dapat lebih baik dikelola menurut daerah dan letak geografisnya; 2 Pemerintah daerah memiliki posisi yang lebih baik untuk mengenali preferensi dan kebutuhan
daerah; dan 3 Tekanan dari persaingan jurisdiksi yang mendorong pemerintah daerah untuk menjadi inovatif dan memiliki akuntabilitas bagi warga dan
penduduknya.
2.1.3 Teori Kontijensi
Teori kontijensi adalah teori prilaku yang mengklaim bahwa tidak ada cara terbaik untuk merancang struktur organisasi. Cara terbaik untuk mengatur,
misalnya pemerintahan adalah bergantung pada situasi internal dan eksternal pemerintahan. Teori kontijensi dalam pengertian ini digunakan dalam
mengidentifikasi pengaruh variabel moderator sebagai situasi eksternal dari pemerintahan, dimana pengaruhnya dapat dijadikan acuan tambahan dalam
keputusan pengalokasian anggaran pada pemerintaha tertentu. 2.1.4 Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
2.1.4.1 Otonomi Daerah
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti
sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat
aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dituliskan otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan nasional.
d. Pemerataan wilayah daerah.
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah sera antar
daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. f.
Mendorong pemberdayaan masyarakat. g.
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
daerah. Pelaksanaan otonomi daerah itu diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian, dan pemanfaatan sumber daya masing-masing serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, sesuai prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dam keanekaragaman antar daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi merupakan sebuah instrumen untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, terutama memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan
menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari otonomi daerah.
“Desentralisasi fiskal dapat diartikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, untuk
mendukung fungsi atau tugas pemerintah dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang melimpah Agustina, 2011”.
Desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Dengan desentralisasi, akan terwujud pelimpahan wewenang kepada tingkat pemerintahan yang lebih
rendah untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak, terbentuknya dewan yang dipilih oleh rakyat, kepala daerah yang dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari pemerintah pusat.
2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD 2.1.5.1 Pengertian dan Unsur-Unsur APBD