LandasanTeori .1 TeoriKeagenan Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LandasanTeori 2.1.1 TeoriKeagenan Menurut Bodroastuti 2009 teori keagenan agency theory merupakan “teori yangmenjelaskan tentangadanyapemisahankepentinganantarapemilikperusahaandan pengelola perusahaan.” Menurutteorikeagenan,pemisahanini dapat menimbulkankonflik.Terjadinyaagency conflict disebabkanpihak- pihakyang terkaityaituprincipalyangmemberikontrakataupemegangsahamdanage n yangmenerimakontrakdan mengeloladanaprincipalmempunyaikepentingan yang salingbertentangan. Menurut Jensen dan Meckling 1976 “apabilaagen dan principalberupayamemaksimalkan utilitasnyamasing- masing, sertamemilikikeinginandanmotivasiyangberbeda, makaagenmanajementidak selalubertindaksesuaikeinginanprincipal.” Jensendan Meckling1976menggambarkanhubungankeagenanagency relationship sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan antaraprincipal yangmenggunakan agent untuk melaksanakan jasa yangmenjadikepentinganprincipaldalamhal Universitas Sumatera Utara 17 terjadipemisahankepemilikandan kontrolperusahaan.Teorikeagenanmerupakandasaryang digunakanuntuk memahamicorporategovernance.Triwahyuningtias 2012 mengemukakan “prinsiputamateori ini menyatakanadanya hubungankerjaantarapihakyangmemberiwewenangprincipalyaituinves tordengan pihak yang menerima wewenang agen yaitu manajer, dalam bentuk kontrakkerjasama. ” Permasalahanyangmunculakibat adanyaperbedaankepentinganantaraagendanprincipaldisebutagencyprob lem . Salah satu penyebab agency problem adalah adanya Asymmetric Information .Menurut Emirzon 2007 AsymmetricInformationadalah “informasiyang yangtidakseimbang yang disebabkanadanyadistribusiinformasiyang tidaksamaantaraprinsipaldan agen yangberakibat dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanyakesulitanprincipaluntukmemonitordan melakukankontrolterhadap tindakan-tindakan.” JensendanMeckling1976menyatakanpermasalahantersebutadal ah: a.Moralhazard,yaitupermasalahanyang munculjika agentidak melaksanakanhal-halyangdisepakatibersamadalamkontrakkerja. b. Adverseselection,yaitu suatu keadaandimanaprincipaltidak dapat mengetahuiapakahsuatukeputusandiambiloleh agenbenar-benar didasarkanatas Universitas Sumatera Utara 18 informasiyangtelahdiperolehnya,atau terjadisebagai sebuahkelalaiandalamtugas. Teorikeagenanmenekankanpada pentingnyapendelegasianwewenangdari principal kepada agent, dimana agent mempunyai kewajiban untuk mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan principal.Dengan adanya pendelegasian wewenang dari principal kepadaagent, maka berarti bahwa agent yang mempunyai kekuasaan dan pemegang kendali suatu perusahaan dalam kelangsungan hidupnya, untuk ituagentdituntutagarbisaselalutransparandalamkegiatanpengelolaannya atassuatuperusahaan.Menurut Wahyuningtyas 2010 “melalui laporankeuanganagentdapatmenunjukkan salah satubentukpertanggungjawabannyaatas kinerjayangtelahdilakukannya terhadap perusahaan.” Akibat dari adanya perbedaan kepentingan antara pihak agent dan principal dimana para manajer agent biasanya akan selalu berusaha meningkatkan prestasinya melalui peningkatan kinerja sedangkan untuk pemegang saham principal akan melakukan pengawasan agar tidak terjadi penipuan yang dilakukan manajer, pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya konflik keagenan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi konflik keagenan adalah dengan menerapkan good corporate governance dalam Universitas Sumatera Utara 19 perusahaan. Dengan berkurangnya konflik keagenan maka akan tercipta suatu kesinambungan yang baik antara pemilik dengan manajer perusahaan, keselarasan dalam tujuan, dan pada akhirnya menjadikan perusahaan berada dalam kondisi yang kondusif sehingga kondisi financial distress dapat dicegah.

