daerah. Dalam perspektif keagenan, hal ini merupakan bentuk kontrak yang menjadi alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh
eksekutif.
2.1.2 Teori Federalisme Fiskal
Menurut Akai dan Sakata dalam Sugiarthi dan Supadmi 2014, “Teori Federalisme Fiskal menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan
desentralisasi fiskal melalui pelaksanaan otonomi daerah. Desentralisasi fiskal diartikan sebagai pelimpahan kewenangan terkait dengan pengambilan keputusan
kepada pemerintah tingkat rendah.” Bentuk pemerintahan federalisme fiskal adalah struktur dari tingkatan pemerintah yang masing-masing tingkatan
mempunyai sumber dari pendapatan dan mempunyai tanggung jawab. Dalam penerapan desentralisasi fiskal, setiap daerah juga dituntut untuk
membiayai sendiri biaya pembangunannya, padahal pendapatan daerah tidak bisa membiayai seluruh pengeluarannya. Oleh karena itu, transfer dana dari pusat
menjadi sumber penerimaan yang sangat dominan bagi pemerintah daerah. Dana yang biasanya ditransfer dari pemerintah pusat adalah Dana Alokasi Umum.
Proporsi Dana Alokasi Umum terhadap penerimaan daerah masih yang tertinggi dibandingkan dengan penerimaan daerah yang lain, termasuk Pendapatan Asli
Daerah. Teori tentang federalisme fiskal menyatakan bahwa untuk barang atau jasa
publik tertentu seperti barang publik daerah, desentralisasi dapat meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas alokasi sumber daya karena: 1 Pemerintah daerah
Universitas Sumatera Utara
dapat lebih baik dikelola menurut daerah dan letak geografisnya; 2 Pemerintah daerah memiliki posisi yang lebih baik untuk mengenali preferensi dan kebutuhan
daerah; dan 3 Tekanan dari persaingan jurisdiksi yang mendorong pemerintah daerah untuk menjadi inovatif dan memiliki akuntabilitas bagi warga dan
penduduknya.
2.1.3 Teori Kontijensi
Teori kontijensi adalah teori prilaku yang mengklaim bahwa tidak ada cara terbaik untuk merancang struktur organisasi. Cara terbaik untuk mengatur,
misalnya pemerintahan adalah bergantung pada situasi internal dan eksternal pemerintahan. Teori kontijensi dalam pengertian ini digunakan dalam
mengidentifikasi pengaruh variabel moderator sebagai situasi eksternal dari pemerintahan, dimana pengaruhnya dapat dijadikan acuan tambahan dalam
keputusan pengalokasian anggaran pada pemerintaha tertentu. 2.1.4 Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
2.1.4.1 Otonomi Daerah
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti
sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat
aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dituliskan otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan nasional.
d. Pemerataan wilayah daerah.
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah sera antar
daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. f.
Mendorong pemberdayaan masyarakat. g.
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
daerah. Pelaksanaan otonomi daerah itu diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian, dan pemanfaatan sumber daya masing-masing serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, sesuai prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dam keanekaragaman antar daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi merupakan sebuah instrumen untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, terutama memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan
menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari otonomi daerah.
“Desentralisasi fiskal dapat diartikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, untuk
mendukung fungsi atau tugas pemerintah dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang melimpah Agustina, 2011”.
Desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Dengan desentralisasi, akan terwujud pelimpahan wewenang kepada tingkat pemerintahan yang lebih
rendah untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak, terbentuknya dewan yang dipilih oleh rakyat, kepala daerah yang dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari pemerintah pusat.
2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD 2.1.5.1 Pengertian dan Unsur-Unsur APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. Dengan
demikian APBD merupakan alatwadah untuk menampung berbagai kepentingan
Universitas Sumatera Utara
publik yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program dimana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar akan dapat dirasakan oleh masyarakat Bana,
2001:12. Menurut Halim 2004 :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah suatu Anggaran Daerah, yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut : rencana kegiatan
suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci; adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan
dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan
dilaksanakan; jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka; periode anggaran, yang biasanya 1 satu tahun.Penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut Saragih 2003 : APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan
suatu daerah didalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perenomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan
berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan daerah PAD, khususnya penerimaan pajak-pajak daeah.
Menurut Bastian 2006 APBD merupakan pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan
berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik. Menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daeerah tentang APBD.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD disusun berdasarkan
pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Selanjutnya dikatakan bahwa Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah APBD.
2.1.5.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Struktur APBD adalah berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Adapun bentuk dan
susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri 132006 pasal 22 ayat 1 terdiri atas 3 bagian, yaitu: pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah.” Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain- lain pendapatan daerah yang sah. Belanja menurut kelompok belanja
terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal investasi pemerintah daerah, pembayaran pokok utang,
dan pemberian pinjaman daerah. Permendagri 13 2006
Universitas Sumatera Utara
Menurut Halim 2004 : Pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah
PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja
pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi menjadi 3 kategori
yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan
menjadi 3 yakni belanja belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkoan menurut
sumber-sumber pembiayaan yaitu : sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah
adalah : sisa lebih anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana
cadangan. Sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas : pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal,
transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun sekarang.
