31
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aspek Pengetahuan Lokal
Informan kunci dalam penelitian ini adalah bapak Sudirman Nainggolan yang merupakan seorang tokoh agama berumur 40 tahun dari desa Pansur Natolu,
Kab. Pangaribuan. Informan lainnya adalah bapak Holong Nainggolan dan Jonson Nainggolan yang merupakan kelompok masyarakat mitra hutan desa
Pansur Natolu yang ikut kelokasi pengambilan sampel sehingga mempemudah pengambilan sampel. Berikut disajikan pada Tabel 1 jenis-jenis tumbuhan beracun
hasil wawancara dengan juru kuncipemandu dan masyarakat setempat.
Tabel 1. Jenis tumbuhan beracun hasil wawancara dengan masyarakat
No Nama Tumbuhan
Nama ilmiah Ciri Khusus
Efek racun 1.
Apus tutung Clidemia Hirta
Daunnya berbulu halus dan berwarna hijau, tinggi 5cm-100
cm, Akar : Tunggang, coklat. Biji : Kecil, ungu.
Gatal-gatal
2. Modang lalisiak Ficus sinuata Thunb
Daun banyak, buah kecil-kecil, pohon ber batang besar dan kulit
tebal. Racun
untuk nyamuk
3. Sitanggis
Belamcanda sp. Seperti rumput teki,
bergerombol, mempunyai rimpang yang menjalar dan akar
berserabut, buah berwarna kebiruan. Panjang tanggai daun
2,5-3,5cm. Racun
untuk tikus
4. Dongdong
Laportea stimulans Gaud
Daun berbulu halus dan tajam, tinggi 5-12m, daun tunggal,
batang bulat, bunga berwarna putih kebiruan, buah berwarna
bening. Gatal-gatal
5. Antaladan
Xanthosoma sp daun hijau berbentuk segitiga,
permukaan atas daun memiliki corak hujau degan garis-garis
putih sedangkan dibagian bawah berwarba merah tua, umbi
seperti umbi talas. Gatal-gatal
6. Birah
Alocasia arifolia Hallier
Daun berbentuh segitiga, berwarna hijau tua, akar serabut,
tumbuh secara bergerombol. Gatal-gatal
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 1 menunjukan bahwa diperoleh sebanyak 6 jenis tumbuhan yang beracun. Wawancara yang dilakukan tersebut diketahui bahwa narasumber
mengetahui tumbuhan beracun jika memiliki dampak langsung pada tubuh. Tumbuhan yang ditemukan di lapangan adalah 9 jenis. Dari 9 jenis yang
ditemukan semuanya memiliki nama lokal yang diketahui oleh juru kuncipemandu lapangan dan dibantu oleh masyarakat sekitar untuk mendapat
informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan. Dalam kondisi ini dari 9 jenis ada 3 jenis dinyatakan mereka tidak beracun dan pembukitiannya di
laboratorium ternyata mengandung racun. Hal inilah yang membuat perlunya aspek fitokimia dalam identifikasi semua kandungan tumbuhan yang terdapat di
dalamnya. Selain dari 3 jenis tumbuhan yang masyarakat anggap tidak beracun,
tumbuhan beracun yang lainnya dikatakan beracun karena memang sangat berbahaya bagi tubuh dan hewan ternak jika terkena baik getah maupun
dikonsumsi hewan ternak, misalnya Dong-dong, jika getah dan buluh halus yang dimilikinya terkena mata atau kulit bisa gatal-gatal seperti terbakar, Sitanggis
digunakan sebagai racun tikus dan sebagian lainnya juga digunakan untuk menunjang pengobatan tradisional. Contohnya tidak semua getah yang berbahaya
ada juga yang digunakan untuk pengobatan penyakit biasa, misalnya obat luka, sengatan lebah , dan lainnya. Jadi pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan
beracun belum sepenuhnya diketahui masyarakat. Hal inilah yang membuktikan bahwa pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan untuk aplikasinya di
kehidupan bermasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
33
B. Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun Di Cagar Alam Dolok Saut