2.1.2 Financial Distress

Financialdistress adalah suatu kondisidimanaperusahaanmenghadapi masalah kesulitankeuangan. Menurut PlattdanPlatt2002Financial distress didefinisikansebagai “tahappenurunankondisikeuanganyang terjadisebelum terjadinya kebangkrutan ataupunlikuidasi.” Kondisifinancial distresstergambar dari ketidakmampuan atau tidak tersedianya dana untuk membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Elloumidan Gueyie2001mengkategorikanperusahaandenganfinancial distressbila “selamadua tahunberturut-turutmengalamilababersihnegatif .”Classenset al.1999dalamwardhani2006mendefinisikan perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan sebagai “perusahaan yang memilikiinterestcoverageratiokurangdari satu.”Almiliadan Kristijadi2003 menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress adalah “perusahaanyang selamabeberapatahunmengalamilaba bersihoperasinet Universitas Sumatera Utara 20 operationincome negatifdan selamalebihdarisatutahuntidakmelakukan pembayarandividen.”Menurut Fitdini 2009 pada umumnyasinyal terjadinya financial distress terlihat dari “pelanggaranperusahaanatau perjanjianutangdenganpihakkreditorserta penguranganatau penghapusandalammembayardividen.” Ketikaperusahaanmengalamidelistedyang diakibatkan karena perusahaan memperolehlababersihdan nilaibukuekuitas negatifberturut-turutatauperusahaantersebutsudahdi mergerjugadapat dianggap sebagaisalah satuindikasi bahwa perusahaan telah mengalamifinancialdistress. 2.1.2.1.Dampak FinancialDistress Salahsatudampakfinancialdistressadalahdapat membawaperusahaan mengalamikesulitandalam membayarkankewajibanyangditanggung.Menurut Anggarini2010,perusahaanyang mengalamifinancialdistresskesulitan keuangan akan menghadapikondisi: 1. Tidak mampumemenuhi jadwal atau kegagalan pembayaran kembali hutang yangsudah jatuh tempo kepadakreditor. 2. Perusahaan dalamkondisi tidaksolvableinsolvency. Universitas Sumatera Utara 21 Pendapat lain yang dikemukakan olehGitman 2002, terdapattigahalyang palingterlihatketikaperusahaan mengalamifinancialdistress, yaitu: 1. BusinessFailure kegagalan bisnis, dapatdiartikan sebagai: a. Keadaan dimana realized rate of retrun dari modal yang diinvestasikansecarasignifikan terus menerus lebihkecildarirateof returnpada investasisejenis. b. Suatukeadaandimanapendapatanperusahaantidakdapatmenut upi biayaperusahaan. c. Perusahaan diklasifikasikan kepadafailure, perusahaan mengalami kerugian operasional selama beberapa tahun atau memiliki retrun yang lebihkecildaripadabiayamodalcostofcapitalataunegative retrun 2. Insolvencytidak solvable, dapatdiartikan sebagai: a.Technical insolvencytimbul apabilaperusahaan tidakdapat memenuhi kewajibanpembayaran hutangnya pada saat jatuh tempo. b.Accounting insolvency , perusahaan memilikinegativenetworth, secaraakuntansimemilikikinerjaburukinsolvent,haliniterjad i apabilanilaibuku darikewajiban perusahaan melebihinilaibuku dari totalhartaperusahaantersebut. 3.Bankruptcy,yaitukesulitankeuanganyang mengakibatkanperusahaan memilikinegativestockholders equity ataunilaipasivaperusahaanlebih besar darinilaiwajar hartaperusahaan. Dari tiga macamkategorifinancialdistressdi atas, penelitian ini menggunakanpoinpertamauntuk mengkategorikanperusahaanyang dianggap mengalamifinancialdistress,yaitu ketikaperusahaan mengalamikegagalan bisnis yang terlihatdaripendapatan perusahaanyang tidakdapat menutupibiaya perusahaan yangtimbul. Kasus ini Universitas Sumatera Utara 22 mencerminkan bahwa saat kondisi perusahaan mengalamikerugian, perusahaan akan cenderung mencari suntikan dana dari pihak lain yaitu dapat dilakukan dengan menerbitkan surat hutang obligasi ataupun berhutang dengan pihak ketiga untuk menutupi kekurangan biaya tersebut. 