40
Pada penelitian lain disebutkan penggunaan air bersih dalam rumah tangga juga bisa mencegah terjadinya diare, mengingat ada beberapa penyakit yang dapat
ditularkan melalui air, yaitu diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, dan penyakit mata Kemenkes, 2011. Jadi, apabila air yang digunakan memenuhi
syarat kualitas air, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan jarak antara pembuangan sampah dan pembuangan tinja minimal 10 meter dari sumber air.
Hal ini akan mengurangi tercemarnya air dari bakteri patogen Rahmah, 2007. Penelitian lain dilakukan mendapatkan hasil bahwa sarana air yang
berjarak kurang dari 10 meter dari sumber pembuangan tinja atau pembuangan sampah, tidak ada saluran pembuangan air, lantai yang mengitari sumber air,
khususnya sumur tidak disemen atau adanya lantai yang mengitari sumur yang retak akan meningkatkan pencemaran agen patogen terhadap air. Hasil penelitian
terhadap kualitas bakteriologis air bersih di Jakarta diperoleh sebanyak 24 air permukaan tercemar fecal coliform, dan hanya 3 dari air PDAM yang tercemar
Hannif et al., 2011
5.4.4. Hubungan Perilaku Penggunaan Jamban dengan Terjadinya Diare pada Balita
Berdasarkan penelitian didapatkan 17 balita dari 19 balita yang mengalami diare mendapat perilaku pengasuhan tidak baik dari segi penggunaan jamban. Dan
dari hasil analisis data didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara penggunaan jamban dengan terjadinya diare p value 0,001. Dari hasil
wawancara dengan responden, terdapat delapan responden bermukim di pinggiran sungai, dan tiga diantaranya menggunakan jamban di pinggiran sungai. Terdapat
responden yang menganggap bahwa tinja balita tidak terlalu mengkontaminasi sehingga dimanapun balita buang air besar di dalam rumah tidak dibersihkan
dengan baik. Hal ini sama dengan studi metaanalisis yang dilakukan terhadap beberapa
negara, untuk Indonesia disebutkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara penggunaan jamban dengan terjadinya diare pada balita dengan risk ratio
CI 95 4,63 3,25 – 6,59 Gil et al., 2004.
Universitas Sumatera Utara
41
Begitu juga dengan pembuangan tinja yang tidak baik dalam hal pembuatan jamban yang tidak benar, jamban berada di luar rumah, dan jarak jamban yang
dekat dengan sumber air akan meningkatkan insisden terjadinya penyait menular, terutama diare Rahmah, 2007.
Dari data beberapa negara disebutkan bahwa penggunaan jamban yang memenuhi syarat akan menurunkan risiko terjadinya diare, dimana syarat tersebut
adalah : setiap keluarga memiliki jamban sendiri di dalam rumah, jamban harus berfungsi dengan baik, membersihkan jamban secara teratur, dan menggunakan
alas kaki bila akan buang air besar Kemenkes, 2011. Dan terdapat banyak penyakit yang bisa dicegah dengan penggunaan jamban yang baik, diantaranya
hookworm, schistomiasis, leishmaniasis Action FAIM, 2007.
5.4.5. Hubungan Perilaku Pengelolaan Sampah dengan Terjadinya Diare pada Balita
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa p value antara pengelolaan sampah dan diare adalah 0,001 0,005, hal ini berarti terdapat hubungan antara
pengelolaan sampah dengan terjadinya diare balita. Data dari penelitian mendapatkan 16 balita mengalami diare karena pengelolaan sampah yang tidak
baik. Terdapat responden yang membiarkan sampah tertumpuk baru dikeluarkan dari rumah, sementara responden yang pengelolaan sampahnya baik membuang
sampah sekali sehari dari dalam rumah. Hampir seluruh responden 97 orang tidak membedakan sampah kering dan sampah basah. Terdapat 2 responden yang
membuang sampah di sungai dan yang lain membuang sampah ke tempat pembuangan akhir atau dengan membakarnya sendiri. Responden yang membakar
sampah sendiri biasa melakukannya setiap hari, paling lama dua atau tiga hari dibakar setelah dibiarkan menumpuk, dan yang membuang sampah ke tempat
pembuangan sampah akhir biasanya membiarkannya di lingkungan rumah sampai pengangkut sampah datang.
Seperti yang dipaparkan oleh World Health Organization WHO dan Un
ited Nations Children’s Fund UNICEF, bahwa beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengurangi kejadian diare adalah dengan membersihkan
Universitas Sumatera Utara
42
lingkungan dan memberi motivasi kepada setiap komunitas, termasuk pengasuh balita untuk secara konsisten menerapkan perilaku pengasuhan hidup bersih dan
sehat WHO, 2009. Dari penelitian yang dilakukan Siti Rahmah Tahun 2007, didapatkan bahwa
pengelolaan sampah yang tidak baik dapat menyediakan tempat yang baik bagi agen dan vektor penyakit untuk berkembang biak, sehingga insiden penyakit,
seperti diare bisa meningkat Rahmah, 2007. Pengelolaan sampah merupakan salah satu perilaku yang harus diperhatikan,
karena apabila pengelolaan sampah baik, maka akan mengurangi insiden penyakit, termasuk diare. Sampah merupakan sumber berbagai penyakit dan tempat
berkembang biaknya vektor seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya. Apabila pengelolaan sampah dilakukan dengan baik dengan menyediakan tempat
sampah di dalam rumah, dikumpulkan dan dibuang setiap hari ke penampungan sampah maupun dibakar, maka akan mengurangi dan mematikan vektor sehingga
vektor tidak sempat menularkan agen penyakit ke makanan dan minuman manusia Kemenkes, 2011.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan