Bargaining Hasil Analisa Data Responden

tersebut. Vivi merasa panas dan dalam waktu lima menit merasa dingin. Vivi juga kesulitan bagaimana mengkomunikasikan perasaaannya kepada health giver yang saat itu sedang menjaganya karena Vivi belum mampu berbicara. Keadaan tersebut terkadang membuat health giver bingung bagaimana memperlakukan Vivi sesuai dengan yang dirasakan oleh Vivi. Penyakit ini juga membuat Vivi lebih sensitif dan mudah tersinggung. Mendengar percakapan yang mengatakan bahwa kita sakit dikarenakan oleh pola hidup yang tidak sehat membuat Vivi tersinggung. Hal ini dikarenakan Vivi sakit bukan karena pola hidup yang tidak sehat melainkan oleh virus yang menyerang tubuhnya dan Vivi kurang setuju dengan pernyataan tersebut. “Paling kek yang kemarin yang kubilang, eee, gampang tersinggung, sensitif, paling itu ” BW.4b.1078-1079h.40

3. Bargaining

Penyakit yang dialami oleh Vivi membuat dia merenung tentang kehidupannya. Penyakit ini menyadarkan Vivi akan kesalahan-kesalahan yang pernah dia lakukan sebelumnya, Vivi berusaha tidak menyakiti siapapun dalam perkataannya dan berhati-hati dalam bertindak. Kondisi ini juga mengajarkan Vivi untuk lebih dekat dengan Tuhan, yang dipikirkan Vivi atau yang akan dilakukannya terlebih dahulu dia tanyakan kepada Tuhan, lebih menikmati pujian, mazmur ketika beribadah dan mempertimbangkan apa yang baik dan benar sesuai dengan kehendak Tuhan sebelum Vivi melakukan sesuatu. Universitas Sumatera Utara Semua orang pada akhirnya akan mati, namun bagi Vivi kematian itu masih jauh dari kehidupannya. Tuhan masih mengijinkan Vivi bertobat melalui penyakit yang dialaminya saat ini. Vivi mengatakan sekiranya dia tidak sakit banyak hal yang bisa dia lakukan. Vivi punya mimpi untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi dan ingin bekerja membantu orang tuanya juga membantu kuliah adiknya yang bungsu. Setidaknya, Vivi tidak menjadi beban bagi keluarganya. “Kalo sekiranya enggak sakit sudah bisa bantu orang tua, gitu. Sekiranya kemarin enggak ada kejadian kayak gini kan sudah bisa sekolah lagi sambil kerja bantu orang tua, gitu, bantuin adek atau setidaknya enggak menambah beban orang itulah sekarang. ” BW.3b.778-804h.29-30 Vivi menyadari kondisinya saat ini tidak lepas dari kehendak Tuhan. Keadaannya saat ini banyak memberi pelajaran bagi Vivi. Jika Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk sembuh Vivi ingin melakukan kebaikan dalam hidupnya. Menjadi pekerja sosial di rumah sakit, seperti yang dialaminya selama ini banyak orang yang bahkan yang tidak dia kenal datang berkunjung dan memberikan dukungan kepadanya agar cepat sembuh. Vivi juga ingin melakukan hal tersebut karena dia merasakan betapa besar dampak dari dukungan yang diberikan oleh orang yang datang berkunjug terhadap semangatnya untuk segera sembuh dan pandangannya terhadap penyakit bahwa penyakitnya bukanlah suatu bencana yang harus diratapi tapi suatu ujian yang membuat dia lebih baik lagi. Selain itu, dia juga ingin membuat sebuah grup yang beranggotakan orang-orang yang memiliki penyakit yang sama dengan dia. Penyakit vivi adalah penyakit Universitas Sumatera Utara yang langka banyak orang yang tidak mengetahui penyakit ini. Melalui grup yang diikuti oleh Vivi di United Kingdom, dimana anggotanya adalah orang dengan penyakit yang sama atau mirip, Vivi belajar banyak hal mengenai penyakit yang dia alami bahkan penyakit yang lebih parah atau lebih ringan darinya. Vivi juga mendapat banyak dukungan dari grup tersebut. Hal tersebut mendorong Vivi untuk membuat grup yang sama namun di Indonesia, agar banyak orang yang mengetahui penyakit ini dan dapat dengan cepat tanggap mengantisipasi orang yang terserang penyakit ini. Juga, orang-orang dengan penyakit yang sama dapat berbagi dan saling mendukung di grup tersebut. “[...], kalau misalnya Tuhan berkehendak, sudah bisa lebih kuat, sudah bisa bekerja selayaknya orang sehat, pengen juga apa, bentuk, bikin grup yang sakitnya yang langka. Yah, saling berbagilah disitu ya kan ” BW.4b.1244-1263h.46-47

4. Depression