2.1.2.2.Faktor Penyebab FinancialDistress Financialdistress dapattimbulkarena adanyapengaruhdaridalam perusahaansendiriinternalmaupundari luarperusahaaneksternal.Damodaran 2001 menyatakan, faktor penyebabfinancialdistressdaridalamperusahan lebih bersifatmikro, faktor- faktor daridalamperusahaan tersebut adalah 1. Kesulitan aruskas Terjadiketikapenerimaan pendapatan perusahaan darihasiloperasi perusahaan tidak cukupuntuk menutupibebab-bebanusahayang timbul atasaktivitasoperasiperusahaan.Kesulitanaruskas jugadisebabkan adanyakesalahanmanajemenketikamengelolaalirankas perusahanuntuk pembayaranaktivitasperusahaan yangmemperburuk kondisi keuangan perusahaan 2. Besarnya jumlahhutang Kebijakanpengambilanhutang perusahaanuntuk menutupibiaya yang timbulakibatoperasiperusahaan akanmenimbulkankewajibanbagi perusahaanuntukmengembalikanhutang dimasadepan.Ketika tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup danauntuk membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang dilakukankreditur adalahmengadakanpenyitaanhartaperusahaanuntuk menutupikekurangan pembayaran tagihan tersebut. 3. Kerugian dalamkegiatan operasionalperusahaan selamabeberapa tahun Universitas Sumatera Utara 23 Kerugianoperasionalperusahaan menimbulkan aruskasnegatif dalamperusahaan.Halinidapatterjadi karenabebanoperasional lebih besardaripendapatan yangditerimaperusahaan. Apabilaperusahaan mampu menutupiatau menanggulangi tiga di atas, belum tentu perusahaantersebut dapatterhindardari financial distress. Karena masihterdapat faktor eksternal perusahaan yang menyebabkan financial distress. MenurutDamodaran 2001, “faktoreksternalperusahaan lebih bersifatmakro, dan cakupannya lebih luas.”Faktor eksternaldapatberupakebijakan pemerintah yang dapatmenambahbebanusahayang ditanggung perusahaan,misalnyatarifpajak yang meningkatyang dapatmenambah bebanperusahaan.Selainitumasihada kebijakansukubungapinjamanyang meningkat,menyebabkanbebanbungayang ditanggungperusahaan meningkat. 2.1.3 Laporan Keuangan 2.1.3.1. Pengertian Dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan publik khususnya karena laporan keuangan menjadi sumber informasi untuk pertimbangan yang digunakan para investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut yang akan dilaporkan secara berkala. Adapun beberapa pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 24 1. Menurut Munawir 2004 laporan keuangan adalah “hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut”. 2. Menurut Harahap 2002 laporan keuangan merupakan “pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya”. 3. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 IAI:2004 laporan keuangan merupakan “laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan seluruh ringkasan informasi dari semua kegiatan perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang disusun sesuai standar akuntansi yang berlaku umum dan akan menjadi alat untuk pengambilan keputusan serta terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba komprehensif, laporan perubahan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Universitas Sumatera Utara 25 Tujuan Pelaporan Keuangan menurut konsepsi FASB sebagai berikut. 1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor dan kreditur untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan pemberian keputusan. 2. Memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-sumber ekonomi kekayaan perusahaan serta asal kekayaan tersebut siapa pihak yang mempunyai hak atas atas kekayaan tersebut. 3. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba earning power. 4. Memberikan informasi yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya. 5. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber- sumber pembiayaan perusahaan. 6. Memberikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam meramalkan aliran kas masuk ke perusahaan. Adapun beberapa karakteristik kualitas laporan keuangan menurut PSAK adalah sebagai berikut:

