66
perusahaan sedangkan yang tidak memenuhi kriteria menjadi sampel ada 79 perusahaan. Hal ini disebabkan karena terdapat 30 perusahaan yang tidak
menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan yang berakhir tanggal 31 Desember periode 2011 sampai 2014, dan terdapat 49 perusahaan yang tidak
menyampaikan data secara lengkap yang berkaitan dengan rasio keuangan dan struktur corporate governance selama periode 2011 sampai 2014. Sampel yang
akan dipakai pada penelitian ini adalah 50 perusahaan manufaktur .Selanjutnya sampel dikalikan dengan lamanya tahun pengamatan selama 4 tahun sehingga
jumlah pengamatan dalam penelitian ini sebanyak 200 pengamatan.Daftar lengkap populasi dan sampel penelitian dapat dilihat dalam Lampiran 1.
3.5 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Menurut Soewadji 2012 data sekunder adalah “data yang diperoleh dari dokumen, publikasi yang sudah
dalam bentuk jadi” . Sedangkan menurut Erlina 2011 data sekunder adalah “data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data” Data penelitian ini mencakup laporan keuangan, laporan tahunan dan IDX Statistics Book yang telah dipublikasikan, yang diambil
dari database Bursa Efek Indonesia BEI dengan cara mengunduh data melalui website
resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id selama tahun 2011- 2014.
Universitas Sumatera Utara
67
3.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini , metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi , dalam penelitian ini pengumpulan data skunder
yang diperlukan dapat diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
. Data yang diambil berupa laporan keuangan , laporan tahunan perusahaan dan IDX Statistics Book yang menjadi
populasi dan sampel penelitian. 2.
Studi pustaka , dalam penelitian ini studi pustaka digunakan untuk mencari landasan teori dan juga melihat penelitian-penelitian
terdahulu. Dalam hal ini diperoleh dari buku, jurnal skripsi dan media tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Statistik Deskriptif
Menurut Sudijono dalam Sudarmanto 2013:150 statistik deskriptif adalah “statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisa data
angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur , ringkas dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan sehingga dapat ditarik
pengertian dan makna tertentu.” Menurut Ghozali 2006 “statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
Universitas Sumatera Utara
68
mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness kemencengan distribusi.”
Menurut Sudarmanto 2013 : 150 “hasil yang diperoleh dari statistik deskriptif tidak dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang luas. Statistik
deskriptif ini akan memberikan makna yang lebih ketika digunakan untuk menyajikan dan mendeskripsikan data penelitian. Dengan menggunakan
statistik deskriptif peneliti dapat memberikan makna yang lebih banyak tentang data yang dipeoleh.”
3.7.2 Model Analisis Regresi Logistik
Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesis, maka analisis data ini bertujuan untuk mengetahui peran masing-masing variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikat.Analisis regresi logistik bertujuan untuk memprediksi besar variabel terikat terhadap masing-masing variabel bebas
yang diketahui nilainya.Menurut Hair dalam Omy 2011, metode ini cocok digunakan untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal
nominal atau nonmetrik dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan nonmetrik seperti halnya dalam penelitian ini.Menurut Ghozali
2006 teknik analisis ini tidak memerlukan uji asumsi klasik seperti uji normalitas, heterokedastisitas, autokorelasi, dan uji multikolinearitas pada
variabel bebasnya.
Universitas Sumatera Utara
69
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoritis yang telah disajikan sebelumnya, untuk melihat pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen, model analisisnya sebagai berikut :
Ln
� �−�
= a + b
1
LIQUID + b
2
LEV + b
3
PROF + b
4
AKTV + b
5
IND_COM + b
6
MAN_OWN + b
7
INS_OWN + b
8
SIZE + εi
Keterangan : Ln
� 1
−�
: Log dari perbandingan antara peluang financial distress peluang non financial distress
a : konstansta
b
1
: Koefisien regresi dari Likuiditas b
2
: Koefisien regresi dari Leverage b
3
: Koefisien regresi dari Profitabilitas b
4
: Koefisien regresi dari Rasio Aktivitas b
5
: Koefisien regresi dari Komisaris Independen b
6
: Koefisien regresi dari Kepemilikan Manjerial b
7
: Koefisien regresi dari Kepemilikan Institusional b
8
: Koefisien regresi dari Ukuran Perusahaan
ε
: Error
Universitas Sumatera Utara
70
3.7.3 Model Pengujian Hipotesis
3.7.3.1 Uji Kelayakan Model Goodness of Fit Test
Menurut Ghozali 2006, goodnest of fit test dapat dilakukan dengan memperhatikan output dari Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0
: Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA
: Model yang dihipotesiskan fit dengan data Dalam bukunya, Ghozali 2006;232 menjelaskan bahwa:
“saat nilai statistik Hosmer and Lemeshow sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol H0 ditolak dan hal tersebut berarti
terdapat perbedaan siginifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Test Model tidak baik karena
model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Sebaliknya jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow lebih dari 0,05, maka hipotesis
nol H0 tidak dapat ditolak, yang berarti model mampu memprediksi nilai observasinya.”
