Ketentuan Dumping Dalam GATT General Agreement on Tariff and Trade

BAB III KETENTUAN REGULASI ANTI DUMPING DI INDONESIA

A. Ketentuan Dumping Dalam GATT General Agreement on Tariff and Trade

1994 Persetujuan Implementasi Pasal VI GATT 1994 mengenai dumping telah disepakati di Uruguay pada tanggal 15 Desember 1993. Kebijakan terhadap dumping yang tertera dalam Pasal 6 GATT 1994 di implementasikan menjadi Anti Dumping AgreementADA 1994. 25 25 Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan Safeguard Dalam GATT dan WTO, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 38 Dalam Pasal 6 GATT 1947 hanya mengatur pokok-pokok ketentuan dumping yang sangat umum. Persetujuan tentang implimentasi Pasal 6 GATT 1994 berusaha memberikan pengaturan yang lebih rinci tentang dumping ini dengan diharapkan akan banyak persoalan-persoalan sehubungan dengan masalah dumping sebagai praktek perdagangan yang tidak fair akan lebih mudah diselesaikan dengan lebih baik. Persetujuan atas implementasi Article VI GATT 1994 yang disebut juga dengan Anti Dumping Agreement ADA yang mengatur lebih lanjut atas prinsip- prinsip dasar tentang Anti Dumping tersebut. Universitas Sumatera Utara Article VI Agreement on Implementation of Article VI of The General Agreement on Tariff and Trade 1994 Anti Dumping AgreementADA Article 1: Principles: “ An anti dumping measures shall be applied only under the circum stances provided for in Article VI of GATTT and pursuant to investigation initiated and conducted in accordance with the provisions of this agreement. The following provisions govern the application of Article VI of GATT 1994 in so far as action is taken under antidumping legislation or regulations”. Terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, yakni; “Menurut Pasal 1 Anti Dumping Agreement ADA tersebut, tindakan anti dumping akan dibelakukan hanya dalam keadaan sebagaimana diatur dalam pasal VI GATT 1994 dan menurut prosedur penyelidikan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan persetujuan- persetujuan ini.” Kemudian dalam Article 2.1 Anti Dumping AgreementADA diuraikan penentuan dari anti dumping secara lebih luas dari pada yang terdapat dalam Pasal 6 GATT 1947 Article VI GATT 1947. Bunyi dari pada Article 2.1 Anti Dumping AgreementADA, ialah: “For the purpose of this agreementh, a product is to be considered as being dumpid, i.e. introduced into the commerce of another country at less than its normal value, if the export price of the exported from one country to the another is less than the comparable price, in the ordinary course of trade, for the like product when destined for consumption in the exporting country.” Universitas Sumatera Utara Dari penjelasan di atas setelah diterjemahkan bahwa: “suatu barang dianggap dumping apabila harga barang yang diperdagangkan dari suatu negara ke wilayah negara lain lebih rendah dibandingkan nilai normal di negara barang tersebut, pada tingkat perdagangan yang wajar. Barang tersebut harus berupa dan ditujukan untuk dikonsumsi di negara tujuan ekspor. Mengenai penentuan kerugian, diatur dalam Article 3.1 Anti Dumping Agreement, yaitu; “A determination of injury for purposes of Article VI of GATT 1994 shall be based on positive evidence and involve an objective examination of both a the volume of the dumped imports and effect of the dumped imports on prices in the domestic market for like and b the consequent impact of these imports on domestic producers of such product.” Dalam pernyataan di atas setelah diterjemahkan bahwa: penentuan kerugian harus didasarkan pada bukti yang positif dan meliputi perhitungan yang objektif dalam penentuan a volume impor dumping dan pengaruhnya terhadap harga di pasar dalam negeri untuk produk serupa dan b pengaruh di pasar dalam negeri untuk produk serupa. Berdasarkan Article 5.2 Anti Dumping AgreementADA, menyatakan: “An application under paragraph 1 shallinclude evidence of a