1. Dapat dipahami

Laporan keuangan memiliki kualitas tinggi apabila dapat dengan mudah dipahami oleh penggunanya dan yang akan menjadi sumber informasi bagi pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini berarti bahwa para pengguna haruslah memiliki pemahaman akan aktivitas ekonomi dan bisnis serta akuntansi.

2. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan jika informasi itu memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.

3. Keandalan

Laporan keuangan dikatakan handal jika memiliki daya uji , ketepatan penyajian dan netraliti atau tidak memihak pada pihak lain.

4. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan dapat dibandingkan apabila informasi tersebut dapat bermanfaat untuk mengidentifikasikan kecenderungan trend posisi dan kinerja keuangan dengan membandingkannya secara horizontal dan vertikal. Universitas Sumatera Utara 26

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap 2010:297, rasio keuangan merupakan “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.” Menurut Simamora 2002:357, analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Margaretha 2004:22, penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya : a. Analisis horisontaltrend analysis, yaitu membandingkan rasio- rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu. b. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama. Sedangkan menurut Riyanto 2010:329, dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu : a. Membandingkan rasio sekarang present ratio dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu rasio historis atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke Universitas Sumatera Utara 27 tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio- rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio industrirasio standar untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri. Menurut Riyanto 2010:331, umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 empat tipe dasar, yaitu : 1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. 2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. 3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. 4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Prihadi 2008:8, mengemukakan beberapa hal mengenai penggunaan rasio keuangan dengan variasinya: 1. Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan. 2. Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu. 3. Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, profitabilitas dan aktivitas. Universitas Sumatera Utara 28

2.1.4.1 Likuiditas

Analisis likuiditasdigambarkansebagai analisa ataslaporankeuangan suatu perusahaan untuk mengukur sejauh manakemampuan perusahaan itu memenuhikewajiban-kewajiban jangkapendek.Rasio inidihitungdengancurrent ratio , yaitu membandingkan jumlahaset lancarperusahaan dengan kewajiban jangka pendekperusahaan. Currentratio merupakanindikator likuiditasyang dipakaisecaraluas,denganalasanselisih lebihasetlancardiatashutang lancar merupakansuatujaminanterhadapkemungkinanrugi yangtimbuldariusaha dengan cara merealisasikan aset lancarnon kas menjadi kas. Semakin besar jumlah jaminan yang tersedia untuk menutup kemungkinan rugi, kesulitankeuangan akan semakin terhindar.

2.1.4.2 Leverage

Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Tarjo 2008 “rasioleverage menggambarkansumberdanaoperasiyang digunakanperusahaan.”Rasioleverage jugamenunjukkanrisikoyang akan dihadapiperusahaan di masa depan.Semakinbesarrisikoyang dihadapiperusahaan makaketidakpastian untuk menghasilkan labadi masadepan jugaakansemakinmeningkat. Menurut Widarjo dan Universitas Sumatera Utara 29 Setiawan 2009 analisisterhadap rasioinidiperlukan untukmengukur kemampuan perusahaan dalammembayarutangjangkapendekdanjangkapanjangapabilapadasu atu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Salah satuindikator financial leverage yang akan digunakan dalam penelitianini adalahrasiototalutangterhadaptotalaktivatotalliabilitiesto total asset . Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan denganmenunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung olehpendanaanutang.

2.1.4.3 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalammemperoleh labaataukeuntungan. Indikatorprofitabilitasyang digunakan dalampenelitian iniyaituReturn onasset ROA. ROA digunakanuntuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan denganmemanfaatkanaktivayangdimilikinya. Husnan 2001 mengemukakan bahwa “semakin besarReturn on Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakinbaik,karenatingkatkembalianreturnsemakinbesar.” Universitas Sumatera Utara 30 Menurut Ardiyanto 2011 “apabilaReturnonAssetmeningkat,berartiprofitabilitasperusahaan meningkat, sehinggadampakakhirnyaadalahpeningkatanprofitabilitasyangdinik matioleh pemegangsaham.”

2.1.4.4 Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir 2011;172, rasio aktivitas adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.” Dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau sebaliknya.Rasio aktivitas dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen dalam menjalankan perusahaan. Dari hasil pengukuran ini dapat terlihat apakah manajer mampu atau tidak mampu mencapai target yang telah ditentukan perusahaan. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas cash turnover , rasio perputaran piutang usaha account receivable turnover , perputaran persediaan inventory turnover, perputaran modal kerja working capital turnover, perputaran aktiva tetap fixed assets turnover, dan perputaran total aktiva total assets turnover. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur pengaruh kemampuan perusahaan dalam Universitas Sumatera Utara 31 mengelolah sumber daya yang dimilikinya terhadap kemungkinan terjadinya financial distress yaitu dengan menggunakan rasio perputaran persediaan inventory turnover. Menurut Kasmir 2011;180 perputaran persediaan inventory turnover adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode.” Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan barang dalam siklus produksi normal.Semakin besar rasio ini, semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan lancar.

2.1.5 Corporate Governance

Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117M-MBU2002 mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. FCGI Forum Corporate Governance for Indonesia mendefinisikan corporate governance sebagai : Universitas Sumatera Utara 32 “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern maupun ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka dimana tujuan dari corporate governance disini adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan stakeholders dari perusahaan.” Pada perusahaan Indonesia pengawasan terhadap pelaksanaan good corporate governance diawasi oleh Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG.KNKG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai acuan dalam pengelolaan perusahaan yang baik, yang selanjutnya disebut Pedoman GCG. Fungsi penerapan good corporate governance bagi perusahaan menurut KNKG adalah: 1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan 2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham 3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan 4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan memperhatikan pemangku kepentingan lainnya Universitas Sumatera Utara 33 6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Menurut Radifan 2011, pada pelaksanaanya terdapat 5 prinsip dasar dari corporate governance secara umum, yaitu: 1. Transparency keterbukaan informasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi yang materiil dan relevan mengenai kondisi perusahaan 2. Accountabililty akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif 3. Responsibility pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian atau kepatuhan terhadap prinsip korporasi yang sehat dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan perusahaan 4. Independensi kemandirian, yaitu pengelolaan perusahaan secara professional tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat 5. Fairness kesetaraan dan kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan pada perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku Dalam implementasi prinsip tersebut, perlu adanya sokongan dari personel perusahaan untuk mengoptimalkan pelaksanaan good corporate governance dengan baik. Oleh karena itu dibuatlah Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-305BEJ07- 2004 Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Universitas Sumatera Utara 34 Bursa yang mewajibkan perusahaan yang menyelenggarakan pengelolaan yang baik good corporate governance memiliki: 1. Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen dari jumlah seluruh komisaris 2. Komite Audit 3. Sekretaris Perusahaan Elemen-elemen yang digunakan dalam pengukuran struktur corporate governance yaitu komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional.

2.1.5.1 Komisaris Independen

Dalam perusahaan terdapat dewan komisaris yang bertugas untuk mengawasi aktivitas serta perilaku manajemen dalam menjalankan perusahaan.Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertanggungjawab secara kolektif untuk mengawasi dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance.Namun dalam keputusan operasional perusahaan sesuai dengan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, pelaksanaan dewan komisaris perlu memenuhi prinsip-prinsip berikut : 1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. Universitas Sumatera Utara 35 2. Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu berintegritas memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termaksud memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan. 3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara. Menurut KNKG 2006 komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi oleh pihak manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bertindak independen demi kepentingan perusahaan. Keberadaan dari komisaris independen telah di atur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000 yang kemudian diubah menjadi peraturan BEJ tanggal 19 Juli 2004. Melalui peraturan tersebut dijelaskan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas. Jumlah komisaris independen yang diatur dalam peraturan Bursa adalah 30 dari total komisaris perusahaan.