3.7.3.2 Uji Kelayakan Keseluruhan Model Overall Fit Model Test
Dalam menilai overall fit model, cara-cara yang dapat dilakukan antara lain adalah :
3.7.3.2.1 Chi Square
χ2
Menurut Ghozali 2006 tes statistik chi square χ2 digunakan
berdasarkan pada : “fungsilikelihood pada estimasi model regresi. Likelihood L dari
model adalah probabilitas bahwamodel yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Lditransformasikan menjadi -2logL
untuk menguji hipotesis nol dan alternatif.Penggunaan nilai χ2 untuk keseluruhan model terhadap data dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai -2 log likelihood awal hasil block number 0 dengan nilai -2 log likelihood akhir hasil block number 1.
Dengan kata lain, nilai chi square didapat dari nilai -2logL1 –
Universitas Sumatera Utara
71
2logL0. Selanjutnya jika terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik.
3.7.3.2.2 Koefisien Determinasi Cox dan
Snell’s R SquaredanNagelkerke’s R Square
Menurut Ghozali 2006 nilaiCox danSnell’s RSquare
danNagellkerke’sRSquare “
menunjukkanseberapa besar variabilitasvariable dependenyang dapatdijelaskan oleh
variabelindependen.” Ghozali juga menambahkan bahwaCox danSnell’s R Square
merupakan : “suatuukuranyangmencoba untuk meniruukuranRsquarepada
multiple regression yangdidasarkanpadateknikestimasi
likelihood dengan nilaimaksimumkurang dari1 sehingga
sulitdiinterpretasikan.Untuk mendapatkan
koefisiendeterminasiyangdapatdiinterpretasikansepertinilaiR
2
p ada multiple regression, makadigunakan NagelkerekeR
square.”
3.7.3.2.3 Tabel Klasifikasi 2x2
Menurut Ghozali 2006 tabel klasifikasi 2x2 berfungsi untuk : “menghitung nilai estimasi yang benar correct dan salah
incorrect. Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini financial distress 1 dan non financial
distress
0, sedangkan pada baris menunjukkan menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen. Pada model
sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan ketepatan peramalan 100.”
3.7.3.3 Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi
Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan berada pada kondisi financial
Universitas Sumatera Utara
72
distress.Koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value probability value.
a. Tingkat signifikansi α yang digunakan sebesar 5 0,05.
b. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada
signifikansi p- value. Jika p- value signifikan α, maka
hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p- value α, maka
hipotesis alternatif diterima.
3.7.3.4 Uji Wald uji Signifikansi Parsial
Pada regresi logistik, untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dapat dilakukan dengan uji wald.
Uji waldberfungsi untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen yang masuk ke dalam model.
Apabiladalamujiwaldmemperlihatkanangkasignifikansiyanglebihkecildari 0,05,maka koefisienregresiadalahsignifikanpada
tingkatkepercayaan5.Adapun denganmelakukanujiwald,kita dapatmengetahuiseberapa besarpengaruh variabel independen terhadap
kemungkinan perusahaan beradapadakondisifinancialdistress.
Universitas Sumatera Utara
73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Penelitian
2
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan informasi mengenai gambaran data meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, niali rata-rata
mean, dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian.Peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang diukur dengan
skala rasio dan frequency untuk variabel yang diukur dalam skala nominal.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Likuiditas,
Leverage, Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran Perusahaan.
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Likuiditas
200 ,213
464,984 5,98853
37,006682 Leverage
200 ,040
4,280 ,49160
,354504 Profitabilitas
200 -,346
,748 ,04782
,088533 Rasio Aktivitas
200 ,204
26,470 5,18612
3,707024 Komisaris Independen
200 ,200
,750 ,36685
,071031 Kepemilikan Manajerial
200 ,0005
75,7424 7,051139
15,1055807 Kepemilikan Institusional
200 8,3272
96,0912 66,395858
17,9883630 Ukuran Perusahaan
200 10,942
14,584 12,21818
,746338 Valid N listwise
200
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Universitas Sumatera Utara
74
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 50 perusahaan dengan 200
amatan penelitian, yaitu 50 perusahaan dikali dengan empat tahun periode penelitian. Delapam variabel independen yang menggunakan
skala rasio yaitu likuiditas yang diproksikan dengan current assets, leverage
yang diproksikan dengan DAR, profitabilitas yang diproksikan dengan ROA, rasio aktivitas yang diproksikan dengan inventory
turnover, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan ukuran perusahaan. 2.
Variabel independen likuiditas memiliki nilai minimum sebesar 0,213 dan nilai maksimum sebesar 464,984 dengan rata-rata 5,98853. Nilai
standar deviasi sebesar 37,0066 yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang
kurang baik dari keseluruhan data. 3.
Variabel independen leverage yang diproksikan dengan debt to total asset ratio
DAR memiliki nilai minimum sebesar 0,040 dan nilai maksimum sebesar 4,280 dengan rata-rata 0,49160. Nilai standar
deviasi sebesar 0.3545 yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari
keseluruhan data. 4.
