43
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku pengasuhan balita mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap terjadinya diare akut pada balita. 2.
Perilaku pengasuhan ibu terhadap balita di Kecamatan Delitua pada umumnya baik, yaitu 67 69,1 responden.
3. Dari 30 30,9 responden dengan perilaku pengasuhan tidak baik,
terdapat 19 63,3 responden dengan balita mengalami diare, dan 11 36,7 responden dnegan balita tidak mengalami diare.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan
dengan diare pada balita. 5.
Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kebiasaan makan dengan diare pada balita.
6. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan air dengan
diare pada balita. 7.
Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan jamban dengan diare pada balita.
8. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku pengelolaan sampah
dengan diare pada balita.
6.2. Saran
Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran
tersebut adalah : 1.
Perlunya edukasi dan sosialisasi secara berkala, juga motivasi yang tinggi dari pusat pelayanan kesehatan, terutama tingkat primer bagi para ibu,
Universitas Sumatera Utara
44
mengenai perilaku pengasuhan balita yang baik dan sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Perlunya kontrol yang teratur dari semua lini masyarakat terutama pihak
pelayanan kesehatan terhadap kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare 2.1.1. Pengertian Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu “diarroi” yang artinya mengalir terus, yang merupakan keadaan abnormal dalam pengeluaran feses yang
frekuensinya tinggi Sinthamurniwaty, 2006. Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Menurut Ilmu Kesehatan
Anak FKUI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diare berarti keadaan dimana buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, dimana untuk bayi berumur lebih dari satubulan dan anak, frekuensinya lebih dari tiga kali sehari Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, 1985. Menurut Riskesdas diare adalah gangguan buang air besar BAB ditandai
dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir Riskesdas, 2013.
Dapat disimpulkan bahwa, seseorang dikatakan diare apabila mendapat kondisi, seperti : peruahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, frekuensi
yang lebih atau sama dengan tiga kali sehari, dan disertai atau tidak dengan darah atau lendir.
2.1.2. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Semua anak yang berumur di bawah lima tahun
pernah mengalami episode diare di dalam hidupnya. Dan, untuk anak di bawah lima tahun, diare adalah penyebab kematian kedua setelah pneumonia.
Berdasarkan Riskesdas 2013, menurut karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok umur yang paling tinggi menderita diare, wilayah
tempat tinggal di kota atau di desa tidak banyak memberikan perbedaan terhadap
Universitas Sumatera Utara
6
terjadinya diare, dan diare banyak didapatkan pada kalangan ekomoni rendah ke menengah Riskesdas, 2011.
2.1.3. Klasifikasi
Berdasarkan episode terjadinya diare, diare dapat di klasifikasikan ke dalam empat kelompok. Seperti yang tertera pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.1. Klasifikasi Diare
2.1.4. Etiologi
Dengan kemajuan teknologi saat ini, khususnya di bidang laboratorium, kuman-kuman patogen telah diidentifikasi dari penderita diare yang datang ke
sarana pelayanan kesehatan, untuk di negara berkembang, umumnya kuman patogen penyebab diare akut adalah Rotavirus, E.Coli, Shigella, Campylobacter
jejuni, dan Cryptosporodium. Dan terdapat lebih kurang 25 jenis mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan diare pada anak, baik dari golongan bakteri,
virus, dan parasit Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI, 2009. Diare
Diare akut Diare kronik
Disentri Diare
persisten Diare tidak
lebih dari 14 hari
Durasi diare lebih dari 14
hari dengan etiologi non-
Diare yang disertai oleh
darah Bermula
dari diare akut,
kemudian berlanjut
hingga lebih dari 14 hari
Universitas Sumatera Utara
7
Berikut beberapa agen penyebab diare yang tercatat dalam World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012 :
Tabel 2.1. Agen Penyebab Diare Bakteri
Virus Parasit
Diarrheagenic E. Coli Rotavirus
Protozoa Campylobacter jejuni
Norovirus calicivirus Crytosporidium parvum
Vibrio Cholerae O1 Adenovirus
serotype 4041 Giardia intestinalis
V. Cholerae O139 Astrovirus
Microsporida Shigella species
Cytomegalovirus Entamoeba histolytica
V. Parahaemolyticus Isospora belli
C. Coli Cyclospora ceyetanensis
C. Upsaliensis Dientamoeba fragilis
Nontyphoidal salmonellae
Blastocystis hominis
Clostridium difficile Helmintes
Yersina enterocolitica Strongyloides stercoralis
Y. Pseudotuberculosis Angiostrongylus
costaricensis Schistosoma mansoni, S.