2.1.5.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah seluruh saham yang dimiliki oleh manajemen atau pengelola perusahaan tersebut. Menurut Christiawan dan Tarigan 2007 kepemilikan manajerial adalah Universitas Sumatera Utara 36 “kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham.”Dengan demikian kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan membuat manajer memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan.Manajer pemilik saham tersebut memiliki hak untuk memberikan saran ataupun tekanan secara langsung kepada perusahaan. Oleh karena itu dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan, kepemilikan manajerial yang semakin tinggi akan semakin menambah usaha manajemen untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik yang lebih menguntungkan pemilik dimana manajemen tersebut termasuk pemilik perusahaan yang bersangkutan. Hal diatas sejalan dengan pendapat Demsey Laber 1993 dalam Nuraeni 2010 yang menyatakan masalah keagenan banyak dipengaruhi oleh insider ownership.Insider ownership adalah pemilik perusahaan sekaligus pengelola perusahaan. Semakin besar insider ownership maka perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan akan semakin kecil, karena manajer sebagai pengelola perusahaan tersebut akan lebih berhati-hati atas keputusan yang diambil karena juga ikut menanggung konsekuensi dari keputusan yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara 37

2.1.5.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau badan usaha atau organisasi.Fungsi dari kepemilikan institusional dalam perusahaan adalah monitoring, kepemilikan institusional diharapkan memiliki kemampuan yang lebih baik daripada kepemilikan individu. Menurut Nuraeni 2010 kepemilikan institusional merupakan “salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional dapat mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.” Nuraeni 2010 menjelaskan “pengawasan terhadap perusahaan tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak dalam perusahaan tetapi juga dapat dilakukan dari pihak eksternal perusahaan yaitu dengan adanya pengawasan melalui investor-investor institusional.” Dapat diartikan semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin besar suara dan dorongan institusi untuk melakukan monitoring dan akibatnya memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat. Universitas Sumatera Utara 38

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Menurut Fitdini 2009 ukuran perusahaan adalah “skalayang menunjukkanbesar kecilnya perusahaanyangdapatdiukurdenganberbagaicara,antaralaintotalaset,l og size ,nilaipasarsaham,dan lain- lain.Namun,padadasarnyaukuranperusahaan hanyaterbagidalam3 kategoriyaituperusahaanbesar large firm ,perusahaan menengahmedium-size, perusahaan kecilsmall firm.”Ukuran perusahaan menggambarkan seberapa besar jumlah aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari total aset perusahaan. Semakin banyaknya aset yang dimiliki perusahaan menandakan semakin besar juga ukuran perusahaan tersebut.Banyaknyaasetyang dimilikiperusahaan membuat kegiatanoperasiakanlebihkompleksdanbisa memaksimalkan jumlahproduksi perusahaansecara lebihefisien.Iniakanberakibatpadapeningkatanpenjualandan akhirnya akanmeningkatkan laba yang diperoleh perusahaan.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013

5 101 118

Financial Distress, Corporate Governance dan Karakteristik Peruahaan terhadap Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)

0 3 165

Pengaruh Kondisi Financial Distress, Corporate Governance dan Financial Leverage Terhadap Luas Voluntary Disclosure (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

1 17 96

PENDAHULUAN Pengaruh Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 2 8

Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

0 0 12

Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

0 0 2

Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

1 1 15

Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

0 0 44

Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

0 2 5

Pengaruh Rasio Keuangan, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)

0 0 30