Variabel independen profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets
ROA memiliki nilai minimum sebesar -0.346 dan nilai
Universitas Sumatera Utara
75
maksimum sebesar 0.748 dengan rata-rata 0.04782. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai
ROA positif dan negatif. Nilai standar deviasi sebesar 0.0885 yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean
merupakan representasi yang kurang baik dari keseluruhan data. 5.
Variabel independen rasio aktivitas yang diproksikan dengan inventory turnover
memiliki nilai minimum sebesar 0.204 dan nilai maksimum sebesar 26,470 dengan rata-rata 5,18612. Nilai standar deviasi sebesar
3,7070 yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari keseluruhan
data. 6.
Variabel independen komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0,20 atau 20 dari jumlah seluruh dewan komisaris yang ada
didalam perusahaan dan nilai maksimum sebesar 0,750 atau 75 dari jumlah seluruh dewan komisaris yang ada didalam perusahaan dengan
nilai rata-rata 0,36685 atau sekitar 36,69 . Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel memiliki jumlah
komisaris independen yang jumlahnya sudah sesuai dengan peraturan Bursa yaitu 30 dari total komisaris perusahaan atau secara
proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas. Nilai standar deviasi sebesar 0,0710 yang jauh lebih
kecil jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari keseluruhan data.
Universitas Sumatera Utara
76
7. Variabel independen kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum
sebesar 0,0005 dan nilai maksimum sebesar 75,7424 dengan nilai rata-rata 7,0511 . Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan
manajerial didalam perusahaan yang menjadi sampel memiliki saham minoritas. Nilai standar deviasi sebesar 15,10558 yang jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang kurang baik dari keseluruhan data.
8. Variabel independen kepemilikan institusional memiliki nilai minimum
sebesar 8,3272 dan nilai maksimum sebesar 96,0912 dengan nilai rata-rata 66,39586 . Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
saham perusahaan yang dimiliki institusi yang menjadi sampel merupakan saham mayoritas. Nilai standar deviasi sebesar 17,98836
yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean
merupakan representasi yang baik dari keseluruhan data. 9.
Variabel independen ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 10,942 atau 87,42 milyar rupiah dan nilai maksimum sebesar
14,584 atau 383,53 trilyun rupiah dengan rata-rata berada pada skor 12,21818. Nilai standar deviasi sebesar 0,7463 yang jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari keseluruhan data.
Universitas Sumatera Utara
77
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel
Financial Distress
Financial Distress N
Valid 200
Missing
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa jumlah data yang valid adalah 200 buah, sedangkan data yang hilang missing adalah nol,
artinya semua data telah diproses.
Tabel 4.3 Statistik Frekuensi Variabel
Financial Distress
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
166 83,0
83,0 83,0
1 34
17,0 17,0
100,0 Total
200 100,0
100,0
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen financial distress
menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang nakan mengalami kesulitan keuangan financial distress diberi kode “1”,
sedangkan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan financial distress
diberi kode “0” memiliki data valid karena seluruhnya telah diproses. Jumlah data yang tidak mengalami kesulitan keuangan financial
distress sebanyak 166 data 83, sedangkan jumlah data yang mengalami
kesulitan keuangan financial distress sebanyak 34 data 17.
Universitas Sumatera Utara
78
4.1.2 Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik yang digunakan untuk menguji apakah variabel independen yaitu likuiditas LIQUID, leverage LEV, profitabilitas PROF, rasio aktivitas
AKTV, komisaris independen IND_COM, kepemilikan manajerial MAN_OWN, kepemilkan institusional INS_OWN, dan ukuran
perusahaan SIZE berpengaruh langsung terhadap Financial Distress.
Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ln
� �−�
= a + b
1
LIQUID + b
2
LEV + b
3
PROF + b
4
AKTV + b
5
IND_COM + b
6
MAN_OWN + b
7
INS_OWN + b
8
SIZE + εi
Keterangan : Ln
� 1
−�
: Log dari perbandingan antara peluang financial distress peluang non financial distress
a : konstansta
b
1
: Koefisien regresi dari Likuiditas b
2
: Koefisien regresi dari Leverage b
3
: Koefisien regresi dari Profitabilitas b
4
: Koefisien regresi dari Rasio Aktivitas b
5
: Koefisien regresi dari Komisaris Independen b
6
: Koefisien regresi dari Kepemilikan Manjerial b
7
: Koefisien regresi dari Kepemilikan Institusional
Universitas Sumatera Utara
79
b
8
: Koefisien regresi dari Ukuran Perusahaan
ε
: Error
Berikut ini adalah hasil analisis regresi logistik:
Tabel 4.4 Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
Step 1
a
LIQUID ,009
,022 ,177
1 ,674
1,009 LEV
,697 1,521
,210 1
,647 2,007
PROF -119,055
27,918 18,186
1 ,000
,000 AKTV
,119 ,131
,829 1
,363 1,126
IND_COM 1,187
6,195 ,037
1 ,848
3,279 MAN_OWN
-,017 ,025
,503 1
,478 ,983
INS_OWN -,013
,021 ,407
1 ,524
,987 SIZE
1,015 ,645
2,475 1
,116 2,760
Constant -13,740
8,707 2,490
1 ,115
,000 a. Variables entered on step 1: LIQUID, LEV, PROF, AKTV, IND_COM, MAN_OWN, INS_OWN, SIZE.
