Indeks Pemeriksaan Karies Pemeriksaan Kategori Massa Tubuh

3. Tingkah laku Beberapa aspek tingkah laku yang berperan seperti, asupan makanan yang mengandung gula dalam satu hari, pemakaian dot, cara pemberian ASI, diet, dll. Penelitian menurut Folayan et al menunjukkan bahwa semakin besar asupan gula dalam satu hari, maka resiko untuk terkena karies juga semakin tinggi. 13

2.3 Indeks Pemeriksaan Karies

Data yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah karies biasanya diperoleh menggunakan indeks karies gigi. Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan jumlah karies gigi seseorang atau sekelompok orang. Indeks yang digunakan dapat mengukur derajat keparahan karies dari ringan sampai berat. Salah satu indeks karies yang biasa digunakan adalah indeks Klein. 13 Indeks DMF merupakan indeks yang paling banyak digunakan dan dapat diterima secara universal. Dapat digunakan untuk perorangan maupun kelompok. Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi tidak dapat pulih sendiri dan akan meninggalkan bekas kerusakan yang menetap. Indeks DMF mengukur total life time caries experience. 16 Indeks DMF yang diperkenalkan oleh Klein H, Plamer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pada gigi DMFT dan permukaan gigi DMFS. Semua gigi diperiksa kecuali molar ketiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut, atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D gigi yang karies, M gigi yang hilang, dan F gigi yang ditumpat dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi desidui hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT decay missing filled tooth atau DMFS decay missing filled surface. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. 13 Kriteria dalam perhitungan rata-rata DMFT menurut WHO sebagai berikut: 18 a. Nilai rata-rata 0,0 – 1,1 termasuk dalam kategori sangat rendah b. Nilai rata-rata 1,2 – 2,6 termasuk dalam kategori rendah Universitas Sumatera Utara c. Nilai rata-rata 2,7 – 4,4 termasuk dalam kategori sedang d. Nilai rata-rata 4,5 – 6,5 termasuk dalam kategori tinggi e. Nilai rata-rata 6,6 termasuk dalam kategori sangat tinggi Beberapa hal perlu dipertimbangkan pada saat pemberian kode adalah: 13 1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D 2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D. 3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D. 4. Semua gigi yang hilang dan dicabut karena karies dimasukkan dalam katergori E. Gigi dengan kondisi D yang sangat parah dan diindikasikan pencabutan juga dimasukkan dalam kategori E. Anamnesis yang adekuat dibutuhkan untuk menentukan penyebab pencabutan atau kehilangna gigi 5. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam katergori F. 6. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F. 7. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi serta kehilangan yang tidak disebabkan karies tidak diperhitungkan dalam katergori apapun. Indeks DMFT mampu memberikan informasi mengenai gigi yang mengalami karies, gigi yang telah ditumpat, dan gigi yang telah dicabut tetapi tidak dapat menggambarkan kondisi karies gigi yang sebenarnya. Sebagai contoh, karies gigi yang mengenai pulpa serta mengalami abses. Pada pengukuran indeks DMFT Klein hanya pemberian kode D saja yang bisa diberikan untuk kondisi ini, sehingga hasilnya kurang akurat dalam menggambarkan keadaan gigi sebenarnya. 13 Indeks PUFApufa diperkenalkan oleh Monse et al pada tahun 2010 untuk melengkapi kelemahan dari indeks DMFT Klein tersebut. Indeks PUFApufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur keadaan rongga mulut akibat karies gigi yang tidak dirawat seperti keterlibatan pulpa Pp, ulserasi Uu, fistula Ff, dan abses Aa. Indeks ini berbeda dengan indeks DMF dan skornya hanya diberikan pada karies gigi yang telah mengenai pulpa. Penilaian PUFApufa dilakukan secara Universitas Sumatera Utara visual tanpa menggunakan alat. Indeks ini dapat digunakan pada gigi permanen PUFA maupun gigi sulung pufa. 1 Pemberian skor mengikuti kriteria seperti berikut: 1 P : Keterlibatan pulpa dicatat pada saat pembukaan ruang pulpa atau ketika struktur mahkota gigi telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau fragmen akar yang tersisa. Tidak ada probing dilakukan untuk mendiagnosis keterlibatan pulpa. U : Ulserasi karena trauma mahkota gigi yang tajam dicatat pada saat tepi tajam dari dislokasi gigi dengan keterlibatan pulpa atau fragmen akar menyebabkan ulserasi F : Fistula dicatat ketika pus keluar dari saluran sinus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa gigi. A : Abses dicatat ketika adanya pus dan terjadi pembengkakan terkait dengan keterlibatan pulpa gigi. Gambaran klinis gigi akibat karies yang tidak dirawat dapat dilihat pada gambar 2: a dan b menggambarkan karies dengan keterlibatan pulpa Pp, kamar pulpa terlihat atau koronal gigi telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau sisa akar yang tertinggal; c dan d menggambarkan ulserasi Uu, traumatik ulser pada jaringan lunak lidah dan mukosa karena gigi atau sisa akar; e dan f menggambarkan fistula Ff, saluran sinus mengeluarkan nanah; g dan h menggambarkan dento-alveolar abses, trauma jaringan lunak sekitarnya, misalnya, lidah atau mukosa bukal. 1,25 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Gambaran klinis gigi akibat karies yang tidak dirawat. a dan b Keterlibatan pulpa Pp, kamar pulpa terlihat atau koronal gigi telat hancur oleh proses karies dan hanya akar atau sisa akar yang tertinggal; c dan d Ulserasi Uu, traumatik ulser pada jaringan lunak lidah dan mukosa karena gigi atau sisa akar; e dan f Fistula Ff, saluran sinus mengeluarkan nanah; g dan h dento-alveolar abses.traumatis jaringan lunak sekitarnya, misalnya, lidah atau mukosa bukal 1,25 Universitas Sumatera Utara Cara perhitungan indeks PUFApufa: 1 a. Mengisikan kode PUFApufa pada kolom tersedia. Kode diisikan sesuai dengan kondisi gigi yang diamati. Contoh kolom yang akan diisi dengan kode PUFA dapat dilihat pada gambar 3. Pemberian nilai terhadap kondisi gigi yang diamati hanya dilakukan sau kali untuk setiap gigi. b. Hitung berapa banyak gigi dalam kelompok kode tertentu. c. Jumlahkan semua kode. Skor PUFA seseorang dapat berkisar antara 0-32 untuk gigi permanen. Prevalensinya dihitung sebagai persentase dari populasi dengan skor PUFA satu atau lebih 1 Gambar 3. Kolom isian untuk menghitung indeks PUFApufa

2.4 Dampak Karies yang Tidak Dirawat

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh(IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan

16 62 87

Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

0 3 80

Hubungan Pengan Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

0 0 12

Hubungan Pengan Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

0 0 2

Hubungan Pengan Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

0 2 5

Hubungan Pengan Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh(IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan

0 0 12

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 12-14 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA DAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

0 1 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi dan Prevalensinya - Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung

0 0 6

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 12-14 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA DAN MEDAN TEMBUNG

0 1 12