43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sosial dan Ekonomi Petani
Petani sampel yang dimaksud adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman sampingan palawija dan hortikultura di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi. Adapun Karakteristik sosial dalam penelitian ini ialah meliputi tenure atau status kepemilikan lahan yang diusahakan oleh petani sampel dan
keterbukaan petani sampel terhadap akses modal yang tersedia. Sedangkan karakteristik ekonomi dalam penelitian ini ialah meliputi pendapatan yang
diterima oleh petani sampel baik dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.
5.1.1. Tenure Status Kepemilikian Lahan
Tenure adalah status kepemilikan lahan yang diusahakan oleh petani sampel di Desa Parbuluan III Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Berdasarkan
wawancara langsung, status kepemilikan lahan yang diusahakan oleh petani sampel merupakan lahan milik sendiri yang bersifat ulayat.
Tanah ulayat adalah bidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyrakat hukum adat tertentu. Hak ulayat adalah kewenangan, yang menurut
hukum adat, dimiliki oleh masyarakat hukum adat atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan warganya, dimana kewenangan ini memperbolehkan
masyarakat untuk mengambil manfaat dari sumberdaya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidupnya. Masyarakat dan
sumberdayayang dimaksud memiliki hubungan secara turun-temurun dan tidak
Universitas Sumatera Utara
terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.
Desa Parbuluan III terbagi atas 4 empat dusun, dimana dusun-dusun ini terbagi atas wilayah berdasarkan marga atau suku yang telah ada sejak turun temurun.
Adapun nama-nama dusun tersebut ialah Dusun Huta Napa, Dusun Huta Nainggolan, Dusun Barisan Nainggolan dan Dusun Lumban Pandiangan.
Berdasarkan penelitian, hak ulayat yang dimiliki petani sampel merupakan unsur hukum publik, dimana petani mempunyai wewenang untuk mengelola dan
mengatur peruntukan, penggunaan dan penguasaan atas tanah ulayat tersebut.
5.1.2. Keterbukaan Petani Terhadap Akses Modal
Pada umumnya, petani melakukan peminjaman kepada ijon renternir untuk memperoleh modal dalam usahataninya. Keterbukaan petani yang dalam
penelitian ini berkaitan dengan hal-hal baru yang berkaitan dengan akses modal dalam melakukan usahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tingkat
kosmopolitan petani sampel di Desa Parbuluan III terhadap akses modal yang dibentuk sendiri tergolong cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sumber
pinjaman modal petani sampel pada Tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Data Lembaga Pinjaman Petani Sampel di Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi
No. Sumber Pinjaman
Jumlah jiwa Persentase
1. Lembaga Forrmal
35 58,3
2. Lembaga Non Formal
24 40
3. Tidak Melakukan Pinjaman
1 1,7
Jumlah 60
100
Sumber: Anlaisi Data Primer, Lampiran 18
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa petani sampel lebih memilih melakukan pinjaman kepada lembaga kredit formal yaitu Bank, Koperasi dan
CU Kredit Union yang terdapat di Desa dengan jumlah 35 petani atau setara dengan 58,3 dari total keseluruhan petani sampel. Sedangkan sisanya berjumlah
24 petani memilih pinjaman ke lembaga non formal yaitu teman sesama petani dan toke tengkulak. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah dapat membentuk
suatu organisasi guna memecahkan masalah-masalah dalam permodalan. Namun, apabila dilihat dari akses modal yang disediakan oleh pemerintah melalui
kebijakan PUAP dan pengembangan skema kredit dengan penjaminan tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan hampir seluruh petani sampel tidak
mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan yang telah disediakan oleh pemerintah guna memecahkan masalah permodalan usahatani mereka.
5.1.3. Pendapatan