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016 Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model sebagai
berikut :
Ln
� �−�
= -13,740+ 0,009 LIQUID + 0,697 LEV - 119,055 PROF + 0,119 AKTV + 1,187 IND_COM – 0,017 MAN_OWN – 0,013
INS_OWN + 1,015 SIZE + εi
Interpretasi dari persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Konstanta sebesar -13,740 maka nilai variabel financial distressakan tetap sebesar 2,708 jika semua variabel independen bernilai nol.
Universitas Sumatera Utara
80
2. Koefisien likuiditas LIQUID sebesar 0,009, artinya jika nilai variabel
ini ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel financial distress
sebesar 0,009 dengan variabel lain tetap. 3.
Koefisien leverage LEV sebesar 0,697, artinya jika nilai variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel financial
distress sebesar 0,697 dengan variabel lain tetap.
4. Koefisien profitabilitas ROA sebesar -119,055, artinya jika nilai
variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel financial distress sebesar -119,055 dengan variabel lain tetap.
5. Koefisien rasio aktivitas AKTV sebesar 0,119, artinya jika nilai
variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel financial distress sebesar 0,119 dengan variabel lain tetap.
6. Koefisien komisaris independen IND_COM sebesar 1,187, artinya
jika nilai variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel financial distress sebesar 1,187 dengan variabel lain tetap.
7. Koefisien kepemilikan manajerial MAN_OWN sebesar -0,017,
artinya jika nilai variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel financial distress sebesar -0,017 dengan
variabel lain tetap. 8.
Koefisien kepemilikan institusional INS_OWN sebesar -0,013, artinya jika nilai variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menurunkan
nilai variabel financial distress sebesar -0,013 dengan variabel lain tetap.
Universitas Sumatera Utara
81
9. Koefisien ukuran perusahaan SIZE sebesar 1,015, artinya jika nilai
variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel financial distress sebesar 1,015 dengan variabel lain tetap.
4.1.2.1 Pengujian Kelayakan Model Uji Hosmer andLemeshow Godness
of Fit
HosmerandLemeshow’sGoodnessofFitTest digunakanuntukmenguji
hipotesisnolH bahwatidakadaperbedaanantaramodeldengandatasehingga
modeldapatdikatakanfit.Dasarpengambilan keputusannya adalah jika nilai dari
HosmerandLemeshow’sGoodnessofFitTestStatistik samadenganataukurang dari0,05makahipoesisnolH
ditolakyangberartiadaperbedaansignifikan antaramodeldengannilaiobservasinyasehinggaGoodnessofFitModeltidak
baikkarenamodeltidak dapatmemprediksinilaiobservasinya.JikaHosmerand Lemeshow’sGoodnessofFitTestStatistik
lebihbesardari0,05makahipotesis nol H
diterimadan berarti model mampumemprediksinilaiobservasinya. BerikutiniadalahhasilpengujianHosmerandLemeshow’sGoodnessof
Fit Test, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
82
Tabel 4.5 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Financial Distress = 0 Financial Distress = 1
Total Observed
Expected Observed
Expected
Step 1 1
20 20,000
,000 20
2 20
20,000 ,000
20 3
20 19,999
,001 20
4 20
19,996 ,004
20 5
19 19,975
1 ,025
20 6
20 19,917
,083 20
7 19
19,529 1
,471 20
8 20
17,031 2,969
20 9
8 9,237
12 10,763
20 10
,315 20
19,685 20
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
menunjukkan angka 0.000, nilai signifikansi yang diperoleh ini lebih kecil dari 0,05 5. Hal ini berarti bahwa model regresi kurang mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model tidak dapat diterima karena tidak cocok dengan data observasinya.
4.1.2.2 Pengujian Keseluruhan Model Overall Model Fit
4.1.2.2.1 Chi Square Test
Menurut Ghozali 2006 uji chi square untuk keseluruhan model terhadap datadilakukandenganmembandingkannilaiantara-2
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square
Df Sig.
1 42,562
8 ,000
Universitas Sumatera Utara
83
loglikelihood padaawal hasilblocknumber0dengannilai-2
loglikelihood padaakhirhasilblock number 1.
Apabilaterjadipenurunan,maka modeltersebutmenunjukkanmodel regresiyangbaik.Penurunan-2
log likelihood
dapatdilihatpadatabel4.6sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Keseluruhan Model Block = 0
Iteration History
a,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1
184,463 -1,320
2 182,366
-1,565 3
182,354 -1,585
4 182,354
-1,586
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016 Penurunan nilai -2 log likelihood tersebut disajikan dalam
nilai chi square dalam omnibus test of model coefficient sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Kelayakan Keseluruhan Model Block = 1
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df
Sig. Step 1
Step 133,035
8 ,000
Block 133,035
8 ,000
Model 133,035
8 ,000
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016 Pengujian koefisien regresi secara keseluruhan overall model dari 8
prediktor secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan omnibus test of model coefficient. Hasil pengujian omnibus test diperoleh nilai chi
Universitas Sumatera Utara
84
square penurunan nilai -2 log likelihood sebesar 133,035 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa model tersebut
merupakan model regresi yang baik. Disamping itu, nilai signifikansi yang lebih kecil dari tingkat α sebesar 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dari kedelepan prediktor yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, rasio aktivitas, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama dapat menjelaskan terjadinya financial distress pada perusahaan.