Japonicum
2.1.5. Mekanisme Diare
Menurut Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI tahun 2009, terdapat 6 mekanisme terjadinya diare, yaitu :
1. Gangguan Absorpsi atau Diare Osmotik
Gangguan absorpsi disini adalah terjadinya penurunan fungsi absorpsi sehingga volume cairan lebih banyak di dalam lumen usus. Hal ini bisa disebabkan oleh
celiac sprue, konsumsi magnesium hidroksida, defisiensi sukrase-isomaltase, dan
Universitas Sumatera Utara
8
banyaknya bahan yang tidak diserap sehingga bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas.
2. Malabsorpsi Umum
Malabsorpsi ini disebabkan oleh kerusakan sel yang secara normal menyerap Natrium Na dan air, yang dikarenakan oleh virus atau kuman, seperti
Salmonella, Shigella atau Campylobacter.ini juga bisa rusak karena inflammatory bowel disease, toksin dan obat-obat tertentu.
3. Gangguan Sekresi atau Diare Sekretorik
Terjadinya sekresi berlebih dari intestinal sehingga terjadi diare bisa disebabkan hiperplasia kripta akibat penyakit apapun.
4. Diare akibat Gangguan Peristaltik
Perubahan motilitas dari usus, baik peningkatan motilitas maupun penurunan motilitas mampu menyebabkan diare. Peningkatan motilitas menyebabkan
menurunnya waktu absorpsi dari usus sehingga banyak cairan di lumen usus, sedangkan penurunan motilitas menyebabkan semakin tumbuhnya bakteri dan
perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi.
5. Diare Inflamasi
Keadaan seperti kehilangan sel epitel, kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah, dan lymphatic menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein, sel-sel darah menumpuk pada lumen sehingga mengganggu proses absorpsi.
6. Diare terkait imunologi
Hal ini terkait dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV.Reaksi I yaitu reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.Reaksi III misalnya pada
penyakit gastroenteropati.Dan reaksi IV terdapat pada celiac disease, dan protein loss enteropaties.Yang keadaan tersebut diatas memicu terjadinya diare.
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.6. Faktor Resiko
Diare disebabkan oleh beberapa jenis mikroorganisme, tetapi hal tersebut tidak menjamin seseorang akan menderita diare, ada faktor-faktor yang bisa
menyebabkan seseorang beresiko diare, faktor resiko diare bisa dikelompokkan menjadi 3, yaitu : faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor penjamu
Adisasmito, 2007. 1.
Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan sangat berperan terhadap terjadinya diare pada anak, baik
dari kondisi di lingkungan maupun perilaku orang-orang yang ada di lingkungan. Menurut Makara Kesehatan Vol. 11 tahun 2007, kondisi lingkungan yang rentan
menyebabkan diare adalah sarana air bersih yang kurang, pembuangan jamban yang tidak baik, saluran pembuangan air limbah yang dekat dengan masyarakat
dan kondisi rumah yang jauh dari higenitas. Dan menurut Sinthamurniwaty tahun 2006, bagaimana orang-orang yang ada di lingkungan juga berperan terhadap
terjadinya diare pada anak, naik itu pengetahuan dari pengsuhnya atau perilaku- perilaku pengasuhan anak tersebut.Dikatakan bahwa, perilaku seperti mencuci
tangan yang tidak baik, sebelum makan, atau sesudah BAK dan BAB, tidak mencuci peralatan dan bahan makanan, dapat menyebabkan terjadinya diare
Sinthamurniwaty, 2006.
