badan, pertumbuhan dan kualitas hidup anak sebab fungsi pengunyahan gigi akan terganggu, membuat anak rewel, gusi bengkak, anak juga akan mengalami gangguan
dalam menjalankan aktifitasnya sehari - hari, sehingga anak tidak mau makan dan akibatnya yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi.
18,19
Menurut Martapura, akibat lain dari kerusakan gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernafasan,
saluran pencernaan apalagi bila anak menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena
penyakit. Kondisi gigi anak yang rusak selama periode gigi sulung dapat menyebabkan gigi permanen anak tidak akan sehat nantinya.
18
Penelitian lain juga menyatakan bahwa karies yang tidak dirawat yang telah mengenai pulpa dapat menyebabkan anak kurang tidur.
9
Ada tiga mekanisme hingga karies gigi dapat berdampak pada kualitas hidup anak. Pertama, karies yang tidak
ditangani akan menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman, hal ini akan menyebabkan menurunnya selera makan karena anak merasa sakit ketika makan. Kedua, dengan
adanya rasa sakit, maka kualitas hidup anak akan terganggu dimana kemungkinan anak tidak bisa tidur pada malam hari yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan,
walaupun tidak semua karies gigi berpengaruh dengan kesehatan umum, namun sangat berpengaruh pada kualitas hidup anak. Mekanisme ketiga yaitu pada karies
yang tidak dirawat dengan pulpitis akan menyebabkan inflamasi kronik dan abses dimana akan memengaruhi pertumbuhan via inflamasi kronik.
19
2.5 Indeks Massa Tubuh IMT
Indeks Massa Tubuh IMT adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefinisikan status berat badan pada anak, remaja, dan dewasa. Kategori
IMT menurut umur anak usia 5 sampai 18 tahun terdiri atas: sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Kategori tersebut sekaligus mencerminkan status gizi
anak tersebut.
26
Kategori IMT pada anak-anak dan remaja usia 2 sampai 20 tahun tergantung pada usia dan jenis kelamin anak karena pada usia 2 sampai 20 tahun
jumlah lemak tubuh anak berubah sesuai usia dan jenis kelamin anak. Penetapan IMT
Universitas Sumatera Utara
dalam kategori overweight ataupun obese tidak dihubungkan dengan usia dan jenis kelamin pada dewasa
20,21
Penggunaan metode IMT sebagai metode pengukuran pada anak di atas 2 tahun telah direkomendasikan oleh The World Health Organization WHO sejak
tahun 1997, The National Institutes for Health NIH pada tahun 1998, dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive
Service. IMT merupakan petunjuk untuk menentukan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam
meter kgm
2
.
8,20
Berikut merupakan rumus untuk perhitungan IMT.
9,22,23
IMT=
BB kg TB x TB m
Keterangan : IMT = Indeks Massa Tubuh; BB = Berat badan; TB = Tinggi badan.
22
Setelah IMT dihitung hasil yang didapat dimasukkan ke dalam Standar IMT berdasarkan umur sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Nilai batas ambang atau z
score mengindikasikan posisi angka IMT seorang anak pada usia dan jenis kelamin yang sama. Tabel IMT berdasarkan usia untuk menentukan nilai ambang atau z score
dapat dilihat dalam lampiran. Kategori IMT berdasarkan usia dikelompokkan menjadi: diatas normal, normal, dan dibawah normal. Pembagian kategori menurut z
score dapat terlihat dalam tabel 1. Tabel 1. Kategori IMT menurut Umur Anak 5-18 Tahun Menkes RI, 2010
26
Kategori Status Gizi Ambang Batas Z score
Sangat kurus - 3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas 2 SD
Universitas Sumatera Utara
Indeks massa tubuh yang rendah merupakan hasil dari faktor-faktor yang kompleks. Kurangnya kebersihan, kurangnya makanan bernutrisi, infeksi saluran
pernafasan dan infeksi lainya juga dapat diperhitungkan sebagai penyebab rendahnya indeks massa tubuh anak laki-laki dan perempuan.
9
Penyebab indeks massa tubuh yang tinggi juga merupakan hasil dari faktor-faktor yang kompleks. Asupan makanan
berkalori tinggi dan lemak tinggi, faktor genetic, biologi, psikologi, sosiokultural, dan lingkungan. Subjek penelitian yang mengalami indeks massa tubuh yang tinggi faktor
asupan dan pola makan bukan merupakan faktor yang berperan tunggl, namun berinteraksi dengan faktor lainya.
20
2.6 Hubungan atara Indeks Massa Tubuh dengan Skor PUFApufa