4.1.2.3 Uji Hipotesis 4.1.2.3.1 Koefisien Determinasi
Cox and Snell’s R Squaredan Nagelkerke’s R Square
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R. Squuare. Hasil
pengujian koefisien determinasi Nagelkerke R. Squuare dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 49,320
a
,486 ,812
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2015
Berdasarkan Tabel 4.8 nilai Nagelkerke R. Square adalah 0,812 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat
Universitas Sumatera Utara
85
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 81,2 sedangkan sisanya 18,8 dijelaskan oleh faktor lain di luar model
penelitian.
4.1.2.3.2 Uji Klasifikasi 2x2
Prediksi ketepatan model juga dapat menggunakan matrik klasifikasi yang menhitung nilai estimasi yang benar correct dan
salah incorrect pada variabel dependen. Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan terjadinya financial distress. Hasil klasifikasi disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Uji Klasifikasi 2x2
Classification Table
a
Observed Predicted
Financial Distress Percentage
Correct 1
Step 1 Financial Distress
165 1
99,4 1
3 31
91,2 Overall Percentage
98,0
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016 Tabel4.9 menunjukkan bahwa dari166 sampelyang
memiliki keuangan yangsehatnon financialdistress, 165 perusahaanatau 99,4 secaratepatdapat diprediksikan oleh model
regresi logistik ini, dan 1 sampel tidak tepat diprediksikanolehmodel,sedangkan dari 34 perusahaan yang
mengalamifinancial distress, 31 sampelatau91,2 perusahaanyang dengan tepat dapat diprediksikan oleh model
Universitas Sumatera Utara
86
regresi logistik ini, sedangkan hanya 3 perusahaan diperoleh lainnya diestimasikan melenceng dari hasil observasinya.
Secara keseluruhan berarti bahwa 165 + 31 = 196 sampel dari 200 sampel atau 98,0 sampel dapat
diprediksikandengantepatolehmodelregresilogistikini. Tingginyapersentase ketepatantabelklasifikasitersebut
mendukungtidakadanyaperbedaanyang signifikan terhadap data hasil prediksi dan data observasinya yang menunjukkan sebagai
model regresi logistik yang baik.
4.1.2.4 Uji Simultan Uji Statistik G
2
Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama simultan pada model regresi
logistik digunakan uji statistik G
2
Likelihood Ratio Test. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
H : Tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen. H
1
: Minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
87
Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan Uji Statistik G
2
Hipotesis Pertama
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df
Sig. Step 1
Step 129,439
4 ,000
Block 129,439
4 ,000
Model 129,439
4 ,000
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Tabel 4.11 Hasil Uji Simultan Uji Statistik G
2
Hipotesis Kedua
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df
Sig. Step 1
Step 1,333
3 ,721
Block 1,333
3 ,721
Model 1,333
3 ,721
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Tabel 4.12 Hasil Uji Simultan Uji Statistik G
2
Hipotesis Keempat
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df
Sig. Step 1
Step 133,035
8 ,000
Block 133,035
8 ,000
Model 133,035
8 ,000
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh nilai G
2
Chi-Square sebesar 129,439 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak yang berarti minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap
variabel dependen financial distress atau H
1
diterima.
Universitas Sumatera Utara
88
Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh nilai G
2
Chi-Square sebesar 1,333 dengan nilai signifikansi sebesar 0,721 yang lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen financial distress atau H
2
ditolak.
Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh nilai G
2
Chi-Square sebesar 133,035 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak yang berarti minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap
variabel dependen financial distress atau H
4
diterima.
4.1.2.5 Uji Parsial Uji Wald
Pengujianhipotesismenggunakanmodelregresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh likuiditas, leverage,
profitabilitas, rasio aktivitas, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan terhadap
kemungkinan perusahaan mengalamikesulitan keuangan. Untukmengujisignifikansikoefisien
darisetiapvariabelbebasdilakukan dengan cara melakukan uji wald. Uji ini bertujuan untuk menguji signifikansi setiap variabel dengan melihat
kolom sig atau significance.Prosedur pengujian menggunakan tingkatsignifikansisebesar5 0,05 yang berarti variabel-variabel
independen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependennya jika nilai probabilitas 0,05, namun sebaliknya jika
Universitas Sumatera Utara
89
probabilitas 0,05 maka tidak berpengaruh parsial terhadap variabel dependenya.
Tabel 4.13 Hasil Uji Parsial
Variables in the Equation
B S.E.
Wald Df
Sig. ExpB
Step 1
a
LIQUID ,009
,022 ,177
1 ,674
1,009 LEV
,697 1,521
,210 1
,647 2,007
PROF -119,055
27,918 18,186
1 ,000
,000 AKTV
,119 ,131
,829 1
,363 1,126
IND_COM 1,187
6,195 ,037
1 ,848
3,279 MAN_OWN
-,017 ,025
,503 1
,478 ,983
INS_OWN -,013
,021 ,407
1 ,524
,987 SIZE
1,015 ,645
2,475 1
,116 2,760
Constant -13,740
8,707 2,490
1 ,115
,000 a. Variables entered on step 1: LIQUID, LEV, PROF, AKTV, IND_COM, MAN_OWN, INS_OWN,
SIZE.
Sumber :Output SPSS, data diolah peneliti, 2016 Berdasarkan Tabel 4.13 variabel likuiditas mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,674 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga likuiditas tidak dapat diterima, artinya likuiditas tidak
berpengaruh terhadap financial distress atau H
1
ditolak.
Untuk variabel leverage mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,647 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga sehingga
leverage tidak dapat diterima, artinya leverage tidak berpengaruh terhadap
financial distress
atau H
1
ditolak.
Untuk variabel profitabilitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
90
dapat diterima, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress
atau H
1
diterima.
Untuk variabel rasio aktivitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,363 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga
sehingga rasio aktivitas tidak dapat diterima, artinya rasio aktivitas tidak
berpengaruh terhadap financial distress atau H
1
ditolak.
Untuk variabel komisaris independen mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,848 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05
sehingga sehingga komisaris independen tidak dapat diterima, artinya komisaris independen tidak berpengaruh terhadap financial distress atau
H
2
ditolak.
Untuk variabel kepemilikan manajerial mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,478 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05
sehingga sehingga kepemilikan manajerial tidak dapat diterima, artinya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress atau
H
2
ditolak.
Untuk variabel kepemilikan institusional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,524 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05
sehingga sehingga kepemilikan institusional tidak dapat diterima, artinya kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress
atau H
2
ditolak.
Untuk variabel ukuran perusahaan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,116 dan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga ukuran
Universitas Sumatera Utara
91
perusahaan tidak dapat diterima, artinya ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap financial distress atau H
3
ditolak.
4. 2 Pembahasan 4.2.1 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 1 : Likuiditas,
Leverage, Profitabilitas, dan Rasio Aktivitas Berpengaruh Terhadap
Financial Distress Baik Secara Simultan maupun Parsial Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI
Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian secara simultan dari likuiditas, leverage, profitabilitas, dan rasio aktivitas berpengaruh
terhadap financial distress.Pada Tabel 4.10 dalam penelitian ini H ditolak atau H
1
diterima ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh bersama-sama dari variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, dan rasio aktivitas terhadap financial distress atau dapat
disimpulkan bahwa minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel dependen financial distress.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penilitian yang dilakukan Mahdi dan Abedini 2009, serta Andre 2013, yang menyatakan
bahwa rasio keuangan seperti likuiditas, leverage, profitabilitas, dan rasio aktivitas yang secara bersama-sama dapat digunakan untuk
memprediksi financial distress.Disamping itu, hasil penelitian ini juga
Universitas Sumatera Utara
92
sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa rasio keuangan perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi
terjadinya financial distress.
4.2.1.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah rasio keuangan berpengaruh terhadap financial distress.Rasio keuangan pertama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.13 variabel
likuiditas yang diukur dengan current ratio memperoleh nilai uji wald
koefisien regresi 0,009 dengan nilai signifikansi sebesar 0,674 lebih besar dari batas signifikan α = 0,05 dan nilai log odds e
0,009
sebesar 1,009. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress.Hal ini berarti
bahwa hasil analisis dalam regresi ini menolak H1 yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap financial
distress. Tingginya rasio likuiditas menandakan perusahaan mampu
dalam melunasi kewajibannya, hal ini terlihat dari besarnya aktiva lancar dalam perusahaan yang jumlahnya lebih besar dari hutang
lancarnya, sehingga aktiva lancarnya dapat digunakan untuk melunasi hutang lancarnya dan dapat terhindar dari financial
distress , sedangkan dalam penelitan ini beberapa perusahaan
memiliki nilai rasio likuiditas yang rendah hal ini dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
93
hutang lancar yang nilainya terlalu besar dari aktiva lancarnya sehingga aktiva lancarnya tidak cukup dana dalam melunasi hutang
lancarnya sehingga perusahaan cenderung akan mengalami financial distress
. Hal inilah yang menyebabkan likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hasil yang sama ditunjukkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dah Purwanto 2013, Hadi dan Handayani 2014, Putri dan Merkusiwati 2014, serta Agusti
2013 , yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa rasio likuiditas perusahaan
dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress.
4.2.1.2 Pengaruh Leverage Terhadap Financial Distress
Rasio keuangan kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio leverage. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada
Tabel 4.13 Variabel leverage yang diukur dengan DAR memperoleh nilai uji wald koefisien regresi sebesar 0,697 dengan
nilai signifika nsi sebesar 0,647 lebih besar dari batas signifikan α =
0,05 dengan nilai log odds e
0,697
sebesar 2,007. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap
financial distress . Hal ini berarti hasil analisis dalam regresi ini
menolak H1 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap financial distress.
