BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka, akan dibahas lebih lanjut mengenai Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja
Modal. Penjabaran teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan tambahan referensi atau keterangan
tambahan yang di kumpulkan selama pelaksanaan penelitian. Potensi ekonomi daerah sangat berpengaruh dalam usaha meningkatkan kemampuan keuangan
daerah dalam penyelenggara rumah tangganya, sedangkan kenyataan yang ada sekarang banyak ditemukan bahwa antara beban tugas yang harus dikerjakan oleh
daerah tidak seimbang atau tidak konsisten dengan kondisi serta situasi keuangan daerah itu sendiri. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan kebijakan dan
program yang dapat mengembangkan potensi untuk meningkatkan kemampuan daerah agar otonomi daerah dapat dilaksanakan.
2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan bagian dasar dalam ilmu anggaran dan akuntansi. Disqdari atau tidak, di pemerintahan daerah teori keagenan ini telah
dipraktikkan termasuk oleh pemerintahan daerah di Indonesia. Apalagi sejak otonomi dan desentralisasi diberikan kepada pemerintah daerah sejak tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
Teori keagenan adalah hubungan kontrak antara pihak prinsipal dengan agen. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Di pemerintahan daerah, prinsipal merupakan pihak
legislatif perwakilan rakyat dan agen merupakan pihak eksekutif pemerintah daerah. Dalam konteks pembuatan kebijakan, legislatif adalah prinsipal yang
mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah daerah atau panitia di legislatif untuk membuat kebijakan baru. Hubungan keagenan di sini terjadi
setelah agen membuat usulan kebijakan dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak oleh pihak prinsipal.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota. Proses penyusunan anggaran pasca Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 melibatkan dua pihak: eksekutif dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Sebelum
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dilakukan, terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang arah dan kebijakan
umum dan prioritas anggaran, yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan arah dan kebijakan umum dan prioritas anggaran, yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk
dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai peraturan
Universitas Sumatera Utara
daerah. Dalam perspektif keagenan, hal ini merupakan bentuk kontrak yang menjadi alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh
eksekutif.
2.1.2 Teori Federalisme Fiskal