Faktor Risiko Hipertensi Distribusi Frekuensi Asupan Natrium Asupan Natrium

12 lebih, atau keduanya. Berdasarkan penelitian, pasien dengan tekanan sistolik tinggi mempunyai resiko kematian 2,5 kali lebih tinggi dari pada pasien dengan tekanan diastolik tinggi. Hal ini disebabkan karena, apabila tekanan sistolik tinggi, maka aliran darah keseluruh tubuh termasuk organ-organ vital juga terganggu Khasanah, 2012.

2.2.1. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut ESHESC sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH dan ESC Guildeness Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg Optimal ≤120 ≤80 Normal 120-129 80-84 Prehipertensi 130-139 85-89 Hipertensi derajat 1 140-159 90-99 Hipertensi derajat 2 160-179 100-109 Hipertensi derajat 3 ≥180 ≥110 Hipertensi isolasi sistolik ≥140 ≤90 Sumber: ESHESC, 2013

2.2.2. Faktor Risiko Hipertensi

Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat membuat lebih mudah terkena tekanan darah tinggi. Faktor risiko hipertensi, beberapa diantaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Universitas Sumatera Utara 13 1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol. a. Umur Tekanan darah biasanya meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang dan paling banyak ditemukan pada mereka yang berusia diatas 40 tahun. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya, dimana terjadi kemunduran berbagai fungsi organ, seperti pada mata, telinga, saluran pencernaan, dan sebagainya. Pada sistem kardiovaskuler, dapat terjadi perubahan elastisitas dinding pembuluh darah, baik akibat aterosklerosis ataupun akibat lainnya. Perubahan elastisitas ini secara langsung mempengaruhi timbulnya gejala hipertensi Jain, 2011. Hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, 56 pria dan 52 wanita yang berusia lebih dari 65 tahun menderita tekanan darah tinggi. Pada usia lanjut peningkatan lebih terlihat pada tekanan sistolik dibandingkan diastolik. Peningkatan tekanan sistolik 16080 terjadi pada 8 dari mereka yang berusia 60 sampai 69 tahun, 11 dari mereka yang berusia 70 sampai 79 tahun, dan 22 dari mereka yang berusia diatas 80 tahun Hayens, 2003. b. Jenis kelamin Pada umumnya kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dari pada wanita. Hal itu kemungkinan karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah menopause Dalimartha, 2008. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan Universitas Sumatera Utara 14 prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin , yaitu pada laki-laki sebesar 31,3 dan pada perempuan 31,9 . c. Genetik keturunan Sekitar 70-80 penderita hipertensi essensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi essensial lebih besar. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan seperti makanan atau status sosial, juga berperan besar dalam menentukan tekanan darah Palmer, 2005. Bahkan dikatakan dalam satu hasil penelitian 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi terbukti karena faktor keturunan. Tetapi faktor genetik ini tidak akan berpengaruh kecuali mendapatkan dukungan dari situasi dan lingkungan. Dalam arti, bahwa faktor genetik bisa menjadi ancaman jika berbagai faktor lain ada pada penderita seperti gaya hidup, tingkat stres, pola makan terutama dalam hal konsumsi garam serta kurangnya aktifitas fisik. 2. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol a. Konsumsi garam berlebihan Asupan natrium garam dapat meningkatkan tekanan darah. Natrium yang masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap ke dalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kadar natrium dalam darah meningkat. Natrium mempunyai sifat Universitas Sumatera Utara 15 menahan air, sehingga menyebabkan volume darah menjadi naik. Hal itu secara otomatis membuat tekanan darah ikut naik Khasanah, 2012. Konsumsi makanan garam yang tinggi disebabkan karena memilih makanan serba instan yang biasanya mengandung zat pengawet, seperti natrium benzoate dan penyedap rasa seperti Mono Sodium Glutamate MSG. Jenis makanan tersebut mengandung natrium yang cukup tinggi. Jadi jika makanan instan dikonsumsi terus menerus, tubuh menjadi kelebihan natrium. Kelebihan natrium akan menyebabkan tekanan darah naik akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume darah Budiarso, 2001. b. Berat badan yang berlebihan obesitas Berat badan dan indeks massa tubuh IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Seseorang dikatakan obesitas jika BMI lebih dari 30 kgm 2 Palmer, 2005. Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi karena penimbunan lemak berlebihan dalam tubuh. Sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya volume plasma, penyempitan pembuluh darah, dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat. Selain itu, sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi, lebih tinggi dari penderita hipertensi dengan berat badan normal Tilong, 2014. c. Kurang aktivitas fisik kurang olahraga Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi. Sebab kurang gerak dapat meningkatkan resiko penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan resiko Universitas Sumatera Utara 16 tekanan darah tinggi Tilong, 2014. Melakukan olahraga yang teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga yang bisa dilakukan selama 30 menit untuk penurunan tekanan darah seperti jalan kaki, bersepeda, senam aerobik Palmer, 2005. Menurut JNC VII, penurunan tekanan darah rata-rata 4 sampai 6 mmHg karena program olahraga secara teratur. d. Merokok Rokok dapat merusak pembuluh darah, jantung, mengentalkan darah, dan merusak sistem kerja jantung. Rokok menjadi sangat bahaya karena rokok mengandung bahan kimia yang merusak jantung yaitu karbon monoksida dan nikotin. Karbon monoksida ini akan menempel pada hemoglobin darah yang bertugas sebagai pengangkut oksigen ke seleruh tubuh. Dan tugas karbon monoksida adalah mengurangi oksigen ke jantung dan seluruh organ tubuh. Sedangkan nikotin, bertugas merangsang produksi adrenalin dalam tubuh. Nikotin inilah yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah Tilong, 2014. e. Minum alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menjadi faktor pendukung meningkatnya tekanan darah, baik karena efek beracunnya atau karena menyebabkan obesitas. Semangkin banyak alkohol yang diminum akan membuat tekanan darah semangkin tinggi. Alkohol juga dapat meningkatkan jumlah lemak dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan obesitas. Para dokter merekomendasikan pria untuk mengkonsumsi alkohol tidak lebih dari 21 unit alkohol setiap minggu Jain, 2011. Universitas Sumatera Utara 17 f. Konsumsi kopi Kopi sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Kopi mengandung kafein yang merupakan stimulan ringan yang dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi, dan menggembirakan suasana hati. Kopi merupakan sumber kafein terbesar, konsumsi kafein yang terlalu banyak akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Kafein dalam 2-3 cangkir kopi 200-250 mg terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg. Kafein bukan termasuk zat gizi, tetapi secara nyata menyebabkan naiknya tekanan darah dalam waktu singkat untuk kemudian kembali normal Khomsan, 2004. Mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi akan membahayakan karena meningkatkan risiko terjadinya stroke dan meningkatkan ekskresi kalsium yang akan berakibat peningkatan tekanan darah Simon, 2002. g. Stres emosional Kondisi stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah karena memicu keluarnya beberapa hormon yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat dan tekanan darah meningkat Tilong, 2014. Selain itu kondisi stress juga menyebabkan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan sehingga menyebabkan mual, muntah, mudah kenyang dan sakit kepala. Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya akan melepaskan adrenalin dan kortisol sehingga tekanan darah akan meningkat Jain, 2011.

2.2.3. Gejala Hipertensi