Universitas Sumatera Utara
94
Leverage yang tinggi berarti memiliki resiko yang tinggi
karena aktiva perusahaan yang digunakan tidak bisa menutupi total hutangnya sehingga perusahaan memiliki tanggung jawab lebih
untuk melunasi atau menutupi hutangnya. Tingginya angka rasio leverage
menandakan kondisi perusahaan yang tidak baik karena biaya yang digunakan untuk aset perusahaan semakin besar,
sehingga menimbulkan adanya potensi financial distress. Akan tetapi, nilai leverage yang tinggi belum tentu memastikan
perusahaan terkena financial distress. Perusahaan yang memiliki nilai leverage tinggi belum tentu memiliki beban yang tinggi
sehingga laba yang dihasilkan rendah, akan tetapi dimungkinkan nilai leverage yang tinggi tidak diikuti beban yang semakin tinggi
sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi dan tidak terkena financial distress. Hal inilah yang menyebabkan leverage
tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hanifah dan Purwanto 2013, dan Agusti 2013, yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap financial distress Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa leverage dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress yang dialami perusahaan. Akan tetapi, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hadi dan Andayani 2014, Putri dan Merkusiwati 2014, dan Hastuti 2014,
Universitas Sumatera Utara
95
yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress.
4.2.1.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Rasio keuangan ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pada Tabel 4.13 Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA memperoleh nilai uji wald koefisien regresi sebesar -119,055 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih besar dari batas signifikan α = 0,05 dengan nilai log odds e
-119,055
sebesar 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap
financial distress .Hal ini berarti hasil analisis dalam regresi ini
menerima H1 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress.
Profitabilitas yang tinggi menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba juga tinggi. Laba yang tinggi
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang baik sehingga tidak akan terjadi financial distress. Akan tetapi, bagi perusahaan
yang memiliki profitabilitas yang rendah, perusahaan tersebut tidak memiliki kekuatan ekonomi sehingga kecenderungan perusahaan
mengalami kesulitan keuangan juga akan tinggi. Hal ini berarti profitabilitas dapat memprediksi financial distress yang dialami
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
96
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Andre 2013, yang menyatakan bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress.
Hasil penelitian ini sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa profitabilitas dapat
memprediksi terjadinya financial distress pada perusahaan.Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Hanifah dan Purwaanto 2013, yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap financial distress.
4.2.1.4 Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Financial Distress
Rasio keuangan selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada
Tabel 4.13 Variabel rasio aktivitas yang diukur dengan inventory turnover
memperoleh nilai uji wald koefisien regresi sebesar 0,119 dengan nilai signifikansi sebesar 0,363 lebih besar dari batas
signifikan α = 0,05 dengan nilai log odds e
0,119
sebesar 1,126. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel rasio aktivitas tidak
berpengaruh terhadap financial distress.Hal ini berarti hasil analisis dalam regresi ini menolak H1 yang menyatakan bahwa rasio
aktivitas berpengaruh terhadap financial distress. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Jiming dan Wei Wei 2008, yang menyatakan bahwa rasio aktivitas yang diukur dengan inventory turnover tidak
Universitas Sumatera Utara
97
berpengaruh terhadap financial distress.Disamping itu, hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan logika teori yang telah
dipaparkan sebelumnya, bahwa rasio aktivitas dapat digunakan untuk memprediksi finanncial distress perusahaan.
4.2.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 2 : Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional
Berpengaruh Terhadap Financial Distress Baik Secara Simultan
maupun Parsial Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
Berdasarkan hasil analisis untuk pengujian secara simultan dari komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress.Pada Tabel 4.11 dalam penelitian ini H
diterima atau H
1
ditolak ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi sebesar 0,721 yang lebih besar dari
0,05, ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh bersama-sama dari komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
institusional terhadap financial distress atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri dan
Merkusiwati 2014, yang menyatakan bahwa mekanisme corporate governance
tidak memiliki pengaruh signifikan pada financial
Universitas Sumatera Utara
98
distress. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
yang dilakukan Hendriani 2009, yang menyatakan bahwa struktur corporate governance
seperti komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional yang secara bersama-sama
dapat digunakan untuk memprediksi financial distress.Disamping itu, hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan logika teori yang telah
dipaparkan sebelumnya, bahwa kesulitan keuangan perusahaan dapat dicegah melalui penerapan struktur corporate governance yang baik
pada perusahaan.
4.2.2.1 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Financial
Distress
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah struktur corporate governance
berpengaruh terhadap financial distress.
