Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa petani sampel lebih memilih melakukan pinjaman kepada lembaga kredit formal yaitu Bank, Koperasi dan
CU Kredit Union yang terdapat di Desa dengan jumlah 35 petani atau setara dengan 58,3 dari total keseluruhan petani sampel. Sedangkan sisanya berjumlah
24 petani memilih pinjaman ke lembaga non formal yaitu teman sesama petani dan toke tengkulak. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah dapat membentuk
suatu organisasi guna memecahkan masalah-masalah dalam permodalan. Namun, apabila dilihat dari akses modal yang disediakan oleh pemerintah melalui
kebijakan PUAP dan pengembangan skema kredit dengan penjaminan tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan hampir seluruh petani sampel tidak
mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan yang telah disediakan oleh pemerintah guna memecahkan masalah permodalan usahatani mereka.
5.1.3. Pendapatan
Aktivitas pertanian dan non pertanian merupakan sumber pendapatan petani sampel di Desa Parbuluan III untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan petani sampel diperoleh informasi bahwa sumber pendapatan mereka berasal dari usahatani dan luar usahatani.
Adapun sumber pendapatan utama mereka berasal dari sektor pertanian yang berasal dari usahatani Kopi Arabika. Selain itu, petani sampel juga mengusahakan
tanaman sampingan seperti tanaman ubi jalar, kentang, kubis, cabai dan jeruk serta sebagai buruh tani guna meningkatkan pendapatan mereka. Selanjutnya
sumber pendapatan yang diperoleh dari luar usahatani adalah sebagai buruh bangunan, pedagang dan PNS. Adapun distribusi sumber pendapatan petani
sampel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Distribusi Sumber Pendapatan Petani Sampel di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
No. Jenis Mata Pencaharian
Jumlah jiwa
Persentase
1. Kopi, Ubi Jalar
1 1,67
2. Kopi, Ubi Jalar, Jeruk, Buruh Bangunan
1 1,67
3. Kopi, Ubi Jalar, Padi
1 1,67
4. Kopi, Ubi Jalar, Jeruk
1 1,67
5. Kopi, Ubi Jalar, Kentang
5 8,33
6. Kopi, Ubi Jalar, Cabai
6 10
7. Kopi, Ubi Jalar, Kubis, Kentang, PNS
1 1,67
8. Kopi, Ubi Jalar, Buruh Tani
5 8,33
9. Kopi, Ubi Jalar, Buruh Bangunan
1 1,67
10. Kopi, Ubi Jalar, Padi, Buruh Tani
2 3,33
11. Kopi, Ubi Jalar, PNS
1 1,67
12. Kopi, Kubis
9 15
13. Kopi, Kubis, Padi
1 1,67
14. Kopi, Kubis, Ubi Jalar
4 6,67
15. Kopi, Kubis, Padi, Buruh Tani
1 1,67
16. Kopi, Kubis, Pedagang
1 1,67
17. Kopi, Kubis, Jeruk
1 1,67
19. Kopi, Kubis, Buruh Tani
2 3,33
20. Kopi, Kubis, Kentang
1 1,67
21. Kopi, Cabai
2 3,33
22. Kopi, Cabai, Buruh Tani
5 8,33
23. Kopi, Cabai, Buruh Bangunan
1 1,67
24. Kopi, Cabai, Kentang
2 3,33
25. Kopi, Cabai, Padi
2 3,33
27. Kopi, Cabai, Jeruk
2 3,33
28. Kopi, Cabai, Pedagang
1 1,67
Jumlah 60
100
Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 2 Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui dari seluruh sampel yang berjumlah 60 orang
memiliki sumber pendapatan dari sektor pertanian. Sektor pertanian terbagi atas 5 subsektor, yaitu subsektor perkebunan, subsektor panganhortikultura, subsektor
peternakan, subsektor perikanan dan subsektor perkebunan. Sumber pendapatan yang dimiliki seluruh petani sampel berasal dari subsektor perkebunan dengan
mengusahakan tanaman kopi sebagai komoditi utama. Selain itu, petani memiliki sumber pendapatan lainnya yang berasal dari sektor pertanian dan non pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan keadaan ini, dapat dikatakan sektor pertanian merupakan sumber pendapatan tetap bagi petani sampel di Desa Parbuluan III.
Selain tanaman kopi, tanaman sampingan juga merupakan sumber pendapatan tambahan bagi petani sampel. Adapun tanaman sampingan yang diusahakan
petani sampel adalah ubi jalar, kubis, cabai, kentang, jeruk dan padi. Tanaman kubis merupakan salah satu tanaman dengan hasil produksi terbanyak yang
diusahakan oleh petani yakni sebesar 15. Hal ini dikarenakan harga tanaman kubis yang terus menguntungkan petani sehingga petani tetap mengusahakan
tanaman kubis sebagai tanaman sampingan. Untuk tanaman padi, petani tidak menjual hasil produksinya melainkan untuk
dikonsumsi sendiri. Meskipun hasil produksinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan beras petani dan keluarganya, namun hal ini dapat memperkecil
pengeluaran beras sehingga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga. Pendapatan merupakan gambaran keberhasilan petani dalam melakukan
usahataninya. Pendapatan yang diterima petani sampel merupakan total dari sumber pendapatan pada sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Berikut
ini penjelasan mengenai pendapatan yang diperoleh petani dari masing-masing komoditi yang diusahakan:
1. Pendapatan Usahatani Kopi
Pendapatan yang diperoleh dari usahatani kopi adalah dengan mengurangi total penerimaan dengan biaya produksi, dimana penerimaan didapat dari hasil
perkalian jumlah produksi kopi dengan harga jual kopi. Adapaun klasifikasi
Universitas Sumatera Utara
pendapatan usahatani kopi di Desa Parbuluan III terdapat pada Tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3 Distribusi Pendapatan Usahatani Kopi Petani Sampel di Desa Parbuluan
III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
No. Uraian
Total Rp
1. Penerimaan
8.943.100 2.
Biaya Produksi 1.872.000
3. Pendapatan
7.071.100 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 3,7, 8
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hasil penerimaan sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan serta harga jual. Adapaun rata-
rata produksi Kopi Arabika sebesar 453 kg dengan rata-rata luas lahan 0,26 ha. Harga jual biji kopi dalam bentuk biji putih berada diantara harga Rp. 19.000
sampai Rp. 20.000 per kg. Biaya terbesar yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani kopi adalah untuk upah tenaga kerja yakni sebesar
Rp. 1.164.500 sisanya untuk pengeluaran pupuk sebesar Rp. 605.675 dan biaya penyusutan alat sebesar Rp. 102.000. Dengan demikian diperoleh rata-rata
pendapatan petani Kopi Arabika sebesar Rp. 7.071.658 per tahun dengan luas lahan sebesar 0,26 ha.
2. Pendapatan Usahatani Ubi Jalar
Pada dasarnya tanaman ubi jalar di daerah penelitian digunakan masyarakat sebagai tanaman sampingan guna menambah hasil pendapatan keluarganya.
Tanaman ubi jalar sangat diminati oleh para petani karena tidak memerlukan biaya yang terlalu besar dalam membudidayakannya meskipun belakangan ini
harga ubi jalar terus menurun. Hal ini dikarenakan hasil produksi ubi jalar yang semakin bertambah sedangkan permintaan akan ubi jalar tidak kunjung
Universitas Sumatera Utara
bertambah. Meskipun harga jual ubi jalar terus menurun, petani masih mengusahakan tanaman ubi jalar dengan persen keuntungan yang tergolong
sedikit. Untuk mengusahakan tanaman ubi jalar dibutuhkan waktu 8 bulan mulai dari pengolahan lahan sampai panen. Petani yang mengusahakan tanaman ubi
jalar berjumlah 27 petani dari total keseluruhan sampel. Adapun klasifikasi pendapatan usahatani ubi jalar di Desa Parbuluan III terdapat pada Tabel 5.4
berikut ini:
Tabel 5.4 Distribusi Pendapatan Usahatani Ubi Jalar di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun
No. Uraian
Total Rp
1. Penerimaan
5.249.300 2.
Biaya Produksi 2.211.315
3. Pendapatan
3.037.985 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 9, 14, 16
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa penerimaan usahatani ubi jalar dipengaruhi oleh harga jual dan jumlah produksi. Dimana harga jual ubi jalar
berkisar di antara Rp. 700 – Rp. 1200 per kg dengan rata-rata produksi 5,7 ton dengan luas lahan sebesar 0,23 ha. Biaya terbesar dikeluarkan oleh petani sampel
untuk upah tenaga kerja sebesar Rp. 982.600, sisanya dikeluarkan untuk biaya bibit sebesar Rp. 495.400, pupuk sebesar Rp. 487.400 , pestisida sebesar Rp.
79.500 dan sewa traktor untuk pengolahan lahan sebesar Rp. 167.000. 3.
Pendapatan Usahatani Kubis Tanaman kubis merupakan tanaman yang lagi diminati oleh para petani sampel di
Desa Parbuluan III. Selain tanah dan cuaca yang cocok untuk budidaya kubis, harga jual kubis yang lagi bagus juga menjadi alasan petani dalam melakukan
usahatani ini. Untuk mengusahakan tanaman kubis, petani membutuhkan waktu 6-
Universitas Sumatera Utara
7 bulan mulai dari pengolahan lahan sampai dengan panen. Petani yang mengusahakan tanaman kubis sebanyak 21 petani dari total keseluruhan petani
sampel. Adapun klasifikasi pendapatan usahatani kubis di Desa Parbuluan III terdapat pada Tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5 Distribusi Pendapatan Usahatani Kubis di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun
No. Uraian
Total Rp
1. Penerimaan
11.933.300 2.
Biaya Produksi 4.923.700
3. Pendapatan
7.009.600 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 9, 14, 16
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa penerimaan petani tergolong tinggi dengan rata-rata produksi 10 ton dengan luas lahan 0,44 ha dan harga jual kubis
yang cukup tinggi dengan harga berkisar Rp. 1.000 – 1.400 per kg. Biaya terbesar dikeluarkan petani untuk upah tenaga kerja sebesar Rp. 1.624.000, kemudian
pupuk sebesar Rp. 1.559.800, biaya bibit sebesar Rp. 675.500, pestisida sebesar Rp. 653.200 dan sewa traktor untuk pengolahan lahan sebesar Rp. 412.000.
4. Pendapatan Usahatani Cabai
Pada umumnya, tanaman cabai di Desa Parbuluan III merupakan cabai merah yang ditanam tumpang sari dengan tanaman kopi. Luas lahan tanaman cabai yang
diusahakan oleh petani sampel tidak terlalu luas, begitu juga dengan hasil produksinya. Tanaman cabai dapat dipanen 4 bulan setelah ditanam dan dapat
dipanen 2 minggu sekali dan maksimal 15 – 20 kali panen. Petani yang mengusahakan tanaman cabai berjumlah 21 petani dari total keseluruhan petani
sampel. Adapun klasifikasi pendapatan usahatani cabai di Desa Parbuluan III terdapat pada Tabel 5.6 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Distribusi Pendapatan Usahatani Cabai di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun
No. Uraian
Total Rp
1. Penerimaan
7.321.900 2.
Biaya Produksi 3.488.700
3. Pendapatan
3.833.200 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 9, 14, 16
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui penerimaan yang diterima petani sampel tergolong tinggi yang dikarenakan harga jual cabai yang cukup memadai yakni
berkisar Rp 12.000 – 14.000 per kg dengan rata-rata hasil produksi sebanyak 570 kg dengan luas lahan 0,23 ha. Biaya terbesar dikeluarkan oleh petani adalah untuk
biaya pupuk yaitu sebesar Rp. 1.720.400, kemudian upah tenaga kerja sebesar Rp. 947.000, bibit sebesar 597.000 dan pestisida sebesar Rp. 25.000.
5. Pendapatan Usahatani Kentang
Kentang merupakan salah satu tanaman sampingan yang cocok dibudidayakan di Desa Parbuluan III. Minat petani dalam membudidayakan usahatani kentang tidak
sebanyak dengan petani dalam mengusahakan usahatani ubi jalar kubis. Hal ini dikarenakan biaya produksi untuk mengusahakan tanaman kentang yang
tergolong tinggi bagi petani. Petani yang mengusahakan tanaman kentang berjumlah 9 petani dari total keseluruhan petani sampel. Adapun klasifikasi
pendapatan usahatani kentang di Desa Parbuluan III terdapat pada Tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7 Distribusi Pendapatan Usahatani Kentang di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun
No. Uraian
Total Rp
1. Penerimaan
15.900.000 2.
Biaya Produksi 13.648.300
3. Pendapatan
2.251.700 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 9, 14, 16
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pendapatan yang diterima petani sampel tidak terlalu besar dengan rata-rata jumlah produksi 2,9 ton dengan luas
lahan 0,13 ha. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk budidaya kentang yang cukup tinggi. Biaya terbesar dikeluarkan petani untuk biaya bibit
sebesar Rp. 12.000.000, pupuk sebesar Rp. 743.000, upah tenaga kerja sebesar Rp. 677.000 dan pestisida sebesar Rp. 229.000. Sedangkan harga jual kentang
hanya berkisar diantara Rp. 5.000 – Rp. 6000 per kg. 6.
Pendapatan Usahatani Jeruk Tanaman jeruk merupakan tanaman yang belakangan ini baru dibudidayakan oleh
petani sampel di Desa Parbuluan III. Jenis tanaman jeruk yang dibudidayakan adalah jeruk manis. Terdapat 3 petani sampel yang membudidayakan tanaman
jeruk dan tanaman ini belum dapat berproduksi karena masih memasuki tahun ke-2 setelah tanam. Petani sampel hanya mengeluarkan biaya produksi sebelum
tanaman jeruk menghasilkan buah. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja dengan total
biaya sebesar Rp. 13.010.500 dengan rata-rata luas tanam sebesar 0,13 ha. 7.
Sumber Pendapatan Non Pertanian Selain memperoleh pendapatan dari sektor pertanian, petani sampel juga
memperoleh pendapatan dari sektor non pertanian yaitu buruh tani, hasil dagangan dan PNS. Pada umumnya, petani yang memiliki luas lahan yang sedikit
akan melakukan pekerjaan produktif seperti buruh tani sebagai sumber pendapatan tambahan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan profesi sebagai buruh tani, petani sampel tidak melakukannya dalam waktu yang tetap melainkan hanya dibutuhkan pada saat diminta oleh
petani lain atau saat panen raya. Upah yang diperoleh petani sampel sebagai buruh tani yaitu berkisar Rp. 50.000 – Rp. 70.000 per hari tergantung kesepakatan antara
petani dengan si pemilik lahan. Adapun jumlah petani yang sekaligus menjadi buruh tani yaitu berjumlah 15 orang dari keseluruhan sampel dengan rata-rata
pendapatan Rp. 2.203.000 per tahun. Kegiatan petani lain dalam menambah pendapatannya adalah sebagai pedagang
dan buruh bangunan. Pedagang dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki warung. Terdapat 2 petani sampel yang memiliki usaha sampingan sebagai
pedagang dimana pendapatan bersih yang diperoleh petani sampel sebesar Rp. 250.000 – Rp. 400.000 per bulan. Selain sebagai pedagang, petani bekerja
sebagai buruh bangunan dan terdapat 3 petani sampel yang bekerja sebagai buruh bangunan. Petani sampel yang bekerja sampingan sebagai buruh bangunan
melakukan kegiatan ini 1 – 2 bulan saja dengan upah Rp. 50.000 – 100.000 per hari. Adapun rata-rata pendapatan untuk pedagang dan buruh bangunan sebesar
Rp. 2.400.000tahun. Adapun total pendapatan yang diterima oleh petani sampel dari sektor pertanian
dan sektor non pertanian terdapat pada Tabel 5.8 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Total Pendapatan Petani Sampel di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2016
No. Sampel
Luas Lahan Hektar
Pendapatan Total
Pendapatan Rp
Pertanian Rp
Non-Pertanian Rp
1 0,18
8.979.400 8.979.400
2 0,22
6.966.933 6.966.933
3 0,56
9.699.225 2.300.000
11.999.225 4
0,1 8.150.833
8.150.833 5
0,4 11.757.700
11.757.700 6
2 12.058.500
14.400.000 26.458.500
7 0,54
-2.127.550 18.000.000
15.872.450 8
0,6 10.680.100
10.680.100 9
0,32 10.683.700
10.683.700 10
0,3 7.994.700
2.000.000 9.994.700
11 0,18
9.680.600 9.680.600
12 0,5
11.868.200 11.868.200
13 0,32
9.572.433 9.572.433
14 0,54
13.976.300 13.976.300
15 0,6
12.524.100 12.524.100
16 1,06
21.027.433 21.027.433
17 0,54
9.498.000 14.000.000
23.498.000 18
0,74 13.840.250
13.840.250 19
0,4 8.926.683
8.926.683 20
1,16 18.541.300
18.541.300 21
0,5 12.557.200
12.557.200 22
1,4 17.712.183
17.712.183 23
0,38 10.675.150
10.675.150 24
1,04 14.605.783
14.605.783 25
0,6 11.176.050
11.176.050 26
0,5 15.111.467
15.111.467 27
1,08 18.884.500
18.884.500 28
1,16 17.691.050
17.691.050 29
0,64 15.987.900
3.000.000 18.987.900
30 0,2
9.307.700 9.307.700
31 0,4
9.174.300 9.174.300
32 0,6
9.161.814 9.161.814
33 0,8
16.409.900 16.409.900
34 1,12
22.370.100 22.370.100
35 0,54
15.213.300 15.213.300
36 1,06
19.739.833 19.739.833
37 0,32
9.931.800 9.931.800
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Lanjutan. Total Pendapatan Petani Sampel di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2016
No. Sampel
Luas Lahan
Hektar Pendapatan
Total Pendapatan
Rp Pertanian Rp
Non-Pertanian Rp
38 0,6
14.843.100 14.843.100
39 0,5
12.557.133 12.557.133
40 1,06
1.995.550 18.000.000
19.995.550 41
0,2 12.921.733
12.921.733 42
0,18 10.878.033
1.500.000 12.378.033
43 1,08
23.018.000 23.018.000
44 0,32
8.125.500 8.125.500
45 0,4
11.443.167 11.443.167
46 0,32
14.433.000 14.433.000
47 0,54
13.652.300 13.652.300
48 0,18
10.693.200 10.693.200
49 0,8
15.394.200 15.394.200
50 0,64
11.832.500 11.832.500
51 0,18
8.974.500 3.200.000
12.174.500 52
1,16 14.747.167
14.747.167 53
0,4 10.345.417
10.345.417 54
0,2 11.841.250
11.841.250 55
0,2 11.997.700
11.997.700 56
0,6 17.274.400
17.274.400 57
0,3 13.723.100
13.723.100 58
0,32 11.109.950
11.109.950 59
0,6 15.902.017
15.902.017 60
0,32 9.640.500
9.640.500
Jumlah 34,7
747.352.287 76.400.000
823.752.287
Rata-rata 0,58
12.455.900 1.273.300
13.729.200
Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 17 Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata petani sampel
adalah sebesar Rp. 13.729.200 per tahun atau Rp. 1.144.100 per bulan. Dimana konstribusi pendapatan dari sektor pertanian lebih besar dibandingkan pada sektor
non pertanian sebesar 90,7 dari total seluruh pendapatan petani sampel atau dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 12.455.900 per tahun.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Kebutuhan Permodalan Tiap Petani