Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tumbuhan Beracun Di Cagar Alam Dolok Saut Melalui Uji Fitokimia

40

D. Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tumbuhan Beracun Di Cagar Alam Dolok Saut Melalui Uji Fitokimia

Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari sumber alami tumbuhan, yang dapat memberikan efek fisiologis terhadap makhluk hidup, pada umumnya merupakan senyawa bioaktif. Senyawa metabolik sekunder tidaklah sepenting metabolik primer dalam kelangsungan hidup organisme, senyawa ini sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan organisme. Sebagai contoh detoksifikasi merupakan salah satu bahan kimia untuk pertahanan dan foromon yang memungkinkan hewan berkomunikasi dengan yang lainnya. Senyawa metabolit sekunder dapat berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin Rizal, 2011. D.1. Uji Alkaloid Uji alkaloid yang dilakukan menggunakan pereaksi Bouchardart, Meyer, dan Dragendorf. Dari ketiga pereaksi tersebut didapat bahwa Bouchardart membentuk warna colkat, pereaksi Meyer membentuk endapan putih kekuningan, dan pereaksi Dragendorf membentuk endapan berwarna coklat dari pengujian yang dilakukan terlihat perbedaan reaksi tiap jenis tumbuhan yang diuji. Dengan demikian Birah, Langge, Dong-dong dan Sitanggis mengandung senyawa alkaloid. Pengujian alkaloid yang dilakukan terhadap Sitanggis dengan pereaksi Meyer menghasilkan endapan putih menandakan bahwa tumbuhan Sitanggis positif mengandung alkaloid. Berdasarkan hasil uji alkaloid dengan pereaksi Dragendroff menghasilkan endapan berwarna coklat, dimana seharusnya uji alkaloid dengan pereaksi Dragendroff menghasilkan endapan merah kebataan menunjukan reaksi terhadap pereaksi lemah. Universitas Sumatera Utara 41 Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan alkoloid sesuai dengan pernyataan Atta 1997 yang menyatakan bahwa pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart, Dragendorff, dan Meyer. Pada pengujian fitokimia, tumbuhan yang mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan putih kekuningan jika diberi pereaksi Maeyer pada ekstraksi tumbuhan, endapan merah bata jika diberi pereaksi Dragendroff, dan terjadi endapan cokelat kehitaman jika diberi pereaksi Bouchardart. Fungsi aktivitas senyawa alkaloid menurut Atta 1997 adalah sebagai antibakteri dan anti fungi. Hasil pengujian alkaloid diperoleh hasil bahwa tidak semua tumbuhan yang diuji mengandung senyawa alkaloid, dan dari hasil pengujian juga diperoleh bahwa hanya tumbuhan Sitanggis yang menghasilkan endapan putih kekuningan saat direaksikan dengan pereaksi meyer, tumbuhan yang direaksikan menghasilkan endapan cokelat kehitaman saat diberikan pereaksi Bouchardart adalah tumbuhan Birah dan Sitanggis, dan tumbuhan yang direaksikan dengan pereaksi Dragendroff menghasilkan endapan merah bata yakni Birah Langge,Dong-dong, dan Sitanggis. a. Meyer b. Dragendroff c. Bouchardart Gambar 16 . Alkoloid pada tumbuhan Sitanggis dengan pereaksi meyer, dragendrof dan bouchaedart. Universitas Sumatera Utara 42 Harbone 1987 menyatakan bahwa alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan. Telah diketahui sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang terbesar diberbagai famili. Alkaloid seringkali beracun pada manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam pengobatan. Simbala 2009 mengatakan alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklis, diturunkan dari racun amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik D.2. Uji Terpen Hasil pengujian fitokimia menunjukan bahwa Tumbuhan yang mengandung senyawa terpen adalah Apus tutung, Birah, Modang lalisiak, Langge, Dong-dong, Sitanggis dan Antaladan hampir semua jenis tumbuhan yang diuji memiliki terpen, hal ini menujukan bahwa potensi hutan Cagar Alam Dolok Saut memiliki potensi yang sangat tinggi untuk pemanfaatan pertisida alami. Senyawa terpen yang dikandung tumbuhan sangat berpotensi untuk digunakan kerna mudah ditemukan pada banyak jenis tumbuhan . Hal ini sesuai dengan pernyataan Siddiqui 2002 yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi aktifitas senyawa terpen adalah sebagai pestisida dan insektisida. terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui peneltian mengenai terpen, telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Universitas Sumatera Utara 43 D.3. Uji Saponin Pengujian saponin yang dilakukan dengan menggunakan akuades yang dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi simplisia menunjukan hasil bahwa 7 dari 9 tumbuhan tersebut positif mengandung saponin pengujian yang dilakukan menunjukan timbulnya ditandai dengan adanya buih ketika tabung reaksi dikocok yang diisi simplisia dan buih tersebut bertahan hingga 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Uji saponin yang dilakukan pada tumbuhan beracun seperti pada Tabel diatas menunjukkan Apus tutung, kantong semar, dong dong, Langge, dan Sitanggis yang memiliki saponin. Gambar 17 . Dong-dong yang memiliki Saponin. Pengujian saponin pada Gambar 17 terlihat pembentukan busabuih yang mantap sewaktu mengekstraksi Dong-dong buih yanmg tampak jelas pada tabung reaksi merupakan bukti adanya saponin pada Dong-dong. Fungsi aktifitas senyawa saponin menurut Hostettman 1995 adalah sebagai antimikroba, fungisida, antibakteri, antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan kebanyakan jenis tumbuhan beracun mematikan seperti Deadly Nightshade Atropa belladonna L. mengandung racun golongan senyawa saponin. Universitas Sumatera Utara 44 D.4. Uji Flavonoid Pengujian yang dilakukan menggunakan pereaksi FeCl 3 terhadap simplisia menunjukan bahwa Apus tutung, Tahul-tahul, Modang lalisiak, Langge, Bedi-bedi dan Sitanggis positif mengandung flavonoid . Hal tersebut dibuktikan saat simplisia yang di tambahkan FeCl 3 mengalami perubahan warna menjadi ungu dan kemerahan. Meskipun secara medikal tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dijadikan sebagai obat bagi manusia, seperti pernyataan dari Sirait 2007 yang menyatakan bahwa bagi manusia falovonoid dalam dosis kecil bekerja seagai stimulas pada jantung dan pembuluh darah kaliper, sebagai diuretik, dan antioksidan pada lemah, dalam dosis yang besar bisa menjadi racun bagi tubuh. Tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dijadikan sebagai biopostisida, hal tersebut telah dibuktikan dengan laporan penelitian yang dilakukan oleh Vega 2002 penggunaan ekstrak biji Picung yang mengandung flavonoid sebagai insektisida dengan penggunaan konsentrasi 21,5 dalam waktu 60 menit dapat mematikan 50 lalat. Lebih lengkap ia mengatakan bahwa Daun Picung yang mengandung flavonoid juga dapat digunakan sebagai insektisida nabati pada wereng, ulat dan penggerek batang padi. flavonoid dapat masuk ke dalam mulut serangga melalui sistem pernafasan berupa spirakel yang terdapat dipermukaan tubuh dan menimbulkan kelayuan syaraf, sehingga serangga tidak dapat bernafas dan akhirnya mati. . Universitas Sumatera Utara 45 Gambar 18. Sitanggis yang memiliki flavonoid D.5. Uji Tanin Identifikasi tumbuhan beracun penghasil bahan aktif tanin dilakukan pada ke sembilan contoh uji tumbuhan yang ditemukan di hutan Cagar Alam Dolok Saut, dengan harapan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk membuat biopestisida. Hasil uji kandungan tanin dari sampel yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 4 . Tumbuhan yang mengandung tanin diketahui dapat digunakan sebagai bahan biopestisida alami karena diketahui mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, dan antitumor. Hal tersebut juga disebutkan oleh Heslem 1989 yang menyatakan bahwa kandungan tanin dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan sebagai diuretik tanaman yang mengandung tanin telah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapidimakan oleh banyak ulat. Hasil pengujian fitokimia menunjukan bahwa tumbuhan yang mengandung senyawa tanin adalah Modang Dong-dong, Modang lalisiak dan Sitanggis. Tumbuhan yang mengandung tanin tersebut berpotensi sebagai bahan Universitas Sumatera Utara 46 pestisida karena mengandung senyawa yang tidak disukai oleh hewan, kandungan tanin pada ke tiga jenis tumbuhan mengandung tanin tersebut berpotensi sebagai biopestisida. Gambar 19. Larutan Tanin bereaksi terhadap Sitanggis. Pengujian tanin seperti pada Gambar 19 dapat diketahui bahwa Sitanggis yang diuji pada penelitian ini memiliki kandungan tanin. Hal ini tampak pada reduksi warna ungu yang berubah menjadi hijau kehitaman. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa aktivitas pencernaan akan terganggu dengan adanya kandungan tanin pada tumbuhan salah satunya adalah pernyataan dari Narayanan 2004 melaporkan bahwa amylase larva Tecia solanivora aktifitas menurun sebesar 80 dengan adanya biji Amaranthus hypocondriacus. Mekanisme penghambatan tanin terhadap bakteri dan beberapa enzim belum diketahui secara pasti. Reaksi penyamakan yang terjadi akan menyebabkan jaringan pada hewan akan rusak. Oleh karena itu, sebagaian besar tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh herbivora karena rasanya yang sepat dan dapat digunakan sebagai biopestisida. Universitas Sumatera Utara 47

E. Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Hutan Cagar Alam Dolok Saut