Indikator struktur corporate governance pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah komisaris independen.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.13 Variabel komisaris independen memperoleh nilai uji wald koefisien regresi
sebesar 1,187 dengan nilai signifikansi sebesar 0,848 lebih besar dari batas signifikan α = 0,05 dengan nilai log odds e
1,187
sebesar 3,279. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap financial distress.Hal ini berarti hasil analisis dalam regresi ini menolak H2 yang
Universitas Sumatera Utara
99
menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Hanifah dan Purwanto 2013, yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap financial distress.Besarnya jumlah komisaris independen yang ada dalam perusahaan tidak mampu
mencegah terjadinya financial distress.Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Li, dkk 2008
dan Nur 2007, yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kemungkinan terjadinya
financial distress. Disamping itu, penelitian ini juga tidak sesuai
dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa tingkat proporsi komisaris independen yang tinggi sangat
berpengaruh pada semakin rendahnya kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress.
4.2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Financial
Distress
Indikator struktur corporate governance yang kedua yang digunakan didalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.13 Variabel kepemilikan manajerial memperoleh nilai uji wald koefisien
regresi -0,017 dengan nilai signifikansi adalah sebesar 0,478 lebih besar dari batas signifikansi α = 0,05 dan nilai log odds e
-
Universitas Sumatera Utara
100
0,017
sebesar 0,983. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap financial
distress. Hal ini berarti bahwa hasil analisis -0,017 dalam regresi
ini menolak hipotesis H2 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap financial distress.
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Radifan 2015, Hadi dan Andayani 2014, serta
Hendriani 2011, yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress. Akan
tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti 2014, serta Hanifah dan Purwanto 2013,
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap financial distress.Disamping itu, penelitian ini juga tidak
sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa semakin meningkatnya proporsi kepemilikan manajerial
maka akan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan semakin tingginya persentase kepemilikan manajerial maka akan semakin
tinggi tanggung jawab manajemen dalam mengambil keputusan sehingga kemungkinan terjadinya financial distress juga akan
menurun.
Universitas Sumatera Utara
101
4.2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Financial
Distress
Indikator struktur corporate governance yang terakhir yang digunakan didalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.13 Variabel kepemilikan institusional memperoleh nilai uji wald koefisien
regresi -0,013 dengan nilai signifikansi sebesar 0,524 lebih besar dari ba
tas signifikansi α = 0,05 dan nilai log odds e
-0,013
sebesar 0,987. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap financialdistress.Hal ini berarti bahwa hasil analisis regresi ini menolak hipotesis kedua
H2 yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap financial distress.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hadi dan Andayani 2014, Hastuti 2014, dan Agusti
2013, yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress.Karena besar kecilnya
persentase kepemilikan intitusional tidak dapat dijadikan ukuran bahwa perusahaan mengalami financial distress ataupun tidak.
Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Radifan 2015, serta Hanifah dan Purwanto 2013, yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap financial distress. Disamping itu, penelitian ini juga tidak
Universitas Sumatera Utara
102
sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa semakin besar kepemilkan institusional akan semakin besar
pengawasan yang dilakukan terhadap perusahaan sehingga akan mendorong kecilnya kemungkinan perusahaan mengalami
financial distress.
4.2.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 3 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap
Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap financial distress. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis pada Tabel 4.13 Variabel ukuran perusahaan memperoleh nilai uji wald koefisien regresi 1,015 dengan nilai signifikansi sebesar
0,116 lebih besar dari batas signifikansi α = 0,05 dan nilai log odds e
- 1,015
sebesar 2,760. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap financialdistress.Hal
ini berarti bahwa hasil analisis regresi ini menolak hipotesis ketiga H3 yang menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Hastuti 2014, yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial distress.Karena ukuran perusahaan
yang besar tidak bisa dijadikan jaminan bahwa perusahaan tidak
Universitas Sumatera Utara
103
akanmengalami financial distress. Begitu juga sebaliknya, perusahaan kecil bisa saja terhindar dari financial distress karena sistem
pengelolaan perusahaan yang baik. Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Putri dan Merkusiwati
2014 , yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap financial distress. Disamping itu juga, penelitian ini
tidak sesuai dengan logika teori yang telah dipaparkan sebelumnya, yang menyatakan bahwa perusahaan yang besar akan lebih mampu
mengatasi kesulitan keuangan yang dialaminya.
Universitas Sumatera Utara
104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan likuiditas, leverage, profitabilitas, dan rasio aktivitas, struktur corporate
governance komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
institusional dan ukuran perusahaan terhadap financial distress baik secara simultan maupun parsialBerdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Rasio keuangan yang terdiri dari likuiditas, leverage, profitabilitas, dan rasio aktivitas memiliki hasil penelitian sebagai berikut :
a. Likuiditas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
distress. b.
Leverage secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
distress. c.
Profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
d. Rasio aktivitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
financial distress. e.
Likuiditas, leverage, profitabilitas, dan rasio aktivitas secara simultan berpengaruh terhadap financial distress.
Universitas Sumatera Utara
105
2. Struktur corporate governance yang terdiri dari komisaris independen,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional memiliki hasil penelitian sebagai berikut :
a. Komisaris independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap financial
distress. b.
Kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
c. Kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap financial distress. d.
Komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional secara simultan tidak berpengaruh terhadap financial
distress. 3.
Ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap financial distress.
4. Likuiditas, leverage, profitabilitas, rasio aktivitas, komisaris independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap financial distress.
5.2 Saran