Konsep Pemberdayaan Tinjauan Pustaka

commit to user 21 4 Ketidakmungkinan pengukuran kuantitatif Lebih lanjut, kritikus menunjuk kesejahteraan itu tidak bisa diukur secara kuantitatif, jika harga uang digunakan sebagai suatu instrument untuk pengukuran kesejahteraan tetapi tidak digunakan untuk ukuran kesejahteraan yang memuaskan. Sebagai contoh, ketika dua para orang membayar harga yang sama untuk suatu komoditas, hal itu tidak akan berarti bahwa kedua-duanya mendapat kesejahteraan atau kepuasan yang sama. Kepuasan orang miskin secara relatif akan jadi lebih dari yang lainnya

2. Konsep Pemberdayaan

Bayo mengembangkan konsep pemberdayaan dalam tiga hal yaitu pertama tentang profil masyarakat penerima dana PNPM-MP, yang kedua tetang pengunaan dana sesuaikah dengan pengajuan mayo mengungkapkan dalam pelaksanaan kredit harus ada rasa keadilan sehingga penerima dana tidak merasa dianak tirikan, sehingga dana yang diharapkan sesuai dengan dana yang dibutuhkan, peran pendampingan berjalan dengan efektif. Pemberdayaan masyarakat menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan, dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan Sumodiningrrat, 1997. Adimiharja dan Hikmat 2001 mengemukakan bahwa pemberdayaan merupakan pelimpahan proses pengambilan keputusan dan tanggung jawab secara penuh. Pemberdayaan bukan berarti melepaskan commit to user 22 pengendalian, tapi menyerahkan pengendalian. Dengan demikian pemberdayaan bukanlah masalah hilangnya pengendalian atau hilangnya hal-hal lain. Yang paling penting, pemberdayaqan memungkinkan pemanfaatan kecakapan dan pengetahuan masyarakat seoptimal mungkin untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Menurut Priyono dan Pranarka 1996 proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama , proses pemberdayaan dengan kecenderungan primer menekan pada proses memberikan kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. Kedua , proses pemberdayaan dengan kecenderungan sekunder menekankan proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Sering kali kecenderungan primer terwujud dari kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Selanjutnya disebutkan bahwa proses pemecahan masalah berbasiskan pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan prinsip berbeda bersama masyarakat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak-hak yang harus dihargai, sehingga masyarakat lebih mampu mengenali kebutuhannya dan dilatih untuk dapat merumuskan rencana serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya. Dalam hal commit to user 23 ini, praktisi pembangunan berperan dalam memfasilitasi proses dialog, diskusi, curah pendapat, dan mensosialisasikan tyemuan masyarakat. Menurut moebyarto 1985, pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses dan kontrol atas sumberhidup yang penring. Proses pemberdayaan merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi antara lapisan sosial sehingga kemampuan individu ;’senasib” untuk saling berkumpul dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang peling efektif. Pemberdayaan secara teoritik dianggap sebagai pendekatan yang situasional. Teori pemberdayaan telah berkembang dengan beraneka ragam pijakan dalam 20 tahun terakhir ini. Pemberdayaan dapat berarti sebagai suatu proses, suatu mekanisme dimana individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli akan masalah yang mereka hadapi. Teori pemberdayaan mengasumsikan bahwa 1 pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk orang yang berbeda; 2 pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk konteks yang berbeda; 3 pemberdayaan akan berfluktuasi atau berubah sejalan dengan waktu. Seseorang dapat merasa terberdayakan pada suatu saat dan tidak terberdayakan pada waktu yang lain, bergantung pada kondisi yang mereka hadapi pada suatu waktu. Para akademisi teori pemberdayaan mengatakan bahwa konsep pemberdayaan berlaku tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi dan masyarakat, namun juga individu itu sendiri Fred, 1998. commit to user 24 Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan empowerment berasal dari kata ‘power’ kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya, ide utama pemerdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesustu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertiuan diatas. Kekuasaan tidak vakum atau terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaansangat tergantung pada dua hal : a. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun. b. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis. commit to user 25 1 Indikator Pemberdayaan Pemberdayaan berguna untuk meningkatkan kekuasaan orang- orang lemah atau tidak beruntung Ife, 1995. Pemberdayaan menunjuk pada upaya perngalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan strukture sosial Swift dan Levin, 1987. Pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya Rapaport, 1984. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana oarang orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga- lembaga yang mempengaruhi ;kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannhya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya Parsons, et al ., 1994 Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk a memiliki akses terhadap sumer- sumber produktif yang memungkinksn mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan b berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Berdasarkan definisi-devinisi pemberdayaan diatas, dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk commit to user 26 memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan Girvan, 2004 : a Kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti kepasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian. b Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’ : kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu; kebutuhan dirinya minyak rambut, sabun mandi, rokok bedak sampo. Individu commit to user 27 dianggap mampu melaksanakan kegiatan ini jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin kepada pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. c Kemampuan membeli komoditas ‘besar’ : kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator diatas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. d Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga : mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suamiistri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha. e Kebebasan relatif dari dominasi keluarga : responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang suami, istri, anak-anak, mertua yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja diluar rumah. f Kesadaran hukum dan politik : mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desakelurahan; seorang aqnggota DPRD commit to user 28 setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya mempunyai surat nikah dan hukum-hukum waris. g Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes : seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri, istri yang megabaikan suami dan keluarganya, gaji yang tak adil, penyalahgunaan bantuan sosial, atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah. h Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga : memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya. 2 Pendekatan Pemberdayaan Menurut Ife 1995, pemgberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas : a Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup : kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan. b Pendefinisian kebutuhan : kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya. commit to user 29 c Ide atau gagasan : kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan suatu gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan. d Lembaga-lembaga : kemampuan menjangkau, menggunakan atau mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan. e Sumber-sumber : kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan. f Aktifitas ekonomi : kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. g Reproduksi : kemampuan dalam kaitannya proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan diatas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan. Parsons, et al ., 1994 menyatakan, bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada commit to user 30 gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. Karenanya, dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : mikro, mezzo, dan makro. 1 Pendekatan Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis invention . Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut Pendekatan yang Berpusat pada Tugas task centered approach . 2 Pendekatan Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap- sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3 Pendekatan Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar large-system strategy , karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying , pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien commit to user 31 sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi- situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. 3. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskianan Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera 1996 kemiskinan adalah suatu keaaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimili8ki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam Panduan PNPM 1993 bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari denganh kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan yang ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktifitas, terbatasnya modal yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai tipologi dan dimensi kemiskinan dan kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis, dan berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan itu dilihat ari berbagai sudut commit to user 32 pandang. Kemiskinan dibagi menjadi dua kriteria yaitu kemi9skinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan adalah kemiskinan yang diukur dari tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis. Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang terjadi pada mereka yang kekurangan keterampilan, asset, dan stamina Aisyah, 2001. Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro 2000 sebagai berikut : a. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah. b. Kemiskian muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnyapun rendah. c. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal. Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan vicious circle of poverty lihat gambar 2.1. adanya keterbelakangan, ketidak sempurnaan pasar, kurangnya modal commit to user 33 menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan yang mereka terima akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro 2000 yang mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin a poor country is poor because it is poor . Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan The Vicious Circle of Preferty Menurut Bayo 1996 yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima “ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau keluarga miskin yaitu sebagai berikut : Kekurangan modal Pendapatan rendah Ketidak sempurnaan pasar Keterbelakangan Ketinggalan Tabungan rendah Produktivitas Rendah Investasi rendah commit to user 34 a. Kemiskinan poverty memiliki tanda-tanda sebagai berikut : rumah mereka reot dan dibuat ari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan yang tidak menentu, b. Masalah kerentanan vulnerability , kerentanan ini dapat dilihat dari ketidak mampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu dapat lenyab ketika penyakit menghampiri keluarga mereka yang membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar. c. Masalah ketidak berdayaan. Bentuk ketidak berdayaan kelompok miskin tercermin dalam ketidak mampuan mereka dalam menghadapi elitan para birokrasi dalam menentukan keputusan yang menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi dirinya. d. Lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat rendahnya produktivitas mereka. e. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantong- kantong kemiskinan yang sulit dijangkau, sedang keterisolasian sosial tercermin dari keter tutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih luas commit to user 35 1 Pengertian Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak BPS dan Depsos, 2002, jika pendapatan dibawah Rp.600.000,00 per bulan masuk kategori keluarga miskin, penghasilan di atas Rp.1.200.000,- per bulan masuk kategori sejahtera. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan proverty line atau batas kemiskinan proverty threshold . Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya BPS dan Depsos, 2002. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non- material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat SMERU dalam Suharto dkk, 2004. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan dan orang commit to user 36 yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan Depsos, 2001 Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi : a modal produktif atau asset tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan, b sumber keuangan pekerjaan, kredit, c organisasi sosial dan politik dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama koperasi, partai politik, organisasi sosial, d jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang dan jasa, e pengetahuan dan keterampilan, dan f informasi yang berguna untuk kemajuan hidup Friedman dalam Suharto, dkk.,2004 2 Dimensi Kemiskinan Kemiskinan merupakan fenomena yang berwajah-wajah. David 2004 membagi kemiskinan dalam beberapa dimensi : a Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi. b Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan pedesaan kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan kemiskinan commit to user 37 yang di akibatkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan. c Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas. d Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar dari si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk. Menurut SMERU 2001, kemiskinan memiliki berbagai dimensi : a Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar pangan, sandang, dan papan. b Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi. c Tidak adanya jaminan masa depan karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga. d Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. e Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam. f Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat. g Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata p-encaharian yang berkesinambungan. h Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. commit to user 38 i Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil Suharto, dkk, 2004. BPS 2002 melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana variabel ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non makanan. Adapun variabel-variabel yang dimaksud adalah : a Luas lantai bangunan tempat tinggal 8m 2 per orang. b Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan. c Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu rumbia kayu berkualitas d Tidak mempunyai fasilitas buang air besar. e Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. f Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindung sungai air hujan. g Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar arang minyak tanah. h Hanya mengkonsumsi daging susu ayam satu kali dalam satu minggu. i Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu satun. j Hanya sanggup makan sebanyak satu dua kali dalam sehari. commit to user 39 k Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas Poliklinik. l Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani : dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,00 perbulan. m Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah tidak tamat SD hanya SD. n Tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor kredit non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

4. Program Nasional Pembedayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 95 100

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang

2 51 121

ANALISIS EKONOMI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN.

0 0 13