5.2 Kebutuhan Permodalan Tiap Petani
Modal merupakan syarat mutlak dalam melakukan usaha, begitu pula dengan usahatani. Besar kecilnya modal menentukan sikap petani dalam memilih
komoditi dan luas tanam yang akan diusahakan. Modal yang diperlukan oleh tiap- tiap petani sampel di Desa Parbuluan III diketahui dari seluruh total biaya yang
dikeluarkan petani dalam satu kali musim tanam berdasarkan tiap-tiap komoditi yang sudah diusahakan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
kebutuhan permodalan yang dibutuhkan petani sampel dalam satu kali musim tanam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 5.9 Kebutuhan Modal Petani Sampel di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi
No. Jenis
Usahatani Luas
Lahan Hektar
Biaya Tetap
Rp Biaya
Variabel Rp
Total Biaya Produksi
Rp
1. Ubi Jalar
0,23 104.600
2.209.500 2.314.100
2. Kubis
0,44 111.500
4.923.700 5.035.200
3. Cabai
0,23 113.800
3.488.700 3.602.600
4. Kentang
0,13 112.100
13.648.200 13.760.300
5. Jeruk
0,13 120.800
13.010.500 13.131.300
Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 15 Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa untuk melakukan usahatani
selanjutnya petani harus menyiapkan biaya produksi yang terbagi atas biaya tetap dan biaya variabael. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan alat-alat pertanian
dan biaya pajak. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dibayar oleh petani selama setahun dan tidak berubah dengan adanya peningkatan maupun penurunan
produksi yang dilakukan oleh petani. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dapat berubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan petani. Biaya
Universitas Sumatera Utara
variabel pada Tabel 5.9 terdiri dari biaya bibit, pupuk, obat-oabatan dan upah tenaga kerja serta biaya sewa.
Biaya rata-rata terbesar yang dikeluarkan petani sampel ialah untuk permodalan usahatani hortikultura pada tanaman kubis, cabai dan jeruk yaitu sebesar
Rp. 21.769.100 per tahun atau Rp. 1.814.000 per bulan. Sedangkan kebutuhan permodalan usahatani palawija untuk tanaman ubi jalar dan kentang yaitu dengan
rata-rata biaya sebesar Rp. 15.445.400 per tahun atau Rp. 1.287.000 per bulan. Kebutuhan permodalan untuk tanaman hortikultura lebih besar dibandingkan
tanaman palawija dan tanaman pokok yaitu kopi dikarenakan tingginya biaya perawatan tanaman seperti pupuk dan obat-obatan. Selain itu, rata-rata luas lahan
untuk tanaman hortikultura lebih luas dibandingkan dengan usahatani lainnya yaitu sebesar 0,8 Ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja
menjadi lebih besar dibandingkan dengan lahan usahatani lainnya yang lebih kecil. Berbeda dengan tanaman pokok yaitu kopi yang hanya membutuhkan biaya
produksi dengan rata-rata sebesar Rp. 1.872.000 per tahun atau Rp 156.000 per bulan. Hal ini dikarenakan petani sampel yang tidak melakukan banyak perawatan
terhadap tanaman kopi sehingga tenaga kerja yang digunakan juga hanya tenaga kerja dalam keluarga saja. Selain itu luas lahan tanaman kopi yang hanya 0,26 Ha
menyebabkan minimnya pengeluaran untuk biaya produksi. Tanaman sampingan seperti hortikultura merupakan tanaman yang dibutuhkan
penanganan yang lebih intensif mengingat tanaman hortikultura merupakan tanaman yang bersifat musiman, sehingga dapat dipastikan biaya yang
dikeluarkan juga bersifat instensif. Sedangkan tanaman kopi merupakan tanaman
Universitas Sumatera Utara
perkebunan dan hanya memerlukan biaya seperti perawatan saja apabila ada dan tetap akan berproduksi walaupun tidak mengahsilkan produksi yang maksimal.
Sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih sedikit.
5.3 Pengalokasian Pendapatan yang Diterima Petani