Committee on anti dumping practices komite praktik anti dumping
Article 17 Consultation and dispute Settlement konsultasi dan penyelesaian
sengketa −
Part III Bagian III Article 18
Final provisions ketentuan-ketentuan akhir
B. Pengaturan Anti Dumping Di Indonesia
Dengan meratifikasi Agreement Establishing WTO, Indonesia secara sekaligus telah meratifikasi pula Anti Dumping Code 1994 yang merupakan salah
satu dari multilateral Trade Agreement. Sesuai dengan komitmen Indonesia sejalan dengan kebijaksanaan meratifikasi Agreement Estabilishing WTO langkah
selanjutnya adalah melebur beberapa ketentuan yang berhubungan dengan anti dumping kedalam Undang-Undang kemudian penyebutan penulisannya disingkat
No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Ketentuan anti dumping menurut UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan tersebut tertera pada Bab IV mengenai Bea
Masuk Anti-Dumping mulai dari Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 dan Bea Masuk Imbalan yang terdiri dari Pasal 21 sampai dengan Pasal 23.
Untuk melaksanakan amanat yang digariskan oleh UU Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan maka dibuatlah Peraturan Pelaksanaan melalui Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah PP Nomor 34 tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan.
Kemudian selanjutnya, ketentuan mengenai pengaturan anti dumping yang terkait pada UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan tersebut dirubah dengan UU
No 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
UU Nomor 17 Tahun 2006 mempertahankan beberapa ketentuan dalam pasal dan mengubah secara sebagian parsial ketentuan pasal UU Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan. Mengubah secara sebagian parsial yang sebagaimana disebutkan dalam ketentuan-ketentuan tersebut adalah dalam arti menambah atau
menghapuskan beberapa pasal atau ayat didalamnya.
28
− Dalam UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan pada Bab IV
judul bab tertulis; “Bea Masuk Anti-Dumping Dan Bea Masuk Imbalan”;
Khusus hal-hal terkait dalam masalah Bea Masuk Anti-Dumping dan Be Masuk Imbalan terjadi perubahan yang
prinsipil, yakni sebagai berikut:
− Judul Bab IV yang seperti tersebut dalam UU Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan, bahwa dalam UU Nomor 17 Tahun 2006 Bab IV tersebut diubah sehingga berbunyi: “Bea Masuk Anti-Dumping, Bea
28
Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan Dalam GATT dan WTO, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal 130.
Universitas Sumatera Utara
Masuk Imbalan, Bea Masuk Tindakan Pengamanan, Dan Bea Masuk Pembalasan”.
Berdasarkan dari uraian diatas, bahwa UU Nomor 17 Tahun 2006 memperluas ruang lingkup pengaturan tindakan pengamanan perdagangan dengan
memasukkan 2 dua ketentuan baru, yakni; Bea Masuk Tindakan Pengamanan Safeguards dan Bea Masuk Pembalasan. Juga, bahwa ketentuan Pasal 18, Pasal 19,
Pasal 21 dan Pasal 22 yang tertera dalam UU Nomor 10 Tahun 1996 tidak dirubahdihapuskan didalam UU Nomor 17 Tahun 2006, akan tetapi UU Nomor 17
Tahun 2006 menghapus ketentuan pada Pasal 20 UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang pengaturan persyaratan dan tata cara pengenaan BMAD dengan ketentuan PP, dan
menghapus Pasal 23 tentang pengaturan dan tata cara pengenaan Bea Masuk Imbalan dengan PP.
Seperti yang ditegaskan dalam Pasal 23D UU Nomor 17 Tahun 2006, bahwa pengaturan pelaksanaan mengenai persyaratan dan tata cara pengenaan Bea Masuk
Anti Dumping, Bea Masuk Imbalan, Bea Masuk Pengamanan, Bea Masuk Pembalasan diatur ketentuannya lebih lanjut dalam PP, yakni PP 34 Tahun 2011.
C. Lembaga-lembaga Penegak Hukum Anti Dumping