Analisa SEM Analisa FT-IR

tinggi yaitu kuat tarik 0,340 KgFmm 2 dan kemuluran 14,31 , hal ini dikarenakan oleh penggunaan gliserol sebagai plastisizer yang semakin banyak akan meningkatkan keelastisan edible film tersebut sehingga edibe film yang dihasilkan tidak mudah sobek. Gliserin berfungsi sebagai plastisizer untuk mengurangi sifat mudah retak. Menurut Standar Internasional ASTM 5336 lamanya film plastik terdegradasi biodegradasi untuk plastik PLA dari Jepang dan PLC dari Inggris membutuhkan waktu 60 hari untuk dapat terurai secara keseluruhan 100 Arief,2013. Standar sifat mekanik yaitu uji kuat tarik sebesar 10-20 untuk nilai Elongasi Ani,2010. Standar Plastik Internasional ASTM 5336 besarnya persentase pemanjangan elongasi untuk plastik PLA dari Jepang 9 dan Plastik dari Inggris mencapai lebih dari 500 Arief,2013. Didalam penelitian ini Elongasi yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria plastik PLA dari Jepang tapi belum memenuhi plastik PCL dari Inggris. Menuru Standar Plastik Internasional ASTM 5336 semakin besar jumlah konsentarsi gliserol yaitu 2 maka semakin kuat uji tarik yang dihasilkan Arief,2013. Maka dalam penelitian ini uji kuat tarik belum memenuhi standar karena gliserol yang digunakan 0,5 . Plastik Biodegradabel dari kitosan diharapkan memenuhi sifat mekanik yang memenuhi sifat mekanik yang memenuhi golongan Moderate Properties untuk nilai kuat tarik yaitu 1-10 MPA Ani, 2010

4.2.2 Analisa SEM

Analisa SEM berfungsi untuk melihat permukaan penampang, permukaan melintang dan membujur suatu spesimen secara mikroskopik denagn perbesaran tertentu. Sehingga topografi, tonjolan, lekukan dan poro-pori pada permukaan dari edible film tersebut. Hasil SEM edible film pada variasi tepung tapioka yaitu dengan penambahan 3 gram tepung tapioka, 10 gram ekstrak kulit semangka, 2 kitosan dan 2 ml gliserol terlihat pada uji SEM dengan pembesara 3.000 x menunjukkan permukaan yang semakin teratur. Hasil SEM pada variasi gliserin yaitu dengan penambahan tepung tapioka 3 gram, 10 gram ekstrak kulit semangka, 2 kitosan dan 2,5 ml gliserin menunjukkan perbesar 3.000 x, menunjukkan struktur edible film yang teratur Universitas Sumatera Utara dengan permukaan yang rata. Gliserol sebagai plastisizer berfungsi untuk menurunkan gaya intermolekul rantai polimer pati. Hasil SEM dalam penelitian untuk melihat permukaan edible film, dimana edible film yang dihasilkan permukaannya sudah cukup teratur dan interaksi antar molekulnya sudah bercampur secara keseluruhan.

4.2.3 Analisa FT-IR

Dari lampiran 3 memberikan spektrum dengan serapan pada daerah 3297,98 cm -1 menunjukkan adanya gugus hidroksil OH yang berasal dari unit α-glukosa dari lampiran 4 memberikan spaektrum dengan serapan pada daerah 3297,00 cm -1 menunjukkan adanya gugus hidroksil OH yang berasal dari gliserol serta serapan pada daerah bilangan gelombang 2880,17 cm -1 menunjukkan CH alifatis, lampiran 5 memberikan spektrum dengan serapan pada daerah 3361,17 cm -1 menunjukkan adanya gugus hidroksil OH atau gugus NH, lampiran 6 yaitu edible film dengan uji mekanik optimal pada variasi tepung tapioka memberikan spektrum dengan serapan pada daerah 3425,28 cm -1 adanya gugus hidroksil OH serta serapan pada bilangan gelombang 2924,09 cm -1 yang menunjukkan adanya CH. Lampiran 7 yaitu edible film dengan uji mekanik optimal pada variasi gliserin memberikan spektrum dengan serapan pada daerah 3448,72 cm -1 menunjukkan adanya gugus hidroksil OH serta serapan pada bilangan gelombang 2924,09 cm -1 yang menunjukkan adanya CH. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara tepung tapioka, kitosan dan gliserol pada edible film yang dibuat. Dalam penelitian ini digunakan uji karakteristik FT-IR untuk mengetahui gugus hidroksil OH dan menunjukkan adanya CH. Sehingga edible film dari campuran tepung tapioka, gliserol, kitosan dan ekstrak kulit semangka adanya interaksi antar molekul. Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektromagnetik yang berbeda. Radiasi inframerah juga mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya inframerah tengah mid-infrared yaitu pada panjang gelombang 2.5-50 µm atau bilangan gelombang 4000-200 cm -1 . Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Aplikasi Edible Film dengan Mengamati Pertumbuhan Koloni

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Edible Film dari Tepung Tapioka, Kitosan dan Gliserin dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Sebagai Pembungkus Kue Lapis

1 8 72

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserol dan Ekstrak Kulit Semangka Serta Aplikasinya Sebagai Pembungkus Kue Dadar Gulung

0 0 11

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserol dan Ekstrak Kulit Semangka Serta Aplikasinya Sebagai Pembungkus Kue Dadar Gulung

0 0 2

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserol dan Ekstrak Kulit Semangka Serta Aplikasinya Sebagai Pembungkus Kue Dadar Gulung

0 0 5

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserol dan Ekstrak Kulit Semangka Serta Aplikasinya Sebagai Pembungkus Kue Dadar Gulung

0 1 11

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserol dan Ekstrak Kulit Semangka Serta Aplikasinya Sebagai Pembungkus Kue Dadar Gulung

0 0 2

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserol dan Ekstrak Kulit Semangka Serta Aplikasinya Sebagai Pembungkus Kue Dadar Gulung

0 0 12

Karakterisasi Edible Film dari Tepung Tapioka, Kitosan dan Gliserin dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Sebagai Pembungkus Kue Lapis

0 0 14

Karakterisasi Edible Film dari Tepung Tapioka, Kitosan dan Gliserin dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Sebagai Pembungkus Kue Lapis

0 0 2

Karakterisasi Edible Film dari Tepung Tapioka, Kitosan dan Gliserin dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Sebagai Pembungkus Kue Lapis

0 0 5