2.1.6 Belanja Modal 2.1.6.1 Pengertian Belanja Modal
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91PMK.062007 mendefinisikan belanja modal sebagai pengeluaran anggaran yang digunakan
dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dimana aset tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan
kerja bukan untuk dijual. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
Universitas Sumatera Utara
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud PP Nomor 24 Tahun 2005.
Menurut Halim 2004:73, “Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok Belanja Administrasi Umum”. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud, dengan kata lain belanja modal
dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinvestasi yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun akuntansi,
termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari- hari suatu satuan kerja bukan untuk di jual.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah “Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap dan aset langsung yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi”. Termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Aset tetap mempunyai ciri-ciri
berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dan nilainya relatif material.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan No. Per- 33PB2008, suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :
1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas. 2.
Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau dibagikan.
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri No.13 Tahun 2006 pasal 53 ayat 1:
Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelianpengadaan
atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti
dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Nilai pembelianpengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga belibagunan aset. Belanja
modal dilakukan oleh pemerintah daerah pemda untuk pengadaan aset daerah sebagai investasi, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang pada akhirnya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi hal ini belum terpenuhi seutuhnya apabila melihat pada besarnya alokasi belanja modal
yang belum terlalu tinggi dibandingkan dengan belanja lainnya, padahal semakin banyak belanja modal maka semakin tinggi pula produktivitas perekonomian,
Universitas Sumatera Utara
karena belanja modal berupa infrastruktur jelas berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
2.1.6.2 Klasifikasi Belanja Modal Menurut Hadi 2012, belanja modal dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: 1.
Belanja Modal Tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk
pengadaanpembelianpembebasanpenyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian, dan peningkatan
kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud
dalam kondisi siap pakai. 3.
Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggatian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Moda Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan
pembangunan pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan
yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan peningkatan pembangunan pembuatan
serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembeliaan barang-barang
keseniaan, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
Menurut Mayeztika 2010, belanja modal berdasarkan jenis belanja meliputi :
1. Belanja Publik
Belanja Publik yaitu belanja yang masa manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Belanja Publik merupakan belanja
Universitas Sumatera Utara
modal yang berupa investasi fisik yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun dan mengakibatkan terjadinya penambahan aset daerah.
Contohnya: fasilitas pendidikan gedung sekolah, peralatan laboratorium, mobil, kesehatan rumah sakit, peralatan kedokteran, mobil ambulance,
pembangunan jalan raya dan jembatan. 2.
Belanja Aparatur Belanja aparatur merupakan belanja yang manfaatnya tidak secara
langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur. Belanja aparatur menyebabkan terjadinya penambahan aktiva
tetap dan aktiva lancar. Contohnya belanja aparatur pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah
dinas. Keputusan untuk meningkatkan belanja modal merupakan bagian dari
keinginan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, yang diikuti dengan peningkatan belanja-belanja lain, yakni belanja operasional dan
belanja modal. Namun, tidak berarti belanja modal selalu sebagai penyebab bagi kenaikan belanja operasional. Hal ini dikarenakan sifat bagi kedua belanja yang
berbeda. Belanja modal adalah belanja variabel, yakni belanja yang terjadi karena adanya kebutuhan atau aktivitas untuk menghasilkan aset tetap, sementara belanja
operasional bersifat rutin dari tahun ke tahun, sesuai dengan keadaan aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah.
Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan
Universitas Sumatera Utara
pada kebutuhan daerah akan sarana dana prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap
tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah, sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka
panjang secara financial.
2.1.7 Pendapatan Asli Daerah 2.1.7.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah
PAD dipisahkan menjadi empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD Halim, 2001.
Menurut Widjaja 2005:74, Pendapatan Asli Daerah terdiri atas hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Bratakusumah 2003 menyebutkan bahwa PAD sebagai pendapatan yang
berasal dari dalam daerah yang bersangkutan untuk guna membiayai kegiatan- kegiatan daerah tersebut.
Menurut Mardiasmo 2002:132, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dalam rangka meningkatkan PAD pemerintah daerah dilarang:
Universitas Sumatera Utara
1. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan
biaya ekonomi tinggi dan, 2.
Menetapkan peratutan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan
imporekspor. Menurut Soekarwo 2003 : 95, kemandirian dalam APBD sangat terkait
dengan kemandirian PAD, sebab kemandirian besar sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah, bukan sumber pendapatan dari bantuan, maka daerah
akan semakin leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di daerah. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli
Daerah adalah sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar Pemerintah Daerah dalam membiayai
pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari Pemerintah Pusat.
2.1.7.2 Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah PAD
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah PAD berdasarkan Permendagri 132006 adalah sebagai berikut :
Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak
daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah BUMD, bagian laba atass penyertaan modal
pada perusahaan milik pemerintahBUMN, dan bagian laba atass penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha
masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam
pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil
penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan
dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak,
pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum,
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran cicilan penjualan.
Sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang menyatakan bahwa sumber-sumber Pendapatan Asli daerah yaitu terdiri dari: 1 Pajak daerah; 2 Retribusi daerah; 3 Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4 Lain-lain PAD yang sah. 1.
Pajak daerah Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009, pajak daerah di Indonesia dibagi
menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak KabupatenKota. 1
Pajak provinsi, terdiri dari: a.
Pajak kendaraan bermotor b.
Pajak bea balik nama kendaraan bermotor c.
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan d.
Pajak air permukaan
Universitas Sumatera Utara
e. Pajak rokok
2 Pajak kabupaten atau kota, terdiri dari:
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan
g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung wallet
j. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan
k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
2. Retribusi daerah
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi, dimana retribusi daerah digolongkan menjadi tiga bagian,
yaitu : 1
Retribusi jasa umum, terdiri dari: a.
Retribusi pelayanan kesehatan b.
Retribusi pelayanan persampahan kebersihan c.
Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan sipil
d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
Universitas Sumatera Utara
e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
f. Retribusi pelayanan pasar
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor
h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
i. Retribusi penggantian biaya cetak peta
j. Retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus
k. Retribusi pengolahan limba cair
l. Retribusi pelayanan tera tera ulang
m. Retribusi pelayanan pendidikan, dan
n. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
2 Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari:
a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b. Retribusi pasar grosir danatau pertokoan
c. Retribusi tempat pelelangan
d. Retribusi terminal
e. Retribusi tempat khusus parkir
f. Retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla
g. Retribusi rumah potong hewan
h. Retribusi pelayanan kepelabuhan
i. Retribusi tempat kreasi dan olahraga
j. Retribusi penyebrangan di air, dan
k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah
Universitas Sumatera Utara
3 Retribusi Perizinan Tertentu, terdiri dari:
a. Retribusi izin mendirikan bangunan
b. Retribusi izin tempat penjualan minimum berakohol
c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin trayek, dan
e. Retribusi izin usaha perikanan
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari: a.
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah BUMD
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah BUMN c.
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok masyarakat
4. Lain-lain PAD yang sah
Jenis pendapatan ini mencakup: a.
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan b.
Jasa giro c.
Pendapatan bunga d.
Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah e.
Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh
daerah
Universitas Sumatera Utara
f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tikar rupiah terhadap mata
uang asing g.
Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan h.
Pendapatan denda pajak i.
Pendapatan denda retribusi j.
Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan k.
Pendapatan dari pengembalian l.
Fasilitas sosial dan fasilitas umum m.
Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan n.
Pendapatan dari angsurancicilan penjualan
2.1.8 Dana Alokasi Umum DAU
Dalam pengaturan keuangan menurut UU Nomor 25 Tahun 1999, Dana Alokasi Umum adalah dana yag berasal dari APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Menurut Widjaja 2005:26, Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan daerah dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah,
keadaan geografis, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah sehingga perbedaan antar daerah yang maju dengan daerah yang belum
berkembang dapat diperkecil. Undang-Undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah” menyebutkan bahwa Dana Alokasi Umum
Universitas Sumatera Utara
merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Kurniawan 2010 mengatakan bahwa Dana Alokasi Umum
bersifat block grant yakni hibah yang penggunaannya cukup fleksibel dalam artian tidak banyak larangan seperti halnya hibah kategori.
Menurut Saragih 2003 : 98 : Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang fiskal antar daerah.
Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal yang sama horizontal fiscal imbalance. DAU sebagai bagian dari
kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah intergovermental transfer - berfungsi sebagai faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta
memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah.
Mengacu pada PP Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan bahwa tujuan Dana Alokasi Umum terutama adalah untuk: a horizontal equity
dan b sufficiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar
tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah. Sementara itu yang menjadi kepentingan daerah kecukupan suffeciency, terutama adalah untuk menutup
fiscal gap. Sufficiency dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kewenangan, beban, dan standar pelayanan minimum Mardiasmo 2002.
Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah
Universitas Sumatera Utara
dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
menjelaskan, celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Dimana kebutuhan fiskal diukur dengan variabel jumlah penduduk, luas
wilayah, indeks kemahalan konstruksi, produk domestik regional bruto per kapita dan indeks pembangunan manusia, sedang kapasitas fiskal diukur berdasarkan
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasi. Sementara Alokasi Dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Dana Alokasi Umum = Celah Fiskal CF + Alokasi Dasar AD
Keterangan: CF
= Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal AD
= Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah
2.1.9 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.9.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi