Penelitian Terdahulu LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Selama tahun 1998-2002 di Kabupaten Temanggung terdapat tujuh sektor unggulan mempunyai nilai LQ 1. Sektor-sektor tersebut yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunankonstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh sektor tersebut selain mampu mencukupi kebutuhan daerah Temanggung juga mampu mengekspor ke luar daerah Temanggung. Sedangkan sub sektor dari sektor pertanian yang termasuk sektor unggulan selama periode tersebut adalah sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan dan sub sektor peternakan, dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,164; 8,344 dan 1,505. Sedangkan dua sub sektor lainnya yaitu sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan bukan merupakan sub sektor unggulan, dengan nilai LQ rata-rata sebesar 0,150 dan 0,209 Listyana, 2004. Berdasarkan nilai LQ sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Magelang selama tahun 1998-2002, diketahui ada enam sektor yang merupakan sektor basis di Kabupaten Magelang, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunankonstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan jika dilihat dari nilai DLQ maka terdapat lima sektor yang dapat diharapkan untuk unggul di masa mendatang, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunankonstruksi serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sub sektor pertanian yang menjadi sub sektor unggulan di Kabupaten Magelang selama kurun waktu yang sama yaitu sektor tanaman bahan makanan dengan nilai LQ rata-rata 1,17, sub sektor perkebunan dengan nilai LQ 1,17 dan sub sektor kehutanan dengan nilai LQ sebesar 1,03. Namun berdasarkan nilai DLQ hanya sub sektor perkebunan yang dapat diharapkan untuk unggul di masa mendatang, yaitu dengan nilai DLQ sebesar 187,51 Andriyani, 2004. Puspowati 2004, dalam penelitiannya mengenai identifikasi sektor unggulan di Kabupaten Kebumen, menggunakan metode kuosien lokasi LQ dengan indikator pendapatan untuk mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi basis di Kabupaten Kebumen. Komoditi yang menjadi basis bagi sebagian besar kecamatan adalah padi sawah sedangkan komoditas yang diunggulkan hanya pada satu kecamatan saja yaitu labu siem dan panili. Untuk bengkoang, pisang, jenitri, buncis dan temulawak diunggulkan pada dua kecamatan. Kecamatan yang mempunyai komoditas basis terbanyak yaitu Kecamatan Pejagoan yang mempunyai 23 komoditas basis. Sedangkan kecamatan yang mempunyai jumlah komoditas basis terkecil yaitu Kecamatan Gombong dengan 6 komoditas basis. Hasil dari penelitian Sulistriyanto 2004, berdasarkan analisis LQ diketahui bahwa sektor pertanian di Kabupaten Boyolali menjadi sektor basis, sedangkan sub sektor yang menjadi sub sektor basis adalah sub sektor tanaman perkebunan dan peternakan. Sektor pertanian selain menjadi sektor 8 basis di masa sekarang juga dapat diharapkan unggul menjadi sektor basis di masa mendatang berdasarkan analisis DLQ, sedangkan sub sektor yang dapat diharapkan basis pada masa mendatang adalah sub sektor perikanan. Berdasarkan analisis angka pengganda pendapatan diketahui bahwa pada tahun 2002 Kabupaten Boyolali mempunyai angka pengganda pendapatan sebesar 3,174 yang artinya bahwa setiap satu rupiah pendapatan sektor pertanian mengakibatkan perubahan pendapatan daerah sebesar Rp 3,174. Sedangkan berdasarkan analisis angka pengganda tenaga kerja sebesar 1,924 mempunyai arti bahwa setiap satu tenaga kerja sektor pertanian akan menyebabkan perubahan tenaga kerja Kabupaten Boyolali sebesar 1,924 jiwa. Dewi 2004, dalam penelitiannya mengenai Analisis Penentuan Sektor Pertanian Unggulan Dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Klaten dengan Pendekatan Ekonomi Basis diperoleh hasil yaitu bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang pantas diunggulkan di masa yang akan datang. Hal ini didukung oleh peran sub sektor pertanian. Komoditi sub sektor tanaman bahan makanan menyumbangkan pemasukan terbesar yaitu dari komoditi padi. Sub sektor perkebunan mempunyai komoditi prioritas yaitu tembakau dan tebu. Sub sektor peternakan dengan sapi perahnya mampu berperan penting bagi perekonomian daerah, disamping perikanan kolam dan karamba. Selain itu hasil-hasil hutan seperti jati, mahoni, dan gamelina di Kabupaten Klaten juga andil mendukung PDRB sektor pertanian. Alasan penelitian di atas dijadikan sebagai landasan dan referensi dari penelitian ini, karena daerahnya memiliki kondisi dan struktur perekonomiannya hampir sama dengan Kabupaten Temanggung yaitu sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya di sektor pertanian dan memiliki kondisi geografis wilayah dan alamnya yang hampir sama yang sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. Selain itu, adanya kesamaan dalam menggunakan metode analisis yang menfokuskan pada sektor perekonomian khususnya sektor pertanian yaitu menggunakan metode analisis LQ Location Quotient .

B. Tinjauan Pustaka