Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT

45 kelamin laki-laki lebih beresiko 2,043 kali lebih beresiko terkena hipertensi dibanding kan jenis kelamin perempuan.

5.2. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Binjai 2014 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai bahwa kejadian hipertensi pada lansia memiliki rentang umur yang sama yaitu 65-74 tahun. Hasil tabulasi silang antara umur dengan kejadian hipertensi didapat nilai p sebesar 0,520 p0,05 artinya umur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Menurut Rahayu 2012, peningkatan kejadian hipertensi yang dipengaruhi oleh bertambahnya umur terjadi secara alami sebagai proses menua dan didukung oleh beberapa faktor eksternal. Hal ini berkaitan dengan perubahan struktur dan fungsi kardiovaskular. Seiring dengan bertambahya umur, dinding vertrikel kiri dan katub jantung menebal serta elastisitas pembuluh darah menurun. Atherosclorosis meningkat, terutama pada individu dengan gaya hidup tidak sehat. Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik berdampak pada peningkatan tekanan darah. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth 2011 tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi pada kelompok umur 60 tahun dengan nilai p 0,570 0,05. Universitas Sumatera Utara 46 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto 2007, menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang beramakna dengan kejadian hipertensi, kelompok umur diatas 46 tahun memiliki resiko hipertensi lebih besar 19,91 kali dibandingkan kelompok dibawah umur 46 tahun.

5.3 Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai bahwa asupan natrium lansia baik dalam kategori cukup dan lebih memiliki persentase yang hampir sama terhadap kejadian hipertensi. Dengan rata-rata asupan natrium lansia sebesar 1856,42 mgNa . Asupan natrium lebih 70 cenderung menyebabkan hipertensi. Hasil tabulasi silang antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi didapat nilai p sebesar 0,005 p0,05 artinya asupan natrium memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Untuk mengukur asupan natrium didalam tubuh terhadap kejadian hipertensi dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada waktu sore hari. Karena ketika sore hari lanjut usia sudah beristirahat disetiap wisma masing-masing. Sehingga pemeriksaan tekanan darah menjadi lebih optimal. Rata- rata tekanan darah lansia yaitu 14090 mmHg atau disebut juga hipertensi tingkat ringan. Untuk mengetahui asupan natrium lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014 dilakukan penimbangan makanan pagi, siang dan malam hari. Universitas Sumatera Utara 47 Penimbangan makanan dilakukan selama dua hari tidak berturut. Sedangkan untuk makanan selingan yang dikonsumsi lansia dari luar panti dilakukan recall kepada lansia dengan menanyakan makanan apa saja yang dikonsumsi lansia selama satu hari namun ditanyakan setiap melakukan penimbangan makanan lansia . Adapun makanan makanan selingan yang lebih sering dikonsumsi lansia adalah roti manis, keripik, gorengan, kerupuk dan makanan jajanan lainnya. Asupan natrium yang berlebih menyebabkan hipertensi dikarenakan lansia menambah garam ke dalam makanan dan membeli makanan dari luar panti atau memasak makanan sendiri. Hal ini disebabkan karena tidak cukupnya atau kurang selera makan lansia terhadap makanan yang diberikan oleh panti. Panti membuat siklus menu 7 harian yang menyebabkan lansia bosan dengan menu yang sama setiap minggunya. Makanan selingan seperti buah-buahan juga dibagikan kepada lansia setiap seminggu sekali. Adapun jenis makanan yang tinggi akan kandungan natrium yang dikonsumsi oleh lansia yang disediakan dari panti adalah ikan teri, susu, sayur sawi, tahu, tempe, nasi goreng, indomi dan garam. Makanan yang dikonsumsi lansia dari luar panti yang tinggi akan kandungan natriumnya adalah gorengan, lontong, nasi gurih, roti coklat, keripik. Asupan natrium yang berlebih namun tidak menyebabkan hipertensi pada lansia hal ini disebabkan karena lansia tersebut lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga cenderung menurunkan tekanan darahnya. Asupan natrium yang cukup namun menyebabkan hipertensi pada lansia hal ini disebabkan karena pada dasarnya lansia sudah memiliki riwayat penyakit Universitas Sumatera Utara 48 hipertensi. Asupan natrium yang dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu 1200 mgNa. Akan tetapi asupan natrium lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yang penderita hipertensi selalu ≥1200 mgNa sehingga menyebabkan tekanan darah penderita selalu diatas 14090 mmHg. Asupan natrium yang terus-menerus tinggi menyebabkan tekanan darah juga ikut tinggi. Dan jika tekanan darah terus-menerus tinggi menyebabkan terjadinya hipertensi dan dapat memicu terjadinya komplikasi pada lansia seperti gagal jantung, perdarahan otak, kerusakan pada retina mata, gagal ginjal dan angina. Adapun yang menyebabkan panti tidak mampu untuk membedakan menu antara penyakit tertentu disebabkan karena kurangnya anggaran dari pemerintah sehingga diet yang disajikan tidak optimal. Pengaruh asupan natrium terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya cairan ekstraseluler tersebut meningkatkan volume darah. Disamping itu, konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang semangkin sempit akibatnya dapat menyebabkan hipertensi Anggraini, 2008. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mamoto,dkk 2013 di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian Universitas Sumatera Utara 49 hipertensi dengan nilai p 0,003 nilai 0,05. Dengan nilai OR 4,063 artinya asupan natrium lebih dari 2400 mgNa lebih beresiko 4,063 kali lebih beresiko terkena hipertensi dibandingkan asupan natrium kurang dari 2400 mgNa. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarifuddin 2012, dari 100 lansia hanya 21 orang yang asupan natriumnya lebih sehingga didapatkan nilai p dari uji chi-square 1,000 artinya tidak terdapat hubungan antara lansia yang mengkonsumsi asupan natrium lebih dengan kejadian hipertensi. Universitas Sumatera Utara 50 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan