entitas
dalam membiayai operasionalnya melalui dana internalnya. Dengan kata lain semakin besar leverage yang dimiliki suatu entitas maka semakin rendah tingkat
kemandirian keuangan daerah tersebut dan sebaliknya.
2.1.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar daerah di Indonesia memiliki tingkat kemampuan yang rendah dalam meningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan ketergantungan pada bantuan dari pemerintah pusat masih tinggi.
Hadi 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Likuiditas dan Leverage Terhadap Kemandirian Daerah Studi Terhadap Laporan Keuangan
Universitas Sumatera Utara
28 Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2007 di Wilayah Provinsi Aceh menemukan
bahwa Likuiditas, Leverage baik secara parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan positif terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah wilayah
Provinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Likuiditas dengan rasio lancar dan Leverage secara bersama-sama terhadap kemandirian daerah
adalah sebesar 52 persen sedangkan secara parsial likuditas berpengaruh terhadap kemandirian daerah pada pemerintah daerah dalam wilayah Provinsi Aceh sebesar
74,3 persen dan leverage secara parsial berberpengaruh terhadap kemandirian daerah pada pemerintah daerah dalam wilayah Provinsi Aceh sebesar 2.2 persen.
Selain itu, dalam penelitiannya Ikasari 2015 yang berjudul Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal Terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah di D.I Yogyakarta menunjukkan bahwa DAU dan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah
sedangkan DAK memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
Imawan dan Wahyudi 2014 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2010-2012
membuktikan bahwa secara parsial variabel Belanja Modal dengan arah negatif berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Ukuran, wealth berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah, sedangkan Leverage tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Namun secara simultan
Universitas Sumatera Utara
29 ukuran, wealth, leverage dan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian keuangan daerah. Marizka 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat Tahun 2006-2011 menunjukkan bahwa
PAD berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah, DBH dan DAU tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah dan DAK berpengaruh
signifikan negatif terhadap kemandirian keuangan daerah. Nur’ainy, Desfitrina dan Utomo 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Kota di Jawa Barat menemukan bahwa secara parsial maupun simultan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah.
Berikut disajikan ikhtisar beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ikhtisar Tinjauan Peneliti Terdahulu
N o
Nama dan
tahun Variabel
Penelitian Indikator
Hasil Penelitian
1 Hadi 2010
Variabel dependen:
Kemandirian Keuangan
Daerah.
Variabel Independen:
Rasio Kemandirian =
��������� ��� ���+����� −����� ���−����� ����� �����
Rasio Lancar =
������ ������ −���������� ����� ������ ������
Likuiditas, leverage
baik secara parsial
maupun simultan
berpengaruh secara
signifikan
Universitas Sumatera Utara
30
Rasio Likuiditas,
Leverage Leverage =
����� ������ ������� ����
positif terhadap
tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah
wilayah Provinsi
Aceh
2 Ikasari 2015
Variabel dependen
Kemandirian
Keuangan Daerah
Variabel Independen :
DAU, DAK, Belanja Modal
1. Rasio Kemandirian =
��������� ��� ����� ���������� ����� ℎ
2. DAU =
��� ����� ���������� ����� ℎ
3. DAK =
��� ����� ���������� ����� ℎ
4. Belanja Modal = Belanja Modal =
Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja gedung dan
bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja Aset Tetap
lainnya DAU dan
Belanja Modal
berpengaruh positif
terhadap tingkat
kemandirian keuangan
daerah sedangkan
DAK memiliki
pengaruh negatif.
3 Imawan dan
wahyud in
2014 Variabel
dependen: Kemandirian
Keuangan Daerah
Variabel Independen:
Ukuran, Wealth,
Belanja Modal,
Leverage 1.
Rasio Kemandirian Daerah =
��������� ��� ����� ���������� �����
ℎ
2. Ukuran = Total Aset
3. Wealth = Nilai PDRB menurut
harga konstan 4.
Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin +
Belanja gedung dan bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
+ Belanja Aset Tetap lainnya
5. Leverage =
������ �������
Ukuran, wealth
berpengaruh positif
terhadap kemandirian
keuangan daerah,
sedangkan leverage dan
belanja modal tidak
berpengaruh terhadap
kemandirian
Universitas Sumatera Utara
31
keuangan daerah.
Namun secara
simultan ukuran,
wealth, leverage dan
belanja modal
berpengaruh terhadap
kemandirian keuangan
daerah.
4 Marizka 2013
Variabel dependen:
Kemandirian Keuangan
Daerah
Variabel Independen
PAD, DBH,
DAU, DAK 1.
Rasio Kemandirian =
��� ������� ��������� ℎ
2. PAD =
��� ����� ���������� ����� ℎ
3. DBH =
��� ����� ���������� ����� ℎ
4. DAU =
��� ����� ���������� ����� ℎ
5. DAK =
��� ����� ���������� ����� ℎ
PAD berpengaruh
positif terhadap
kemandirian keuangan
daerah, DBH dan
DAU tidak berpengaruh
terhadap kemandirian
keuangan daerah dan
DAK berpengaruh
signifikan negatif
terhadap kemandirian
keuangan daerah.
5 Nur’ain y,
Desfitri na dan
Utomo Variabel
dependen: Kemandirian
Keuangan Daerah
1. Keuangan Daerah Y =
��� ���
�100 2.
Pertumbuhan Ekonomi =
����1−����0 ����0
�100 Pertumbuha
n Ekonomi dan PAD
baik secara parsial
maupun
Universitas Sumatera Utara
32
2013 Variabel
Independen :Pertumbuhan
ekonomi, PAD
3. Pendapatan Asli Daerah = Realisasi
PAD dalam rupiah simultan
berpengaruh terhadap
tingkat kemandirian
keuangan daerah pada
Kota di Jawa Barat.
2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.2.1. Kerangka Konseptual