dumping, b injury within the meaning of Article VI of GATT 1994 as interpreted by this agreement, and c a causal link between the dumped imports and the alleged injury. Simple assertion….” Universitas Sumatera Utara Terjemahannya menurut pasal 5.2 dari Anti Dumping Agreement menjelaskan: “dalam Pasal 6 GATT 1994, para anggota WTO dapat mengenakan anti dumping measures jika setelah investigasi sesuai dengan persetujuan, suatu ketentuan dibuat, yaitu : a Bahwa dumping sedang terjadi, b Bahwa industri domestik memproduksi produk yang sama like product di negara pengimpor mendapatkanmemperoleh material injury, c Bahwa ada suatu hubungan sebab akibat causal link diantara keduanya. Dikatakan terjadi kerugian injury apabila faktor-faktor ekonomi dari perusahaan pengimpor mengalami kerugian secara materil. Misalnya : penurunan penjualan, keuntungan, pangsa pasar, produktivitas, return on investment, atau utilisasi kapasitas; faktor-faktor yang memengaruhi dalam negeri; margin dumping, pengaruh negatif pada cash flow arus kas, persediaan, tenaga kerja, upah, pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal, atau investasi. Kesemua faktor ekonomi tersebut tidak harus diderita oleh suatu perusahaan agar dapat dikatakan mengalami kerugian secara materil atau mengalami ancaman kerugian secara materil. Satu atau beberapa faktor ekonomi saja sudah dapat menjadi petunjuk bahwa suatu perusahaan mengalami kerugian secara materil bergantung pada permasalahan yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan causal link adalah hubungan sebab akibat apakah kerugian materil atau ancaman kerugian materil yang dialami industri Universitas Sumatera Utara domestik negara pengimpor disebabkan oleh produk impor yang dijual dengan harga dumping atau karena faktor lain. Harus dibuktikan impor dumping adalah menyebabkan kerugian. Pengungkapan hubungan sebab dan akibat antara impor dan kerugian industri dalam negeri harus didasarkan pada pengujian semua bukti sebelum dilakukan yang berwenang. Pihak yang berwenang juga menguji faktor-faktor yang diketahui selain dari produk impor dengan harga dumping yang pada waktu yang sama merugikan industri dalam negeri, kerugian yang disebabkan oleh faktor-faktor lain tidak dapat dipertimbangkan sebagai impor dengan harga dumping. Hubungan sebab akibat antara dumping dan injury dapat diketahui dengan menganalisis volume impor dumping dan pengaruh impor dumping pada harga pasar didomestik untuk produk sejenis. Apabila volume impor dumping semakin meningkat, sedangkan pangsa pasar semakin menurun, volume impor dumping secara langsung turut memengaruhi berkurangnya pangsa pasar. Selain itu, jika harga impor dumping berada dibawah harga petisioner atau memotong harga petisioner price undercutting, dan atau harga petisioner mempunyai kecenderungan menurun secara terus-menerus selama periode 3 tiga tahun karena tekanan harga impor dumping price depression, dan atau petisioner tidak dapat menjual harganya diatas biaya Universitas Sumatera Utara produk price supression, harga impor dumping secara langsung mempengaruhi harga petisioner. 26 Bahwa Agreement on Implementation of Article VI of the General Agreement on Tariff and Trade 1994 Anti Dumping AgreementADA terdiri atas 18 Pasal yang dimuat dalam 3 tiga bagian dengan sistematika adalah sebagai berikut: 27 − Part I Bagian I Article 1 Principles prinsip-prinsip Article 2 Determinations of dumping penentuan dumping Article 2.1 Menjelaskan bahwa suatu barang dianggap dumping apabila harga barang yang diperdagangkan dari suatu negara ke wilayah lain lebih rendah dibandingkan nilai normal di negara barang tersebut, pada tingkat perdagangan yang wajar. Barang tersebut harus serupa dan ditujukan untuk dikonsumsi di negara pengimpor. Article 2.2 26 Laode Piter Hanafi, “Tuduhan Dumping danCara Mengatasinya”, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan, Bulletin Berita KPI, Edisi 38KPI, 2006, hal. 6 27 General Agreement on Tariff and Trade 1994, AntiDumping AgreementADA. Universitas Sumatera Utara Memberikan alternatif dalam melakukan perhitungan nilai normal dalam hal tidak terdapatnya penjualan barang serupa pada tingkat perdagangan yang wajar di pasar dalam negeri negara pengekspor dan atau disebabkan oleh adanya kondisi pasar atau tingkat penjualan yang rendah di pasar dalam negeri negara pengekspor sehingga sulit dibandingkan. Article 2.3 Mencakupi konstruksi harga ekspor. Article 2.4 Memuat rincian peraturan dalam melakukan perbandingan antara harga ekspor dan nilai normal. Article 2.5 Pengiriman melalui negara ketiga Article 2.6 Memuat definisi mengenari barang serupa Article 2.7 Universitas Sumatera Utara Menjelaskan penyesuaian dari ketentuan tambahan ayat 1 Pasal VI pada lampiran I GATT 1994, yang lebih dikenal dengan ketentuan ekonomi non-pasar. Article 3 Determination of Injury penentuan kerugian Article 3.1 Dinyatakan bahwa penentuan kerugian harus didasarkan pada bukti yang positif dan meliputi perhitungan yang objektif dalam penentuan a volume impor dumping dan pengaruhnya terhadap harga di pasar dalam negeri untuk produk serupa dan b pengaruh impor terhadap produsen dalam negeri untuk produk serupa. Article 3.2 Mengatur lebih rinci dalam menganalisis faktor volume dan harga. Article 3.3 Mengatur syarat-syarat perhitungan. Article 3.4 Universitas Sumatera Utara Mengatur daftar faktor-faktor kerugian yang harus di evaluasi oleh otoritas penyelidikan. Article 3.5 Meletakkan kerangka kerja untuk analisis hubungan sebab- akibat, termasuk daftar kemungkinan faktor-faktor lain yang diketahui. Article 3.6 Berisi kelompok produk yang dikecualikan. Article 3.7 dan Article 3.8 Mengenai aturan khusus untuk penentuan ancaman kerugian materil. Article 4 Definition of domestic industry pengertian industri dalam negeri mendefinisikan industri dalam negeri sebagai produsen dalam negeri yang memproduksi seluruh produk serupa atau kelompok produsen yang secara kolektif memproduksi sebagian besar dalam produk dalam negeri. Article 5 Initiation and subsequent investigation penyelidikan awal dan lanjutan Universitas Sumatera Utara Mengatur penilaian kelengkapan permohonan untuk inisiasi dan pelaksanaan penyelidikan, termasuk penentuan terpenuhinya syarat produksi pemohon. Article 6 Evidence bukti Mengatur mengenai bukti, termasuk tata cara penggunaan hak dari para pihak. Article 7 Provisional measures tindakan sementara Mengatur tata cara tindakan sementara Article 8 Price undertakings penyesuaian harga Mengatur tata cara penyesuaian harga Article 9 Imposition and collection of anti dumping duties pengenaan dan pengumpulan bea masuk anti dumping Mengatur pengenaan dan pemungutan bea masuk. Article 10 Retroactivity berlaku surut Mengatur mengenai pemberlakuan secara surut. Article 11 Universitas Sumatera Utara Duration and review of a anti dumping duties and price undertakings jangka waktu dan tinjauan bea masuk anti dumping dan penyesuaian harga Mengatur jangka waktu dan peninjauan bea masuk dan penyesuaian harga. Article 12 Public notice and explanation of determinations pemberitahuan publik dan penjelasan penentuan Mengatur mengenai pemberitahuan publik dan penjelasan hasil penyelidikan pada saat dimulainya penyelidikan inisiasi, pengenaan tindakan sementara dan tindakan akhir. Article 13 Judicial review tinjauan peradilan Mengenai peninjauan melalui badan peradilan. Article 14 Anti dumping action on behalf of a third country tindakan anti dumping atas nama negara ketiga. Article 15 Developing country members anggota-anggota negara berkembang − Part II Bagian II Article 16 Universitas Sumatera Utara Committee on anti dumping practices komite praktik anti dumping Article 17 Consultation and dispute Settlement konsultasi dan penyelesaian sengketa − Part III Bagian III Article 18 Final provisions ketentuan-ketentuan akhir

B. Pengaturan Anti Dumping Di Indonesia