b Abnormal sensation
Meskipun melemahnya otot merupakan dampak yang paling menonjol pada GBS, abnormal sensation merupakan gejala awal yang timbul yang terjadi dalam
hitungan jam atau hari sebelum melemahnya otot terjadi. Abnormal sensation ini juga sering disebut dengan paresthesias. Contohnya adalah perasaan seperti
ditusuk jarum ataupun perasaan geli yang biasanya terjadi pada tumit kaki, kaki dan juga jari. Hilangnya sensasi juga terjadi pada GBS, meskipun hanya sedikit
yang mengalaminya. Beberapa orang dengan GBS merasa khawatir ketika mereka tidak bisa merasa ketika mereka sedang tidur di tempat tidur atau tidak bisa
merasakan suhu lantai ketika mereka berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Hal tersebut akan terjadi pada pasien GBS.
3. Penyebab Guillain Barre Syndrome GBS
GBS merupakan penyakit yang langka yang dapat menyerang siapa saja di seluruh dunia. Di Amerika Utara terdapat 1.5 sampai 2.0 kasus GBS yang terjadi
untuk setiap 100.000 orang pertahunnya. GBS menyerang baik pria maupun wanita dari segala usia, umumnya usia dua tahun setelah kelahiran, kemudian
cenderung meningkat sepanjang kehidupan Parry Steinberg, 2007. GBS merupakan penyakit autoimmune yang menyerang saraf peripheral.
Fungsi sistem imun adalah menjadi penjaga terhadap serangan dari luar tubuh, seperti virus dan bakteri. Pada penyakit autoimmune, sulit untuk dijelaskan,
terjadi kesalahan terhadap respon, sehingga sistem imun menyerang tubuh, menyebabkan munculnya penyakit Parry Steinberg, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Banyak jenis infeksi yang mampu memicu terjadinya serangan GBS, umumnya adalah infeksi sistem pernapasan yang disebabkan oleh dingin atau
influenza, gejalanya seperti demam, batuk, maupun nyeri tubuh. Virus juga dapat memicu terjadinya GBS, seperti Epstein Barr Virus. GBS juga berasosiasi dengan
HIV, hal tersebut terjadi pada tahap awal HIV, sebelum sistem imun membahayakan dan tak lama setelah gejala awal muncul. Vaksinasi juga memicu
serangan GBS, pemberian vaksin yang dilakukan di Amerika pada tahun 1976, menyebabkan meningkatnya jumlah kasus GBS dan tak ada vaksin yang secara
konsisten berasosiasi dengan GBS Parry Steinberg, 2007.
4. Diagnosa Guillain Barre Syndrome GBS
Diagnosa Guillain Barre Syndrome GBS dilakukan berdasarkan karakteristik fitur klinis yang secara akut menyebabkan melemahnya otot tubuh
dan kehilangan refleks yang diikuti dengan terjadinya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas dan diare. Diagnosa yang umum digunakan adalah
penelitian dan pemeriksaan electrophysiologic pada cairan cerebrospinal yang didapatkan melalui spinal tap atau cairan otak. Tes tersebut menghasilkan
konfrimasi positif dengan asumsi klinis. Jika hasil tes tersebut masih diragukan maka perlu dilakukan tes dengan alat yang berbeda agar tidak terjadi kesalahan
diagnosa dimana penyakit lain dianggap sebagai GBS Parry Steinberg, 2007. a
Electromyography EMG EMG bukanlah tes utama dalam mendiagnosa GBS, namun EMG
merupakan alat pelengkap yang penting untuk melihat sejauh mana tingkat kerusakan aksonal. EMG ini memberikan informasi penting mengenai prognosis.
Universitas Sumatera Utara
Jarum pada EMG akan dimasukkan ke tubuh bagian kaki kemudian jarum ini akan mendeteksi aktivitas otot secara elektrikal. Mesin EMG akan mengubah
sinyal menjadi visual dan dapat didengar. Jarum akan disuntikkan secara perlahan ke otot tubuh yang kemudian bergerak dengan cepat sehingga dapat ditemukan
beberapa area sebagai titik-titik sampel. Aktivitas listrik tidak akan terjadi bila dalam keadaan normal, pasien harus dalam keadaan santai. Ketika pasien dalam
keadaan santai maka kontraksi otot akan melemah sehingga serat-serta otot menjadi aktif dan aktivitas elektrik dalam serat otot dapat direkam dan dianalisa
Parry Steinberg, 2007. Ketika otot dalam keadaan rileks maka aktifitas elektrik yang abnormal
akan menunjukkan adanya kerusakan pada otot. Aktivitas eletrik abnormal ini disebut fibrilasi. Aktivitas eletrikal abnormal ini tidak secara langsung tampak
pada orang yang baru terkena GBS, itulah sebabnya mengapa orang yang didiagnosa GBS diminta untuk melakukan tes EMG untuk kedua kalinya Parry
Steinberg, 2007 . Pentingnya mempelajari GBS dengan baik akan memberi kemudahan
dalam mendiagnosa dan untuk mencegah kesalahan diagnosa. Pada awal gejala mungkin terdapat saraf yang rusak parah yang dapat dideteksi melalui alat ini.
Ketika seseorang didiagnosa GBS adalah baik untuk terlebih dahulu mempelajari beberapa saraf, terutama saraf normal, hal ini untuk membantu mengenali saraf
yang rusak dan menemukan kelainan yang terjadi pada saraf. Menemukan satu saraf yang dianggap sebagai kerusakan akibat GBS adalah baik namun hal masih
skeptic , masih banyak saraf lain yang menjadi kekhasan dalam GBS. Fitur paling
Universitas Sumatera Utara
penting dalam EMG adalah adanya perubahan karakteristik saraf terus berkebang, namun hal ini tidak akan terlihat jika tes dilakukan hanya sekali pada awal GBS
Parry Steinberg, 2007. b
Cerebrospinal Fluid CSF Testing Fungsi lumbal adalah teknik dimana jarum halus dimasukkan ke punggung
bawah dengan anestesi lokal, dan beberapa sendok teh cairan yang menggenangi otak dan sumsum tulang belakang ditarik. Ada kekhawatiran besar mengenai
prosedur ini, tetapi biasanya sederhana dan aman. Teknik ini dilakukan dengan menyisipkan jarum, singga prosedur ini tidak nyaman bagi pasien. Sekitar 25
persen orang yang menjalani prosedur ini mengalami beberapa sakit kepala setelah cairan diambil, namun untuk kasus berat hanya 5 persen Parry
Steinberg, 2007. Kelainan karakteristik yang tampak pada CSF dalam kasus GBS adalah
peningkatan konsentrasi protein diluar jumlah produksi normal, yang disebut dengan albuminocytologic, hal dijelaskan hampir 100 tahun yang lalu oleh
Guillain, Barré, dan Strohl . Biasanya, CSF mengandung 15 sampai 60 miligram protein untuk setiap 100 mililiter cairan dinyatakan sebagai mgdl. Jumlah ini
akan tinggi pada beberapa penderita GBS. Konsentrasi protein biasanya di atas 100 mgdl dan mungkin memang sangat tinggi, kadang-kadang lebih dari 1.000
mgdl. Setelah tingkat protein di atas 150 mgdl, CSF yang biasanya jernih, menjadi kuning samar-samar. Pada tahap awal penyakit ini kadar protein dalam
tubuh masih normal tetapi hampir selalu meningkat pada akhir minggu pertama. Jika protein normal pada saat uji cairan otak pertama, mungkin perlu untuk
Universitas Sumatera Utara
mengulang tes pada minggu kemudian jika diagnosis tetap diragukan Parry Steinberg, 2007.
CSF yang normal mengandung sebuah sel darah putih, biasanya tidak lebih dari lima sel per mililiter cairan. Laporan awal dari GBS menekankan
adanya kehilangan sejumlah sel, dan itu sering terjadi. Dengan kata lain, jumlah sel tidak meningkat di atas normal. Namun, peningkatan kecil jumlah limfosit
dapat dilihat, terutama di awal munculnya penyakit. Kriteria diagnostik yang dikembangkan melalui National Institutes of Health memungkinkan sebanyak 50
selml CSF. Kedua spinal tap mungkin akan dianjurkan jika jumlah sel limfosit dalam CSF adalah di atas 20 sel ml Parry Steinberg, 2007.
GBS sering dikaitkan dengan infeksi virus, yang dapat menyebabkan peradangan pada meninges yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang,
yang menyebabkan sel-sel inflamasi tumpah ke CSF. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa beberapa limfosit dapat dilihat pada awal tahap GBS Parry
Steinberg, 2007.
D. Stage of Dying pada Pasien GBS Guillain Barre Syndrome