2. Faktor Individu
Yang tidak kalah penting dari faktor resiko diare adalah faktor individu dari penderita sendiri, bagaimana status imunisasi, keadaan sehat atau tidaknya anak,
status gizi yang kurang, tidak ada atau sedikitnya waktu pemberian ASI dapat menjadi pemicu dari terjadinya diare pada balita.
3. Faktor Penjamu
Faktor penjamu yang dimaksudkan adalah jenis dan keadaan mikroorganisme penyebab diare, jika struktur mikroorganisme penyebab diare kompleks,
ketahanan mikroorganisme tersebut baik, makan akan sering memicu terjadinya diare.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.7. Terapi
Departemen Kesehatan RI membuat panduan tata laksana pengobatan diare pada balita dengan merujuk pada panduan WHO World Health Organization
adalah sebagai berikut : 1.
Rehidrasi dengan Menggunakan Oralit Baru Diare adalah kondisi dimana seseorang akan kehilangan banyak cairan dari
tubuhnya, oleh karena itu perlu direhidrasi dengan larutan osmolaritas rendah karena dengan larutan osmolaritas rendah mendekati omolaritas
plasma, sehingga jarang menyebabkan hypernatremia. Berikut komposisi oralit baru menurut WHO yang terdapat dalam buku ajar Gastroenterologi-
Hepatologi anak :
Tabel 2.2. Komposisi Oralit Oralit Osmolaritas Rendah
MmolL
Natrium 75
Klorida 65
Glukosa 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total 245
Dengan ketentuan pemberian sebagai berikut : 1.
Sediakan 2 bungkus oralit. 2.
Larutkan satu bungkus dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam.
3. Berikan larutan oralit setiap kali anak buang air besar dengan
ketentuan, anak berumur 2 tahun : 50-100ml tiap BAB, 2 tahun atau lebih berikan 100-200ml tiap BAB.
4. Jika dalam 24 jam larutan oralit masih tersisa, maka harus dibuang.
2. Zinc Diberikan Selama 10 Hari Berturut-turut
Zinc berperan dalam mengurangi lama dan beratnya diare, beberapa
Universitas Sumatera Utara
11
penelitian menyebutkan pemakaian zinc di awal hingga 10 hari diare bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat diare. Karena dari segi
fisiologis,zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan sel, adaptasi gelap, dan
pengecapan. Selain itu zinc juga bisa mengembalikan nafsu makan anakBuku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, 2009.
Dosis zinc untuk anak : 6bulan 10 mg per hari, 6bulan 20 mg per hari.
3. ASI dan Manakan Tetap Diteruskan
Pemberian ASI dan makanan sesuai dengan menu yang sama ketika anak sehat membantu agar anak tidak kehilangan berat badan dan pengganti
nutrisi tidak hilang.
4. Antibiotik Selektif
Antibiotiktidak boleh diberikan kepada anak penderita diare kecuali ada indikasi, misalnya diare berdarah, atau korela. Karena pemberian
antibiotik tanpa indikasi akan mengganggu keseimbangan flora usus yang dapat memperpanjang episode diare.
Berikut beberapa contoh Antimikroba selektif WHO,2012 :
Universitas Sumatera Utara
12
Tabel 2.3. Antimikroba Selektif dalam Terapi Diare Mikroorganisme
Obat dosis
Cholera Azithromycin 20 mgKgBB dosis
tunggal Ciprofloxacin 15 mgKg setiap 12
jam selama 3 hari – lebih 3 hari
berikan dosis multipel
Shigella Dysentry Ciprofloxacin 15mgKgBBx
– 2 x sehari dalam 5 hari
Toksis untuk anak diganti menjadi
Cefixime 4
mgKgBBx – 2 x sehari
dalam 3-5 hari Ceftriaxone 50-100 mgKg 1 x
sehari IM selama 2-5 hari Pivmecillinam 20 mg?kg 4 x sehari
selama 5 hari Amoebiasis
Metronidazole 10 mgKgBBx – 3
x sehari dalam 5 hari Giardiasis
Metronidazole 5 mgKgBBx – 3 x
sehari dalam 5 hari Campylobacter
Azithromycin 30 mgKg dosis tunggal segera setelah onset
Sumber :World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012
5. Nasihat kepada Orangtua
Nasihat kepada orangtua sangat penting dilakukan pada setiap kasus diare, nasihat yang diberikan meliputi tindak lanjut dari diare ataupun
pencegahan terjadinya diare yang meliputi perilaku bersih dan sehat karena perilaku pengasuhan terhadap balita sangat berperan terhadap
kesehatan seorang balita.
