Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT dibawah ini : Tabel . Tabulasi Silang Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan

43

4.4. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT

Pelyanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014 Hasil tabulasi silang antara variabel asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014. Dan keterkaitan antara dua variabel diuji dengan menggunakan uji chi-square. Hubungan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 4.6. Tabulasi Silang Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014 No Asupan Natrium Kejadian Hipertensi Total p Tidak Hipertensi Hipertensi n n n 1. Cukup 22 66,7 11 33,3 33 100,0 0,005 2. Lebih 9 30,0 21 70,0 30 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa lansia dengan asupan natrium yang cukup 2400 mgNa lebih banyak tidak menderita hipertensi sebanyak 22 orang 66,7. Sedangkan lansia dengan asupan natrium lebih ≥2400 mgNa lebih banyak menderita hipertensi sebanyak 21 orang 70,0. Berdasarkan hasil uji statistik dengan meggunakan uji chi-square diketahui nilai p sebesar 0,005 p0,05, artinya asupan natrium memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Universitas Sumatera Utara 44 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai bahwa jenis kelamin laki-laki dan wanita memiliki persentase yang sama terhadap kejadian hipertensi. Akan tetapi jenis kelamin laki-laki 64,5 cenderung menderita hipertensi. Hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi didapat nilai p sebesar 0,045 p0,05 artinya jenis kelamin berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup lansia laki-laki yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kejadian hipertensi, seperti kebiasaan merokok pada kebanyakan lansia yang berjenis kelamin laki-laki, stress, konsumsi kopi, dan makan tidak terkontrol. Menurut Irza 2009 p ada dasarnya prevalensi hipertensi pada pria sama dengan wanita. Pada wanita premenopouse wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini akan terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita 45-55 tahun. Oleh karena itu ketika wanita sudah monopuse akan sama beresikonya untuk terkena penyakit hipertensi dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Napitupulu 2014, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dengan nilai p 0,001 nilai 0,05. Nilai OR 2,043 artinya jenis Universitas Sumatera Utara 45 kelamin laki-laki lebih beresiko 2,043 kali lebih beresiko terkena hipertensi dibanding kan jenis kelamin perempuan.

5.2. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial