2.6.1 Kerusakan dan Pengemasan Bahan Pangan
Pengemasan memegang peran penting dalam pengawetan bahan pangan. Adanya pengemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya
kerusakan –kerusakan. Kerusakan yang terjadi dapat berlangsung secara spontan,
tetapi seringkali terjadi karena pengaruh lingkungan luar dab pengaruh kemasan yang digunkan.
Kemasan membatasi bahan pangan dengan lingkungan sekeliling untuk mencegah atau menghambat proses kerusakan selama waktu yang dibutuhkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam dua golongan. Pada golongan
pertama, kerusakan lebih ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan saja Winarno F.G, 1992.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari konsumerisme yang tinggi terhadap bahan pangan. Mulai dari bahan pangan yang diproses secara alami maupun
dengan menggunakn perkembangan teknologi. Bahan pangan dianggap rusak apabila menunjukan adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat
diterima secara normal oleh panca indra atau parameter lain yang biasa digunakan manusia Winarno, 1992. Pembungkusan makanan merupakan tahapan
pengemasan yang tepat. Adapun fungsi pengemasan makanan itu diantaranya adalah mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan dari
bahaya pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan, dan geteran Syarief,Santuasa, dan Isnayan, 1989.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan lingkungan sekitar, merupakan hal yang mendorong dilakukannya
penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang dapat terdegradasi secara alami. Cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebur adalah
dengan pengemasan yang tepat, salah satu penelitian yang dilakukan terhadap biopolimer yang berasal dari bahan pangan alami, yaitu bahan yang tersusun dari
komponen lemak, protein, karbohidrat atau gabungan dari ketiga unsur tersebut adalah edible film.
Buah semangka adalah buah yang tumbuh di daerah gurun Afrika Selatan yang kemudian menjadi tanaman budidaya di berbagai daerah termasuk
Indonesia. Rasa buah semangka yang manis dan renyah menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Buah semangka biasanya dimakan bagian dalam
yang berwarna merah. Sementara bagian putih pada kulit bagian dalam dibuang bersama dengan kulitnya.
Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk untuk melapisi makanan coating atau diletakkan
diantar komponen makanan film yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan masa misalnya karbohidrat, oksigen, cahaya, zat terlarut atau
Universitas Sumatera Utara