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.8. Pencegahan
Upaya pencegahan tetaplah lebih baik daripada mengobati, pencegahan terhadap diare sendiri bisa dilakukan dengan mencegah faktor-faktor resiko dari
diare. Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya diare adalah meningkatkan daya tahan tubuh individu agar terhindar dari faktor penjamu,
seperti memberikan imunisasi, pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI yang benar di waktu yang tepat, perilaku hidup bersih dan sehat, baik
perilaku orang-orang di lingkungan maupun kondisi lingkungan yang bersih dan sehatSinthamurniaty, 2006.
2.2. Perilaku Pengasuhan 2.2.1. Pengertian Perilaku dan Pengasuhan
Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku lebih
menitikberatkan kepada tindakan-tindakan yang dilakukan, baik itu tindakan yang benar atau tidak.Setiap manusia dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari suatu
perilaku, mulai tidur, bangun, hingga tidur lagi adalah suatu perilaku.Termasuk perilaku pengasuhan orang tua terhadap anaknya.Dan pengertian pengasuhan
menurut KBBI yaitu, pengasuhan adalah proses, cara, perbuatan mengasuh, yaitu, menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2014. Perilaku pengasuhan orang tua terhadap anaknya diharapkan menerapkan
perilaku hidup sehat dan bersih. Karena dengan perilaku pengasuhan yang sehat dan bersih akan menghindarkan dari berbagai penyakit, sehingga setiap anak bisa
tumbuh dan berkembang dengan sehat.
2.2.2. Komponen Perilaku
Menurut Skinner yang dikutip oleh Soekidjo Notoadmodjo, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap suatu rangsangan. Perilaku
dapat dikelompokkan menjadi dua :
Universitas Sumatera Utara
14
1. Perilaku tertutup, terjadi jika respon terhadap rangsangan masih belum
bisa diamati oleh orang lain secara jelas. Respon ini bisa dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap terhadap rangsangan. Dan
beberapa respon ini bisa diamati dari luar sebagai bentuk pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka, jika respon terhadap rangsangan berupa suatu tindakan
yang bisa diamati orang lain dari luar.
2.2.3. Pengertian Perilaku Sehat dan Bersih
Seperti yang tertera dalam artikel “5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” yang dikeluarkan oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health melalui
UNICEF United Nations International Children’s Emergency Fund, faktor
perilaku adalah salah satu komponen dari faktor yang mempengaruhi kesehatan.Faktor perilaku disini menitikberatkan kepada perilaku hidup sehat dan
bersih.Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegahrisiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat Depkes RI, 2010. Sedangkan perilaku hidup sehat dan bersih adalah wujud
keberdayaan masyarakat yang sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku sehat dan bersih Depkes RI, 2010.
Seperti halnya, suatu perilaku yang mengandung unsur pengetahuan, sikap, dan tindakan, begitu juga dengan perilaku kesehatan.Becker membagi komponen
perilaku hisup bersih dan sehat ke dalam tiga bentuk, yaitu : a.
Pengetahuan kesehatan, yang mencakup apa yang diketahui seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.
b. Sikap, sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. c.
Praktik kesehatan, adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka memelihara kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
15
Perilaku kesehatan mencakup berbagai hal yang mendukung hidup sehat, baik dari segi jasmani dan rohani. Dan untuk membantu menegakkan kesehatan
jasmani, artikel “5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” yang dikeluarkan oleh Johns
Hopkins Bloomberg School of Public Health melalui UNICEF United Nations International Children’s Emergency Fund, memfokuskan lima komponen
perilaku hidup bersih dan sehat seperti yang tertera pada Tabel 2.4 di bawah ini :
Tabel 2.4. Lima Perilaku Higienitas
5 Perilaku Higienitas 1. Cuci tangan pakai sabun
2. Gunakan air bersih, aman, bebas kuman dan bakteri
3. Buang air besar di WC 4. Makanan siap langsung disantap,
jangan simpan terlalu lama 5. Buang sampah di tempat sampah,
sampah diolah dan dipisahkan untuk didaur ulang
Sumber : Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health melalui UNICEF United Nations International Children’s Emergency Fund
1. Cuci Tangan Pakai Sabun
Mencuci tangan adalah salah satu cara untuk mencegah masuknya bakteri atau kuman ke tubuh, mencuci tangan yang benar adalah dengan
menggunakan sabun lalu membilas dengan air mengalir, tidak memasukkan tangan ke dalam wadah air, karena dengan memasukkan tangan ke dalam
wadah air akan mencemari air yang terdapat dalam wadah. Terdapat lima saat penting melakukan cuci tangan memakai sabun, yaitu :
sebelum makan, sebelum menghidangkan makanan, sebelum memberi makan bayi, setelah dari WC, dan setelah memegang hewan.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Gunakan Air Bersih, Aman, Bebas Kuman dan Bakteri
Air adalah salah satu sarana bagi kuman dan bakteri masuk ke dalm tubuh manusia. Air bersih sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, air yang
terlihat jernih dan bening belum tentu bersih dan bebas dari kuman. Berikut adalah beberapa cara untuk mendapatkan air bersih :
1. Air direbus sampai mendidih, kemudian dibiarkan dalam keadaan
mendidih selama 2 menit. 2.
Tambahkan bahan pembunuh kuman ke dalam air. 3.
Air kemasan dengan merek yang jelas dan mendapat izin dari badan Pengawasan Obat dan Makanan.
3. Buang Air Besar di WC
Kotoran manusia adalah gudangnya bakteri dan kuman penyebab penyakit, dengan membuang kotoran tidak pada tempatnya, seperti sungai dan
air tenang, akan mencemari tempat tersebut, maka membuang kotoran, baik buang air besar dan buang air kecil seharusnya pada tempat yang disediakan.
4. Makanan Siap Langsung Disantap, Jangan Simpan Terlalu Lama
Makanan yang disimpan terlalu lama akan rusak atau basi, dan makanan yang terhidang lama akan dicemari oleh kuman yang di bawa oleh udara.
Biasakan juga untuk mencuci bahan makanan sebelum dimasak, mencuci peralatan masak dan makan yang digunakan, dan jika harus menunggu untuk
dimakan, maka biasakan menutup makanan tersebut dengan tudung saji.
5. Buang Sampah di Tempat Sampah, Sampah Diolah dan Dipisahkan untuk
Didaur Ulang Sampah adalah sumber penyakit, kuman-kuman sangat senang
berkembang biak pada sampah, maka dengan membuang sampah sembarangan, membiarkan sampah menumpuk dan tidak terurus, maka akan
memberi peluang untuk kuman berkembang biak.
Universitas Sumatera Utara
17
2.3. Perilaku dan Terjadinya Diare
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa perilaku sangat berperan dalam menentukan kesehatan manusia, perilaku yang bersih dan sehat
akan membuat hidup manusia sehat dan lebih berkualitas, sebaliknya, perilaku yang menyimpang dari perilaku hidup bersih dan sehat akan berpotensi
menyebabkan penyakit, termasuk diare. Berikut gambaran dari perilaku higienitas dapat menghentikan masuknya kuman ke dalam tubuh :
Sumber :Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health melalui UNICEFUnited Nations International Ch
ildren’s Emergency Fund
Gambar 2.2. Perilaku higienitas menghentikan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang