Strategi komunikasi rumah busana ranti dalam mensosialisasikan busana islami

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DIAN PUTRA NIM. 106051001800

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DIAN PUTRA NIM. 106051001800

Pembimbing:

DRS. SUHAIMI. M.SI NIP: 19670906 199403 1 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 08 Maret 2011


(4)

DALAM MENSOSIALISASIKAN BUSANA ISLAMI” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta pada tanggal 18 Maret 2011 M. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosialisasi Islam (S.Sos.I) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).

Jakarta, 18 Maret 2011

Sidang Munaqosyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Wahidin Saputra, MA Hj. Umi Musyarofah, MA

NIP.19700903 199603 1 001 NIP.19710412 200003 2 001 Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Sunandar, MA Hj. Umi Musyarofah, MA

NIP.19620626 199403 1 002 NIP.19710412 200003 2 001

Pembimbing

Drs. Suhaimi, M.Si


(5)

NIM: 106051001800

Kegiatan komunikasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari karena segala kegiatan atau segala sesuatu dibutuhkan kegiatan komunikasi. Begitu juga dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran agama melalui rumah busana kepada masyarakat dibutuhkan komunikasi, agar tujuan menyebarkan nilai-nilai Islam itu berjalan dengan baik. Dalam komunikasi juga dibutuhkan strategi komunikasi, agar nilai dalam sebuah ajaran agama dapat tepat sasaran. Rumah busana Islami adalah bentuk dari strategi dalam membumikan nilai Islam dalam berbusana khususnya. Busana yang Islami yang dipakai oleh seseorang adalah melambangkan nilai Islam sudah tertanam dalam diri orang tersebut. Agar terlaksana dengan baik, sangat dibutuhkan strategi komunikasi. Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang unggul adalah dengan menjawab pertanyaan “Who says what in which channel to whom with what effect?” (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?) komunikasi ini akan berjalan lancar dan sesuai sasaran bila setiap komponen yang dikatan Lasswell dipadukan. Dalam hal ini juga yang dilakukan oleh Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan tujuannya yakni agar masyarakat dapat menggunakan busana islami dengan suka dan cinta dimanapun dan kapanpun juga. Strategi yang digunakan adalah dengan media atau komunikasi secara langsung. Strategi komunikasi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana Islami sudah terealisasikan cukup baik, hal ini terbukti Rumah Busana Ranti menjadi rumah busana muslim yang populer selama 23 tahun, dan sudah menginjak tahun ke 25 dengan banyaknya media-media komunikasi yang dijadikan alat paling utama dalam mensosialisasikan busana muslim, dan memiliki pegawai yang menerapkan sopan santun, ramah,dan senyum dalam melayani setiap pelanggan yang diharapkan masyarakat mendapatkan kepuasan.


(6)

Puji syukur penulis hantarkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa. Yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa yang dituntut untuk menyusun karya ilmiah ini dengan penuh tanggung jawab. Shalawat serta salam tercurah bagi beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang secara langsung membimbing penulis untuk terus menuntut ilmu yang sudah diajarkan melalui sunnah dan ajarannya.

Apresiasi penulis sampaikan kepada mereka yang penuh dengan keikhlasan dan kesabaran, penuh pengorbanan dan ketulusan dalam membantu pembuatan skripsi ini baik itu riil maupun materiil. Dan mereka adalah:

1. Orang Tua Tersayang

Ngatiman, seorang bapak yang tidak pernah mengeluh dan tidak pernah berhenti untuk terus berupaya mengorbankan apapun yang ada untuk membiayai pendidikan penulis. Tidak pernah berhenti mengajarkan keuletan dan rasa bertanggung jawab. Seorang yang selalu membimbing penulis untuk terus ingat kepada Allah dan RasulNya. Dan seorang yang tidak pernah lelah mencari rezeki untuk keluarganya demi kehidupan yang lebih baik.

Ratminah, seorang ibu yang tegar. Yang tidak mau berleha walau sejenak unuk membantu seorang ayah dalam membiayai semua anaknya. Seorang ibu yang memiliki kesabaran yang agung, tanpa belas kasih. Seorang ibu yang rela mengorbankan semangatnya untuk penulis. Seorang


(7)

selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.

2. Fitri Yulianti, Susi Andriani, Rosmawilda, kakak dan adik yang dengan canda ceria mereka penulis dapat kasih sayang sebagai kekuatan. Karena kasih mereka penulis dapat terus tegar. Karena mereka juga penulis dapat mengabil pelajaran yang berarti untuk menata kehidupan nanti. Dan untuk mereka penulis akan persembahkan yang terbaik.

3. Guru dan inspirator

Terima kasih untuk semua guruku di SDN 031 Pasir Kemilu Rengat yang telah berjuang keras untuk membukakan mata penulis sehingga dapat mengetahui dan membaca setiap kata yang tertulis.

Untuk semua teman-teman seperjuangan di Ma’had Al-Zaytun anggatan 2000, yang secara tidak langsung telah menjadi inspirasi dan penyemangat penulis.

Untuk semua masyarakat Rengat khususnya Desa Pasir Kemilu yang selalu memberi dukungan dan do’a kepada penulis untuk terus maju dalam menimba ilmu.

Untuk semua ustadz dan ustadzah di Ma’had Al-Zaytun, Indramayu, terima kasih atas segala ilmu yang tercurah kepada penulis, sehingga penulis tumbuh dalam ilmu yang benar dan berkembang pesat dalam menambah ranah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam lagi.

Drs. Sofyan Abdul Karim, guru sekaligus penyemangat penulis dalam segala hal. Seorang yang mandiri dan ulet dalam menyebarkan


(8)

positif yang kuat dari setiap apa yang dilakukannya.

Drs. Suhaimi, M.Si dosen pembimbing penulis yang sabar, namun tetap mengarahkan pada karya yang besar. Yang kuat dan kaya akan inspirasi dan masukan. Dosen yang akrab sebagai kawan. Dosen yang mensukseskan hasil dari skripsi yang penulis tulis.

Hj. Umi Musyarofah, MA dosen yang penuh dengan perhatian. Penuh dengan kesabaran dalam menghadapi mahasiswanya. Dosen yang membawa penulis terus semangat untuk menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih atas dedikasinya untuk terus menyebarkan pengetahuannya bagi penulis.

4. Terimakasih kepada seluruh jajaran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen yang telah mengajari penulis dalam menambah ilmunya, yaitu:

Prof. Komaruddin Hidayat. Ph. D (Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta)

Dr. Arief Subhan, M.Ag (Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi)

Drs. Wahidin Saputra, MA (Pembantu Dekan Bid. Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi)

Drs. Mahmud Jalal, MA (Pembantu Dekan Bid. Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi)


(9)

Drs. Jumroni, M. Si (Ketua Jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam)

Umi Musyarofah, MA (Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam)

Dan seluruh dosen yang telah mengajari penulis untuk tetap semangat dalam mencapai cita-cita. Terimakasih sebesar-besarnya yang hanya bisa penulis berikan kepada semua dosen yang meluangkan waktunya untuk mentransfer ilmunya kepada penulis.

5. Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan sebagai acuan dalam kesuksesan skripsi penulis.

6. Kepada seluruh jajaran management Rumah Busana Ranti yang memperjuangkan dan memberikan bahan dalam penelitian dan dalam kerampungan skripsi yang penulis tulis.

7. Kepada sahabat terbaik Aditya (kawan terbaik, yang selalu mengarahkan dan selalu membuat penulis tersenyum, dan yang selalu menyemangati penulis), Syarif, Roby, Bayu (sahabat terbaik, yang membuat penulis selalu ceria, suka dan sahabat yang penuh pengertian setiap penulis ada masalah, terimakasih sahabatku),Aan, Ahdian, Faisal, Budiman, Ilham, Deni, Supri, semua anak TI-B yang selalu semangat.

8. Segenap teman-teman KPI 6 B, Badru Tamam, Deny Sofiansyah, Hari Haryanto, Fikri Riva’i, Hamiluddin Ismail, Eko Maulana, Fachmi Ali,


(10)

  vi

Rahayu, Erza Handayani, Gita Andini, Fitiyani, Fitri Susilowati, Desti Eka Putri, Halimah, Eki Susanti, Eri Wita Widuri, Ida Nurul Huda, Heny Yunita, Elvira Ria Selly Cahyanti dan khususnya KPI angkatan 2006 yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan. Dan juga telah menjadi anggota keluarga baru bagi penulis.

9. Segenap keluarga besar KKS 102 Cianten-BOGOR, Egy, Fatih, Imamul Huda, Chery Dia Putra, Dimas, Rizqi, Shinta, Eksa, Siti Qomariyah dan semua masyarakat Cianten yang selalu semangat dalam memberikan pengalaman.

10. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini yang belum di tulis penulis mohon maaf, namun terima kasih penulis hanturkan tiada tara.

Pada akhirnya penulis hanya dapat terus berucap terima kasih yang seluas-luasnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah membalas semua kebaikan keluarga dan guru, ustadz dan ustadzah serta sahabat dan teman-teman semua yang penulis cintai. Amiin ya Rabbal’Alamin.

Jakarta, Maret 2011


(11)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi ... 10

1. Pengertian Strategi ... 10

2. Tahapan-Tahapan Strategi ... 13

3. Pengertian Komunikasi ... 15

4. Pengertian Strategi Komunikasi ... 18

5. Fungsi Strategi Komunikasi ... 19

6. Media Komunikasi ... 20

B. Sosialisasi Busana Islami ... 24

1. Pengertian Sosialisasi ... 24

2. Kategori Busana Islami ... 28


(12)

  ix

A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Rumah Busana Ranti .... 40

B. Visi dan Misi, Rumah Busana Ranti ... 42

C. Produk Penjualan Rumah Busana Ranti ... 43

D. Struktur Organisasi Rumah Busana Ranti ... 44

E. Program Kerja Rumah Busana Ranti ... 46

BAB IV STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH BUSANA RANTI DALAM MENSOSIALISASIKAN BUSANA MUSLIM A. Sosialisasi Busana Islami ... 50

B. Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan Busana Islami ... 54

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mensosialisasikan Busana Islami ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(13)

A. Latar Belakang

Dalam agama Islam berdakwah merupakan suatu tugas yang utama dan yang perlu diperhatikan. Karena berdakwah memiliki arti mengajak dan menggerakkan manusia agar mau melaksanakan ajaran Islam. Ajaran Islam dalam arti luas yakni segala perintah yang telah termaktub dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman orang Islam. Sehingga kita dapat memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat1. Allah menjelaskan dalam firmannya, dalam surat An-Nahl ayat 125:

Artinya: ”Ajaklah mereka ke jalan Allah (agama islam), dengan cara bijaksana, dan nasehat yang baik, serta berdiskusi atau bertukar pikiran yang baik, bahwasannya Tuhannmu Maha Mengetahui siapa yang sesat dan yang mendapat petunjuk dari jalanNya”.

Selain itu, Islam yang merupakan agama dakwah2. Maksudnya adalah agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah bahkan maju mundurnya umat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya3. Tujuannya adalah       

1

Suhaemi Masrap, Khutbah Jum’at Pilihan Anda. (Surabaya: Karya Utama, 1985), h. 16

2

Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Jakarta: Al-Amin Press,1997),h.8

3

Didin Hafifudin, Dakwah Aktual (Jakarta:Gema Insani Press,1998),cet.3,h.76


(14)

memberikan informasi tentang Islam dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam4.

Dalam proses berdakwah tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan cara terbaik bagi komunikator (da’i) untuk dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u (komunikan), sehingga pesan dakwah yang mengajak kepada sesuatu yang benar itu dapat dengan mudah diterima. Dan proses interaksi berlangsung secara wajar didalam berdakwwah.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta bahkan ide sekalipun. Maka dunia pendidikan komunikasi berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak atau akhlak, keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan5.

Dalam segala hal maupun urusan memiliki suatu strategi untuk mendapatkan tujuan atau mencapainya. Begitu juga dengan berdakwah. Komunikator yang baik adalah komunikator yang memilki strategi tersendiri dalam menjinakkan komunikan. Memiliki beberapa cara yang jitu untuk tetap pada tujuan dakwah sebenarnya. Dalam komunikasi, strategi komunikasi merupakan alat yang patut diutamakan demi kelangsungan proses komunikasi yang mantap dan tujuan yang tercapai.

       4

Ismah Salmah, Strategi Dakwah di Era Milenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya

(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2004),vol.5,h.3 5

H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara,

1997),h.11


(15)

Dalam Islam, memiliki cakupan yang sangat luas. Karena didalamnya terdapat syariat yang mengatur semua sendi kehidupan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia, tanpa terkecuali. Salah satuya adalah dalam berbusana atau berpakaian.

Bagi manusia, pakaian dapat memberikan tiga fungsi sekaligus. Selain berfungsi menutup aurat sebagai fitrah, pakaian juga melindungi dari berbagai gangguan dan perubahan cuaca, dan juga dapat memperindah penampilan6. Globalisasi saat ini, pakaian yang bersifat islami sangat jarang digunakan oleh manusia. Dengan masuknya unsur-unsur budaya Barat yang lebih kearah pakaian yang bebas dan mempertontonkan aurat, itu lebih disenangi oleh masyarakat pada umumnya. Padahal dalam Islam telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 26 yang artinya “Hai anak Adam, sungguh kami telah menyediakan pakaian untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Namun, pakaian takwa itulah yang paling baik. Demikianlah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Saat ini banyak sekali lembaga-lembaga, atau instansi-instansi yang hendak mengembalikan citra islami dalam pakaian untuk masyarakat di Indonesia. Demi kembali melahirkan dan mensosialisasikan pakaian yang islami agar Indonesia yang pada umumnya masyarakatnya beragama Islam dapat mengetahui bagaimana berbusana sesuai dengan syariat islami.

Rumah Busana Ranti, muncul di tengah-tengah banyaknya busana modern berkembang di Indonesia. Rumah Busana Ranti yang memiliki visi “       

6

Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Panduan Berbusana Islami (Jakarta:

Almahira, 2006),v.3,h.3


(16)

Membuat semua pelanggan bahagia berbusana muslim kapanpun dan dimanapun berada”. Dan “Kami adalah hamba Allah yang membantuNya dalam menebarkan kebahagiaan kepada semua pelanggan dengan berbusna muslim”. Selain itu juga Rumah Busana Ranti juga memiliki misi “ Kami bersama pelanggan kami adalah hamba Allah yang selalu menciptakan produk busana muslim yang sesuai dengan syariah, Kami bekerjasama dengan orang-orang terbaik dan kami senantiasa melakukan perbaikkan karena kami adalah umat terbaik yang Allah ciptakan untuk meraih kebahagiaan, dan Kami adalah pengembangan da’wah yang menyakini hanya dengan aktifitas da’wah menuju pola hidup bersyari’ah akan memberikan keberlimpahan dan keberkahan di muka bumi ini untuk mendapatkan ridho Allah di akhirat kelak”.

Dari beberapa pernyataan di atas, untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan nuansa busana yang islami kepada masyarakat. Dengan alasan inilah dapat dibahas masalah yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan Busana Islami.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan strategi komunikasi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana islami.


(17)

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Strategi komunikasi apa saja yang digunakan Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana Islami?

b. Apa faktor penghambat dan pendukung startegi komunikasi yang digunakan Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana Islami?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana islami.

b. Untuk mengetuhi faktor penghambat dan pendukung strategi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana islami.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis

1) Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang studi dakwah dan komunikasi, khususnya kaitan diantara dua bidang ilmu tersebut.

2) Menambah khazanah dalam kajian yang berkaitan dengan ilmu komunikasi, terutama tentang stategi komunikasi Rumah Busana Ranti.


(18)

b. Manfaat Praktis

1) Peneletian ini dapat dijadikan pedoman tentang penerapan strategi komunikasi Rumah Busana Ranti serta diharapkan dapat memberikan masukan bagi lembaga-lembaga atau instansi-instansi lainnya terutama yang berkaitan dengan busana islami.

2) Untuk menambah wawasan, masukan, dan pendapat bagi penulis dan khususnya juga bagi Rumah Busana Ranti. Juga menambah ilmu bagi mahasiswa dakwah dan komunikasi serta mahasiswa lain yang berminat dalam kajian komunikasi pada umumnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara analisis deskriptif, yaitu berdasarkan data-data yang diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok penelitian yang akan dibahas. Maka digunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara dan dokumentasi. Untuk menunjang proses analisis data dan datang langsung ke kantor pusat Rumah Busana Ranti yang beralamat di Jl. Raya Hankam No 12, Pondok Gede, Jatiwarna, Bekasi. No telp 0218467350-0218487026 atau 0218467351. Diharapkan dari pendekatan ini dapat menghasilkan data yang akurat dan objektif.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Rumah Busana Ranti. Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi komunikasi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana Islami.


(19)

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

Interview, yakni proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab (wawancara) sambil bertatap muka antara penanya dan responden dengan menggunaan alat interview guide (panduan wawancara)7. Berkaitan dengan ini diarahkan wawancara dengan pihak Rumah Busana Ranti.

       

Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan teknik pengamatan secara langsung tentang kegiatan strategi komunikasi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana islami

Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa media massa, buku, catatan, dan jurnal mengenai hal-hal yang akan diteliti dan dibahas yang berhubungan dengan objek penelitian.

4. Analisis Data

Data-data yang terkumpul (melalui wawancara, observasi dan dokumentasi) dikumpulkan dan di analisis dari teori-teori pendukung yang menjadi acuan analisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Setelah itu, menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalama tulisan yang lebih luas.

  7

Muhammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 182


(20)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam merencanakan penelitian ini, langkah awal yang dilakukan mengamati skripsi-skripsi yang ada. Setelah diamati setiap skripsi yang ada di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi , ditemukan beberapa judul dan objek penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan diteliti, kemudian dijadikan sebagai rujukan langkah awal dalam penelitian ini. Adapun skripsi yang penulis temukan diantaranya :

a. “Strategi Komunikasi Prof. DR. KH. Didin Hafifuddin, M. SC dalam Mensosialisasikan zakat di Indonesia” olehMuhammad Alvi tahun 2008

b. “Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Replubika dalam Sosialisasi Zakat” oleh M. Dzikril Amin tahun 2008.

c. “Strategi Komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Akhlak Anak Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati padang Jakarta Selatan” oleh Nasrullah tahun 2009

d. “Strategi Komunikasi Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri Indonesia (DEPLU) dalam Pencitraan Islam Indonesia di Dunia Internasional” oleh Geary Fariq Muhammad tahun 2009.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang membagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut :


(21)

 

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

Menguraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, seperti menguraikan sekilas tentang strategi komunikasi, komunikasi, media komunikasi, pengertian sosialisasi, busana islam dan kategori busana islami.

BAB III. GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini diuraikan profil dari latar belakang, visi dan misi, produk penjualan, program kerja dan struktur organisasi Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana islami.

BAB IV. TEMUAN DAN HASIL ANALISIS

Membahas tentang hasil temuan strategi komunikasi, faktor hambatan dan faktor pendukung yang dilakukan oleh Rumah Busana Ranti dalam mensosialisasikan busana islami. Sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.

BAB V. KESIMPULAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan, saran-saran. Dan bagian terakhir memuat tentang Daftar dan Lampiran-lampiran.


(22)

A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, yang berarti ‘Komandan Perang’ pada zaman demokrasi Athena. Pada awalnya, strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu peperangan1.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu2.

Menurut Nickols (2000), strategi dapat diartikan dalam beberapa hal seperti rencana, pola, posisi, serta pandangan. Sebagai rencana, strategi berhubungan dengan bagaimana memfokuskan perhatian dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan menurut pakar ilmu komunikasi Onong Uchyana Effendy, M.A. Strategi pada hakikatnya adalah perencana, (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi

       1

Komaruddin, Ensiklopedi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) Cet.ke 1, h.539  2

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi ketiga, (Jakarta: balai Pustaka, 2005), h. 1092  


(23)

sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya3.

Menurut W.J.S Poerwadarminta, strategi memiliki beberapa pengertian, yaitu: siasat perang dan akal (daya upaya) untuk mencapai suatu maksud.4

Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang dipersatukan, komperhensif teringrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungnan dan yang dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai dengan pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.5

Syarif Usman mengatakan, dalam pembangunan saya mendefenisikan strategi sebagai kebijaksanaan menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.6

Menrut Asmuni Syukir, bahwa strategi dalam ilmu dakwah berarti sebagai metode, siasat, taktik yang digunakan dalam proses kegiatan dakwah.7

Menurut Fuad Amsyari mengatakan bahwa pada pengertian dasarnya, strategi dan taktik adalah suatu metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata       

3

Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1992), h. 32.  4

Ahad Abu, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11   5

William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta:

Erlangga, 1987) edisi ke-2, h.24  6

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,

(Jakarta: Firma Djakarta,tt),cet ke-1, h. 6  7


(24)

dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.8

Kemudian lebih mengerucut menurut Stainer dan Mineer, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga sasaran organisasi akan tercapai9.

Jika sedikit ditarik kesimpulan, strategi pada hakikatnya memiliki beberapa ciri yakni:

Pertama, ia memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah bagaikan fokus dalam pokok pendekatan strategi. Kedua, ia memusatkan kepada analisa dinamika, analisa gerak, analisa aksi. Ketiga, strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut. Keempat, strategi memperhatikan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau, masa kini, dan trauma masa depan) dan faktor lingkungan. Dan kelima, strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi pada peristiwa-peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan kontek kekuatan, kemudian mengadakan analisa kemungkinan-kemungkinan serta perhitungan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka bergerak menuju tujuan itu10.

       8

Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), cet

ket-1, h. 10  9

George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga), h.20.  10

Mortopolo, Ali, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Esiter For Strategic End International Study)cet pertama, h.8  


(25)

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi, dapat diambil kesimpulan, strategi adalah suatu proses perencanaan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan langkah-langkah yang jitu yang diharapkan dapat fokus dengan kekuatan-kekuatan yang ada dalam sebuah bidang tertentu, dan diharapkan untuk tujuan di jangka panjang.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Strategi juga melalui tahapan dalam prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahapan yaitu11:

a. Rumusan Strategi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah mengembangkan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk menentukan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi.

       11


(26)

Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam melaksanakan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang akan ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap strategi dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolok ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni:

1) .Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi suatu perubahan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan


(27)

menyimak kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang dinamakan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi

sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapakan.

3. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Comuminication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasipun berasal dari unsur persuratkabaran, yakni journalism. Adapun defenisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut yaitu: dari sudut bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah (terminology)12.

Komunikasi menurut bahasa (etimologi) dalam “Ensiklopedi Umum” diartikan dengan “perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:

a. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan. b. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana. c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat

mayoritas.

       12


(28)

d. Communico, yang berarti membuat sama.

e. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio

yang juga bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna.

Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan.

Adapun pengertian komunikasi menurut istilah (terminology) banyak dikemukakan oleh sarjana yang menekuni ilmu komunikasi antara lain:

Menurut Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah “The process by which an individuals (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicant)” yang berarti:”Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan)”13.

Menurut William Albiq, mengatakan dalam bukunya Public Opinion bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu14.

Dalam kamus psikologi, Dictionary of Behavior Science, menyebutkan 6 pengertian komunikasi, yang intinya adalah: Pertama,       

13

Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981), h. 6. 

14


(29)

penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. Kedua, penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. Ketiga, pesan yang disampaikan. Keempat, teori komunikasi. Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. Kelima, pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. Keenam, pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi15.

Everett M. Rogers mengemukakan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka16.

Dari beberapa pakar ahli komunikasi tersebut dapat dijelaskan bahwa, komunikasi adalah “ Sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Atau komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan (berupa lambang, suara, gambar dan lain-lain) dari suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu17.

Komunikasi juga berarti upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan dan juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Demikian juga komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, baik berupa kata-kata, angka-angka, tanda-tanda atau yang lainnya, yang       

15

Jalaluddin , Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1985), h.4.  16

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 18.  17


(30)

semuanya itu tentu harus adanya kesamaan makna dan pengertian. Komunikasi akan berhasil jika orang yang diajak bicara dapat memberi makna sesuai dengan yang diharapkan komunikator.

Dengan demikian dalam komunikasi akan timbul empat tindakan bagi setiap pelakunya, yaitu: Pertama, membentuk pesan, artinya menciptakan suatu ide atau gagasan yang terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem saraf. Kedua, menyampaikan artinya pesan yang telah dibentuk kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pesannya dapat berupa pesan-pesan verbal dan non verbal. Ketiga, menerima, artinya disamping membentuk dan menyampaikan pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan orang lain. Keempat, mengolah artinya pesan yang telah diterima, kemudian akan diolah melalui sistem saraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari si orang tersebut.

4. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manjemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi18.

       18


(31)

Dalam strategi komunikasi, peran komunikasi sangatlah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikasi, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.

Seorang komunikan akan mempunyai kemampuan dan strategi untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, sehingga komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

5. Fungsi Strategi Komunikasi

Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi bergantung pada strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi komunikasi media massa dalam bentuk apapun, atau bahkan lembaga-lembaga yang mengikutsertakan komunikasi akan berpengaruh pada hasil yang negatif. Dengan demikian baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda:


(32)

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

b. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya19.

Secara sentral, tujuan strategi komunikasi yang dituturkan oleh R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya,

Techniques for Effective Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari tiga tujuan utama yaitu:

a. To secure understanding

b. To establish acceptance

c. To motivate action

Tiga tujuan ini sangat berkaitan erat, karena pertama to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance). Yang pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action)20.

6. Media Komunikasi

Media komunikasi saat ini telah merasuk ke dalam kehidupan modern. Melalui media, orang mampu membentuk opini dari informasi dan interpretasi atas informasi yang mereka terima.

       19

Onong U. Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2004),

h.28  20

Onong U. Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(33)

Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan persuasi adalah advertisement (iklan). Iklan mengajak audiens atau pembaca untuk menuruti apa yang dikehendaki iklan, contohnya membeli pasta gigi, makanan atau yang lainnya. Public Relations adalah persuasi yang halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak mengajak untuk melakukan tindakan langsung. Public Relations berusaha membentuk sikap biasanya dengan mengajak audiens media massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut pandang tertentu pula. John Vivian menyebutkan ada tujuh media komunikasi yakni buku, majalah, koran, radio, advertising, internet, dan televisi21.

Adapun jenis-jenis media massa yang bersifat “Komunikasi Massa” telah berkembang pesat dari segi kuantitas maupun kualitas, antara lain;

a. Buku

Produksi buku secara masal pertama kali dilakukan pada pertengahan tahun 1400-an, telah mengubah sejarah manusia dengan mempercepat pertukaran ide dan informasi antar manusia. Buku merupakan gudang penyimpan kebudayaan. Buku adalah wahana utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru dan sarana utama bagi genarasi baru untuk memahami pelajaran dari generasi lama.

       21


(34)

b. Koran

Koran adalah media massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Di sebagian kota besar, sumber berita hampir semua berasal dari koran. Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Dan banyak para pembaca membuat koran menjadi media efektif dalam menyampaikan pesan.

c. Majalah

Saat ini majalah-majalah besar merupakan media massa yang mempengaruhi kultur negara-negara maju, termasuk Amerika. Literatur besar dan ide-ide besar lainnya masuk dalam format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh hampir semua orang.

Periklanan memanfaatkan majalah diantaranya membangun pasar nasional untuk produk-produk mereka. Karena orang mempunyai selera yang sangat luar biasa pada majalah. Singkatnya majalah adalah media pervasive. Keluasan audiens majalah membuat majalah menjadi media yang amat kompetitif22.

d. Advertising

Advertising adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa iklan, orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa yang tersedia. Advertising dalam kenyataanya adalah penting untuk masyarakat yang makmur. Advertising juga merupakan basis finansial dari media massa yang kontemporer. Walaupun demikian, advertising bukan media massa, tetapi mengandalkan pada media untuk menyampaikan pesannya.

       22


(35)

e. Radio

Radio telah menjadi media massa yang sangat luas, ada diberbagai tempat dan disepanjang waktu. Tetapi sebagai sebuah industri, ada tanda-tanda yang menggelisahkan. Acara utama radio, yakni musik, telah tersedia dalam bentuk perangkat lain dan banyak yang tanpa iklan. Audiens utama radio yakni kelompok usia 18 sampai 24 tahun telah berkurang.

f. Televisi

Banyaknya audiens televisi menjadikannya sebagi media dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massa dominan untuk hiburan dan berita. Tidak bisa kita pungkiri, di Indonesia hampir setiap rumah tangga memilki satu televisi. Jelas bahwa televisi mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat.

g. Internet

Internet muncul sebagi media massa besar yang melebihi media tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media massa besar menempatkan produknya di internet. Ribuan perusahaan baru membangun jaringan di internet. Teknologi ini sangat langsung dan aksesnya murah, sehingga jutaan individu bisa membuat situs milik sendiri23.

       23


(36)

B. Sosialisasi Busana Islami 1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum (milik negara); proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya; upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat; atau sosialisasi adalah : proses pemberitahuan, pengumuman secara besar-besaran, mengabarkan pada khalayak ramai tentang sesuatu yang urgent, sesuatu yang harus segera diketahui khalayak. Medianya bisa bermacam-macam yakni seminar, iklan pemberdayaan di media cetak maupun elektronik, juga dapat di poster-poster di pinggr jalan24.

Selain itu sosialisasi juga dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.

Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli: Charlotte Buhler

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.

       24

http://www.forumkami.com/forum/cafe/34846-pengertian-sosialisasi.html, dikutip Rabu 30 Juni 2010. 


(37)

Peter Berger

Sosialisasi diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Soerjono Soekanto

Sosialisasi adalah proses mengomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru25.

Maka dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan,   Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, yang kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita.

Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan kedua memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu. Contohnya, masyarakat Sunda, Jawa, Batak, dan sebagainya. Akan lenyap manakala satu generasi tertentu tidak mensosialisasikan nilai-nilai kesundaan, kejawaan, kebatakan kepada generasi berikutnya.

       25

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943457-pengertian-sosialisasi/, di kutip Senin 7 Juni 2010. 


(38)

Dalam sosialisasi terdapat proses-proses yang menurut George Hubert Mead menyatakan bahwa sosialisasi dapat dibedakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan (preparatory stage). Tahap ini dimulai sejak manusia dilahirkan b. Tahap Meniru (play stage).

Tahap ini ditandai seorang anak meniru peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.

c. Tahap Siap Bertindak (game stage)

Pada tahap peniruan yang dilakukan mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesabaran.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (generalized stage).

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa dan telah menjadi warga masyarakat sepenuhnya26.

Kejadian sejarah dan sosial di setiap ruang dan waktu ditentukan oleh agen-agen sosialisasi. Kornblum membedakan antara agensi (agency) dan agen (agent). Pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lainnya. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisai itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lainnya. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.       

26

http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html, dikutip Senin 7 Juni 2010 


(39)

Agen sosialisasi diantaranya adalah; a. Keluarga (kinship)

b. Teman Pergaulan (peers Group) c. Lembaga Pendidikan Formal (sekolah) d. Media Massa

e. Masyarakat dan Negara

f. Agen lainnya seperti institusi agama, tetangga, lingkungan pekerjaan,atau institusi lain27.

Berdasarkan jenisnya sosialisasi dibagi menjadi dua;

a. Sosialisasi primer, ini terjadi pada masa pertumbuhan, yakni dengan cara mengucapkan kalimat, cara mengucapkan kalimat, cara bersikap dan lain sebagainya. Pada masa ini agen sosialisasi utamanya adalah keluarga. Diharapkan menurut Peter L. Berger dan Luckmann mendefenisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu menjadi anggota masyarakat (keluarga). Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain disekitarnya. Selain itu, disebut primer juga karena kelompok ini bisa menjadi instrument penting untuk kontrol sosial. Sebagai agensi sosialisasi, kelompok primer berusaha menjaga agar norma dan sosial yang dianut bersama bisa membentuk sikap dan prilaku anggota kelompoknya seperti masyarakat.

b. Sosialisasi sekunder adalah suatau proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok

       27


(40)

tertentu dalam masyarakat. Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam instiusi sosial, yaitu tempat tingal dan tempat kerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu. Bersama-sama menjalani hidup terkukung, dan diatur secara formal28.

2. Kategori Busana Isalmi

Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia disamping makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi menutup tubuh pakaian juga dapat merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam masyarkat. Sebab berpakaian ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu, sehingga berusaha selalu dalam menutupi tubuhnya.

Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut samapai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki beserta segala perlengkapannya.

Dalam ajaran Islam pakaian bukan semata-mata masalah budaya dan mode. Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki dan perempuan. Khusus seorang muslimah memiliki pakaian sebagai seorang muslimah menunjukkan jati dirinya. Busana muslimah bersifat universal dan bisa dijangkau oleh semua pihak begitu juga dengan pakaian kaum Adam.

       28


(41)

Dalam alqur’an surat al-A’raf ayat 26 yang artinya “ Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup aurat mu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”.

Busana muslim atau sebagian orang lebih suka menyebutnya dengan busana islami, kini berkembang. Potongannya yang beragam membuat konsumennyapun tidak hanya di tataran pesantren saja, tetapi sudah berkembang dan meluas dimana-mana. Itulah yang pada akhirnya bisnis busana islami ini memperlihatkan angka menaik.

Busana yang menutup aurat atau tubuh kita dalam Islam disebut dengan hijab. Dalam syariat hijab mempunyai aturan-aturan tertentu yang juga tidak diabaikan oleh tradisi Negara masing-masing. Contohnya hendaklah setiap wanita menutupi tubuhnya selain wajah dan telapak tangannya, dan tidak boleh keluar rumah dengan perhiasan seperti dandan orang jahiliyah. Karena itu busana Islam yang menurut syar’i merupakan gaya pakaian yang biasa digunakan pelbagai Negara. Misalnya, orang Arab menggunakan jubah (al-‘ihaah), sedangkan orang Parsi (Iran) dan selain mereka memakai cadar panjang yang menutupi kepala sampai kaki (syadur), atau di Indonesia menggunakan kerudung yang menutupi semua tubuh selain muka dan telapak tangan. Dan itu semua bergantung pada tradisi dan budaya Negara itu sendiri.

Dalam Al-Quran Surat Al-‘Araf ayat 26 menjelaskan bahwa pakaian bani Adam itu dibagi menjadi tiga macam:


(42)

Pertama, pakaian yuwaari sau-atikum, artinya pakaian sekedar penutup bagian yang malu dilihat atau terlihat.

Kedua, pakaian riisyan, artinya pakaian yang merupakan hiasan yang layak bagi manusia, jadi lebih daripada hanya menyembunyikan aurat saja.

Ketiga, dan yang terpenting pakaian yang disebut libasuttaqwa

yang berarti pakaian yang merupakan ketaqwaan yang menyelamatkan diri, menyegarkan jiwa, membangkitkan budi pekerti dan akhlak yang mulia. Pakaian inilah yang menjamin keselamatan diri dunia maupun akhirat, menjamin kebahagiaan rumah tangga dan menjamin keamanan serta ketentraman.

Selain itu ada beberapa fungsi dan urgensi busana muslim dan muslimah sebagai berikut:

a. Untuk taat terhadap perintah Allah

Sebagai mana dalam firman Allah dalam Surat An Nisa’ Ayat 59 “Hai Orang-orang yang beriman taatilah Allah dan rasulNya dan Ulil Amri di antara kalian….”.

b. Untuk menutup aurat

Sebagai penentang terhadap iblis hingga dikeluarkanlah Adam dan Hawwa seperti yang diterangkan Imam Qurtuby dalam menafsirkan surat Al A’raf ayat 31. Ayat ini menunjukkan akan wajibnya menutup aurat kebalikan orang kafir yang menjadikan pakaian untuk suhroh

(kemegahan) semata-mata. Hal ini telah dilarang Nabi SAW dalam sabdanya: “barang siapa yang memakai pakaian ketenaran di dunia


(43)

niscaya Allah akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di akhirat” (HR Ahmad).

c. Untuk bertazayyun (Berhias)

d. Agar lebih di kenali dan tidak diganggu orang lain e. Menutupi tubuh dari aib

Busana muslim, begitu sering disebut saat ini. Oleh sebagian perancang busana Indonesia disebut sebagai busana seni kontemporer. Dalam kolom konsultasi syari'ah online, ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi dalam berbusana. Syarat-syarat tersebut adalah: menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan, tidak tembus pandang, tidak ketat sehingga membentuk lekuk tubuh, tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai pakaian 'khas' milik orang kafir atau pakaian orang fasik. Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Jilbab Al Mar'ah Al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah (Syaikh Al Albany), beberapa syarat yang wajib dipenuhi agar dapat berbusana harmonis dan tentunya syar'i:

1. Menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan Syarat.

Terdapat dalam surat An Nuur ayat 31 Allah berfirman: "Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka.'"

Juga firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi:

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: 'Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'"


(44)

Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap wanita muslimah (mukminah) dan merupakan tanda keimanan mereka. Menutup aurat adalah salah satu dari kewajiban yang telah ditetapkan bagi muslimah, sedangkan menuntut ilmu adalah kewajiban lain yang berlaku untuk seumur hidup.

Al-Qurthubi berkata: "Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakar menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya: "Wahai Asma! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.' Kemudian beliau menunjuk wajah dan (telapak) tangannya. Allah Pemberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya."

2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan.

Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 yang berbunyi: "Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka." Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya.

Hal ini dikuatkan firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 33: "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah." Berhias diri seperti orang-orang jahiliyah disini artinya bertabarruj. Tabarruj


(45)

kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

3. Tidak tembus pandang.

Dalam sebuah hadits Rasulullah telah bersabda: "Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk." Di dalam hadits lain terdapat tambahan: "Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim dari riwayat Abu Hurairah).

Atsar di atas menunjukkan bahwa pakaian yang tipis atau yang mensifati dan menggambarkan lekuk-lekuk tubuh adalah dilarang. Oleh karena itu Aisyah pernah berkata: "Yang namanya khimar adalah yang dapat menyembunyikan kulit dan rambut." Saat ini banyak diproduksi bahan-bahan yang tipis dan berbahan lembut. Dengan sentuhan teknologi jahit menjahit mungkin bisa disiasati dengan menambahkan lapisan (yang agak tebal/senada) didalam bahan baju ketika menjahitnya atau memakainya, sehingga kita tetap bisa mengenakan busana yang kita inginkan.

4. Tidak ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh.

Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku


(46)

pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: "Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah?" Aku menjawab: "Aku pakaikan baju itu pada istriku." Nabi lalu bersabda: "Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan).

Aisyah pernah berkata: "Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju, jilbab dan khimar." Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya.

5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.

Dari Abu Hurairah berkata: "Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria."

Dari Abdullah bin Amru yang berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: 'Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.'"

Dari Abdullah bin Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).'"


(47)

Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Tidak menyerupai pakaian pria disini, misalnya seorang muslimah memakai celana panjang yang layaknya dipakai oleh seorang laki-laki, memakai kemeja laki-laki dll. Sehingga secara psikologis terpengaruh pada pribadi pemakainya, misalnya merasa sekuat pria, merasa tomboy dll.

6. Tidak menyerupai pakaian 'khas' orang kafir atau orang fasik.

Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakaian khas mereka. Dalilnya adalah firman Allah surat Al- Hadid:16, yang berbunyi:

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al- Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al-Iqtidha hal. 43: Firman Allah "Janganlah mereka seperti..." merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini (IV/310) berkata: "Karena itu Allah melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun


(48)

cabang. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah: 22 bahwa tidak ada seorang mumin yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mumin, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan. 7. Memakai busana bukan untuk mencari popularitas.

Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa mengenakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.'" (Abu Daud II/172; Ibnu Majah II/278-279).

Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya.

Ibnul Atsir berkata: "Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong.

Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang muslimah dalam menentukan busana yang akan dikenakannya. Semakin mengetahui dengan jelas syarat-syarat berbusana muslimah,


(49)

akan lebih dapat berkreasi dengan busana. Berbusana muslimah yang harmonis merupakan salah satu tanda kesyukuran kepada Allah .

Kategori pria dalam berbusana : a. Untuk kebersihan dan kebutuhan

“Kebersihan adalah sebagian dari iman “ menurut hadist tersebut jika seseorang hidup bersih berarti orang itu beriman, begitu juga untuk laki-laki yang senang pergi ke salon dan menjaga penampilannya itu diperbolehkan selama untuk menjaga kebersihan diri. Pria berdandan juga diperbolehkan selama untuk kebutuhan, misalnya seorang pembicara publik, presenter, salesman dan profesi lain yang menuntut banyak interaksi dengan banyak orang harus bernampilan rapi, sehingga hal tersebut merupakan hal yang mahfum. Dalam lingkup pribadi berdandan juga kebutuhan suami untuk menyenangkan istri.

b. Tak berlebihan

Allah tidak menyukai apapun yang berlebihan, termasuk berdandan bagi pria. Boleh berdandan rapi, memakai wangi-wangian, pergi ke salon, creambath, pedicure, manicure dan lain-lain asal tidak berlebihan dan sifat lelakinya masih ada.

c. Tidak menyerupai perempuan

Dalam hadits marfu’ riwayat Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu disebutkan “ Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-aki “.(HR al Bukhori Fathul Bari : 10/332).


(50)

Menyerupai dalam hal ini bisa dari pakaian, perhiasan, cara berdandan, cara berbicara dan tingkah laku lainnya. Peniruan pria terhadap wanita atau sebaliknya menyalahi fitrah dan akan membuka pintu keburukan.

d. Tidak berbahan sutera

Hadits riwayat Hudzaifah bin Yaman ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda : “ Janganlah kalian minum dalam wadah emas dan perak dan jangan mengenakan pakaian sutera, sebab pakaian sutera itu untuk mereka (orang kafir) didunia dan untuk kalian di akhirat pada hari kiamat. “ (HR Muslim).

Para lelaki jelas dilarang memakai pakaian sutera, namun ada pengecualian bagi mereka yang sakit kulit untuk memakai sutera (karena pakaian lain memicu penyakit mereka) sebagaimana keringanan yang diberikan nabi saw kepada Abdurahman bin Auf dan Zubair bin Awwam.

e. Emas

Rasulullah bersabda, “ Diharamkan memakai sutera dan emas bagi kalangan laki – laki umatku dan diperbolehkan bagi kalangan wanitanya “ (HR Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah), jadi walau bagaimanapun indahnya emas laki-laki tidak boleh memakainya, tapi perak boleh dipakai.

f. Menyemir Rambut

Seorang muslim diperkenankan untuk menyemir rambut, menurut halal haram dalam Islam, untuk orang tua yang rambutnya


(51)

telah memutih semuanya semestinya dihindari semir rambut warna hitam, sementara yang masih muda diperkenankan semir rambut warna hitam.


(52)

BUSANA ISLAMI

A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Rumah Busana Ranti

Rumah busana Ranti didirikan pada tahun 1986, nama merk dagang Ranti menjadi suatu nama yang dikenal dengan produk Busana Muslim dengan ciri khas “Bordir” atas usaha dan kerja keras dengan dedikasi tinggi baik dari pendiri ataupun para professional staff yang berpengalaman dibidangnya.

1

Sejarahnya dimulai dari Ibu Yessi Riscowati, istri dari Hefzi Zainuddin, yang memulai usaha pakaian muslim, dari kerudung hingga perlengkapan shalat. Bisnis itu tidak asing bagi ibu Yessi karena orang tuanyapun menjalani bisnis perlengkapan haji di Asrama Haji, Pondok Gede. Saat itu, ibu Yessi berbisnis sambil menanti kelahiran putra pertamanya, Alzipco Hefzi. Tidak disangka usahanya berkembang pesat dan mulai dapat banyak pesanan.

Dibelilah salah satu mesin jahit dan memperkerjakan satu orang tukang jahit. Hingga bisnisnyapun berkembang pesat. Ibu Yessi kemudian meluncurkan produk dengan nama Ziko, sesuai dengan nama anaknya. Produk itu bertahan selama 2 tahun karena prospek yang kurang cerah. Setelah dievaluasi, nama Ziko yang terdengar anehpun diganti dengan nama Ranti.

       1 

www.ranti.co.id di kutippada Senin tanggal 21 Februari 2011 pukul 11.28 WIB. 

 


(53)

Nama Ranti ternyata diambil dari nama putri Ibu Yessi, yaitu Rizanti Hefzi, yang artinya “rezeki anak ketiga”. Ibu Yessi memang pernah mengalami keguguran saat kehamilan pertamanya. Setelah Ranti disematkan pada produknya, usahanya berkembang sangat pesat. Selain karena pada waktu itu (periode 1980-an) belum banyak pesaing di bisnis busana muslim.

Sebagai perluasan marketing dan segmentasi, Ranti juga meluncurkan produk untuk remaja dengan nama ALETA, serta produk baju koko dengan nama El-Yusuf dan El-Fatih. Segmentasi Aleta adalah kaum muslimah remaja yang senang bergaya dengan harga ekonomis. Sementara Yusuf dan El-Fatih adalah produk baju koko yang dipasarkan dengan cara berbeda, yaitu lewat keagenan dan outlet atau di departemen store2.

Secara umum awalnya usaha dimulai dari penjualan selendang ke sebuah toko yang kemudian secara bertahap berkembang menjadi industri perancangan busana Muslim. Kebaya dan baju koko di sebuah garasi yang disulap menjadi ruang produksi atau “workshop”.

Seiring dengan pengembangan usahanya, Citra Busana Indonesia mendirikan Rumah Busana Ranti. Nama Ranti diambil dari salah seorang anak pendiri perusahaan yang lahir pada saat merintis perusahaan tersebut.

Dewasa ini, produk Busana Ranti dapat dibeli melalui 6 showroom yang berlokasi di Jabotabek dan Bandung dan di lebih dari 22 outlet resmi yang tersebar di seluruh Indonesia dan juga terdapat di Malaysia dan Brunei Darussalam.

       2


(54)

Seiring dengan perkembangan zaman, baik para staff dan manajemen Ranti tetap mempunyai tanggung jawab dengan memberikan pelayanan prima dan menajdi salah satu leader perusahaan nasional dalam menyediakan jaminan bisnis dengan produk unggulan Busana Muslim.

Dengan prinsip kebersamaan bersama, Rumah Busana Ranti mempunyai komitmen untuk tetap berusaha memberikan produk dan layanan yang terbaik kepada seluruh mitra dan pelanggannya.

B. Visi dan Misi Rumah Busana Ranti

Sebagai visi Rumah Busana Ranti adalah “Membuat semua pelanggan bangga berbusana muslim dimanapun dan kapanpun juga.” Dengan slogan dakwahnya adalah “Kami adalah hamba Allah yang membantuNya dalam menebarkan kebahagiaan kepada semua pelanggan dengan berbusana muslim”.

Sedangkan misi Rumah Busana Ranti adalah “Co-operate with our client and customer to create moslem’s fashion which in line Syariah

(Bersama pelanggan menciptakan busana muslim Ranti yang nyaman dan sopan sesuai dengan syariah)”. Dengan slogan dakwahnya adalah “Kami bersama pelanggan kami adalah hamba Allah yang selalu menciptakan produk busana yang sesuai dengan syariah”.

Quality development of human resource in accordance with syariah

(Pengembangan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan syar’i), dengan slogan dakwahnya “Kami bekerjasama dengan orang-orang terbaik dan kami


(55)

senantiasa melakukan perbaikkan karena kami adalah ummat terbaik yang Allah ciptakan untuk meraih kebahagiaan”.

Conducting the dakwah of islam (Melaksanakan dan mengembangkan dakwah Islam), dengan slogan dakwahnya “Kami adalah pengemban dakwah yang meyakini hanya dengan aktifitas dakwah menuju pola hidup bersyariah akan memberikan keberlimpahan dan keberkahan dimuka bumi ini untuk mendapatkan ridho Allah di akhirat kelak”.

C. Produk Penjualan Rumah Busana Ranti

Adapun produk yang dijual untuk mensosialisasikan busana islami adalah busana muslim. Busana muslim dari untuk wanita, pria serta untuk anak-anak dan juga busana pernikahan. Adapun produk unggulan Rumah Busana Ranti adalah

1. Blouse 2. Baju Koko 3. Tunik 4. Long Dress 5. Wedding Dress

Selain busana Rumah busana Ranti juga menyediakan produk penjualan seperti aksesoris seperti Jilbab/Bergo, Manset, Bross, perlengkapan shalat seperti mukena, sajadah, sarung, peci, dan juga tasbih, dan juga Sarimbit atau Busana Keluarga dengan berbagai macam corak dan pilihan.


(56)

Agar setiap pelanggan mendapatkan produk yang maksimal dan nyaman untuk dipakai, setiap busana memiliki ukuran yang konsumen bisa dapatkan seperti3:

Ukuran bagian atas:

No SPECIFICATION UKURAN

S M L XL L3

1 LINGKAR LEHER 42 44 46 48 50

2 TINGGI KERAH 3 3 3 3 3

3 LINGKAR BADAN 96 100 104 110 122

4 LINGKAR PANGGUL 104 108 112 118 134

5 LINGKAR BAHU 38/12.5 40/12.5 42/13 42/13 44/13.5

6 PANJANG TANGAN 57 57 58 58 59

7 LINGKAR KERUNG LENGAN

ARMHOLE 48 50 52 55 60

8 LINGKAR TANGAN BAWAH 34 35 36 36 38

9 PANJANG BADAN SESUAI DENGAN PETUNJUK

WORKSHEET Ukuran bagian bawah:

No SPECIFICATION UKURAN

S M L XL L3

1 PANJANG CELANA 100 100 100 100 102

2 PESAK FULL S.D BAN PINGGANG 67 69 72 73 78

3 LINGKAR PINGGANG 68 72 76 80 90

4 LEBAR PANGGUL 104 108 112 118 134

5 LEBAR KAKI 40 42 44 46 54

D. Struktur Organisasi Rumah Busana Ranti

Struktur Organisasi Rumah Busana Rabbani adalah: a. Direktur : Hefzi Zainuddin b. Wakil Direktur-Produksi : Yessi Riscowaty       

3

Ukuran menurut buku yang digunakan oleh Rumah Busana Ranti dalam memaparkan ukuran. S adalah ukuran Small (kecil), M adalah ukuran Midle (sedang), L adalah ukuran Large (besar), XL adalah ukuran Extra Large (super besar), dan L3 adalah Ukuran Triple Large (ukuran buntuk pelanggan yang super-super besar).


(57)

c. Firm Development : Alzipco d. Sekretaris : Faridah

e. HRD : Bondan Seno P

Anggota : Ardefi (Sarana Prasarana) : Wahyudi (Sarana)

: Rizal (Prasarana) : Mulyanto (Security) : Rahmawan (Personalia) : Diana (ADM Personal) f. Produksi : Ade Tony

Anggota : Sri Sunarsih (Produksi) : Indah (Purchasing)

: Rusminah (Quality Control) : Roh Sumpeni (R & D Produk) : Nisa, Tri, Zulfan (Designer) : Martini (Sample)

g. Sales & Marketing : Eri AR

Anggota : Indra (Mis)

: Virta (IT)

: Syaiful (Sales) : Tri (Mitsel) : Kartoko


(58)

: Ngadirah (Logistik)

: Wahidin (Distribusi)

h. Bendahara : Eka Ammelya

Anggota : Gemawan (Keuangan)

: Entin (Inventory)

: Yanti (Kasir)

E. Program Kerja Rumah Busana Ranti

Pada tahun 2011 ini pola kerja untuk menambah banyaknya pelanggan yang berminat akan busana yang dipasarkan oleh Ranti, Rumah Busana Ranti memogramkan dengan bentuk “Outline Pola Promosi Rumah Busana Ranti” itu sendiri. Adapun polanya adalah:

1. Iklan Media Massa

Iklan media massa menjadi pola terpenting dalam memasarkan produk. Dalam hal ini segala bentuk media massa akan dirambah oleh Ranti. Terbukti sejak berdiri tahun 1986 ini Ranti sudah bekerja sama dengan media massa seperti Koran, majalah, radio, dan juga televise. Dan yang paling banyak adalah menggunakan media massa televise. Adapun Ranti sudah bekerja sama dengan RCTI, SCTV, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, ANTV, TVOne, O Channel, MNC TV, MNC Indovision, Indosiar.

2. Member Development

Adalah program untuk para pelanggan yang menjadi member atau pelanggan setia. Ranti memiliki 20ribu lebih member yang diberikan perlakuan istimewa dengan memberikan diskon 15% untuk pembelian


(59)

produk Ranti dalam nominal berapapun. Dari member inilah diharapkan kepada masyarakat yang belum menjadi member dapat menjadi meber berikutnya dan menjadi pelanggan setia bagi Rumah Busana Ranti.

3. Merchant Development

Pola komunikasi ini adalah pola dimana Ranti bekerja sama dengan member untuk mendapatkan harga dengan diskon yang telah disepakati. Disini diharapkan member mampu menjadi anggota yang lebih baik dan dapat menarik anggota lainnya untuk lebih mempromosikan busana islami yang diproduksi oleh Ranti.

4. Maintain Online Chanel

Pola ini adalah pola keakraban dan menjalin tali silaturrahmi antara pihak Ranti dengan pelanggan. Diharapkan nantinya Ranti mendapatkan masukan dan saran-saran yang lebih membangun dan lebih baik lagi untuk kenyamanan dan kecintaan pelanggan terhadapat Ranti. Pola ini dialati dengan adanya website yang dapat diakses oleh semua kalangan, dan sosial media. Sosial media dalam hal ini adalah menggunakan e-mail, via telepon atau via surat menyurat. Sehingga terjalin komunikasi yang baik antara Ranti dengan pelanggan.

5. Event

Adalah acara-acara yang dibuat khusus untuk menampilkan dan mempromosikan Ranti sebagai brand busana muslim yang baik atau brand awareness. Diharapkan Ranti lebih dikenal lagi oleh masyarakat sebagai media busana muslim terbaik yang menjangkau setiap pelanggan untuk berbusana muslim dan tidak minder atau malu menggunakan busana


(60)

islami. Event yang pernah dilakukan adalah event dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW pada Selasa 15 Februari 2011 memberikan harga khusus bagi pelanggan yang membeli produk busana muslim Ranti di semua store Ranti yang ada. Bazaar Ranti at Pondok Gede pada tanggal 14 mei 2010 samapai 14 juni 2010. Bazzar At Margo City Depok pada 07 Mei – 06 Juni 2010 dan lainnya.

6. Subtitle Wardrobe

Adalah cara paling efektif untuk menarik pelanggan, dengan cara mempromosikan kepada figure sebuah program acara televisi atau kepada jamaah yang mengikuti program tersebut. Yakni dengan meminjamkan busana Ranti untuk keperluan shooting dalam sebuah acara di televise. Seperti di acara “Tafsir Al Misbah” di Metro TV yang dikenakan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab pada kultum di Bulan Ramadhan.

7. Instore Promo

Yakni membuat promo di setiap store yang ada untuk menarik pelanggan. Selain dengan bahan busana yang dipakai atau digunakan Ranti juga memberikan promo di setiap store yang ada agar pelanggan dapat meilhat antara produk dengan harga sesuai dan seimbang.

8. Bakti Sosial

Yakni program yang ditujukan untuk membantu meringankan beban saudara-saudara yang kurang beruntung atau yang memerlukan bantuan. Seperti anak yatim piatu. Bakti sosial ini diambil melalui setiap pelanggan yang membeli produk Ranti secara tidak langsung ada bagian yang


(61)

disumbangkan untuk orang yang kurang mampu. Selain itu juga difasilitasi dompet bantuan melalui Rumah Busana Ranti secara langsung.


(62)

MENSOSIALISASIKAN BUSANA ISLAMI

A. Sosialisasi Busana Islami

Mengenakan busana muslim di Indonesia tidak lagi pada hari besar Islam tertentu saja dewasa ini. Beriring perkembangan bisnis dan banyaknya pasar yang memasarkan busana Islam membawa kecenderungan yang positif untuk memasyarakatkan busana Islam di Indonesia. Sehingga saat ini wajar perkembangan trend busana muslim di Indonesia merupakan yang tercepat di dunia1.

Ranti adalah nama produk busana muslim yang elegan ini sudah melekat di masyarakat muslim, bahkan banyak kalangan atas ataupun artis mengandalkan busana muslim pada Ranti. Dalam mensosialisasikan busana islami, Ranti berusaha membuat terobosan yang terbaik untuk pelanggannya demi tujuan dari Rumah Busana Ranti itu sendiri terwujud dan sesuai dengan yang diharapakan.

Sebagai instrument dalam mensosialisasikan busana Islami, Ranti cukup tanggap dalam menghadapi permintaan pasar, sehingga di periode tahun 1980-an, rumah busana muslim khususnya di Indonesia belum berkembang, Ranti dapat memasyarakatkan dan menyematkan kata islami pada produk busana yang dibuatnya.

       1

Lihat http://www.ranti.co.id/news-and-event/18-busana-muslim-di-pasar-indonesia-ramai-peminat.html 


(63)

Setelah 23 tahun menjadi pionir busana muslim di Indonesia, Ranti juga jadi pionir karena keunggulan produknya yang menggunakan aplikasi, organdi, sutera, bordiran, serta payet. Tidak hanya itu agar tujuan awal semua terwujud dalam mensosialisasikan busan islami yang mampu diminati oleh semua kalangan muslim Ranti meluncurkan konsep Muslim Family dengan tagline: SATU AQIDAH, SATU KELUARGA, SATU BUSANA. Konsep ini dinilai manjur dalam menanamkan kembali brand Ranti di masyarakat sebagai pelopor busana muslim.

Pada prinsipnya setiap tahunnya Rumah Busana Ranti berusaha melakukan sosialisasi dan menginformasikan perkembangan busana secara kontekstual. Dari sisi keberagaman produk dan kemudahan-kemudahan yang didapatkan masyarakat yang berminat dalam menggunakan produk busana Rumah Busana Ranti, dengan menggunakan fasilitas yang ada seperti teknologi yang saat ini berkembang dengan pesatnya. Seperti bagaimana cara pemesanan, pembelian dan pembayaran secara on-line. Yang kesemua itu untuk memudahkan pelanggan dalam mendapatkan produk yang diinginkan dan sebagai strategi umum Ranti untuk memanjakan pelanggan tanpa harus datang ke outlet ataupun showroom.

Selain itu sosialisasi busana Islami Ranti sendiri terus dikemas sedemikian rupa agar dapat terus bertahan dan diminati oleh pelanggan dengan segmentasi pasarnya adalah muslim dewasa kalangan menengah ke atas, dengan menggunakan beberapa ikonnya. Diantaranya yaitu Ulfa Dwiyanti dan Gunawan pada tahun 2008 sampai saat ini. Penggunaan artis sebagai brand imej Ranti ini menghasilkan segmen peminat Ranti semakin


(64)

luas dengan adanya konsep Muslim Family tersebut. Karena setiap keluarga muslim dapat juga memenuhi kebutuhan pakaian muslimnya di Ranti, mulai dari balita sampai dewasa untuk produk busana muslimnya telah tersedia di Ranti.

Tidak hanya sebagai pelopor rumah busana, Ranti dalam blog nya di www.ranti.co.id. Rumah Busana Ranti didalamnya memiliki unsur dakwah yang sangat kuat. Unsur dakwah yang menunjang dan yang dapat menarik simpati pelanggan adalah beberapa artikel yang dimasukkan di dalam situs Ranti yang mengandung dakwah seperti artikel “Bagaimana Menjadi Orang Yang Pemaaf”, sehingga tidak dimungkiri selain pelanggan dapat mengetahui dan dapat belanja online pelanggan juga dapat menambah pengetahuan dari artikel dakwah di situs resmi Ranti.

Selain itu Ranti juga membuat program tempat untuk kepedulian sosial yang dinamakan “ Ranti Berbagi Cinta dan Berkah “, program ini untuk membantu orang-orang yang membutuhkan uluran tangan. Yang nantinya akan disalurkan pada anak-anak yatim piatu dan orang yang membutuhkan.

Tidak hanya melalui showroom dan online shop saja, Ranti juga memberikan keringanan atau trik yang menarik demi busana muslim dapat diminati oleh semua kalangan yakni dengan menyelenggarakan berbagai macam promo yang dapat menarik pelanggan yakni memberikan promo seperti buy 1 get 1 free bergo , atau akan mendapatkan promo tertentu seperti di hari besar Maulid Nabi Muhammad memberikan free kerudung dengan ketentuan yang berlaku bagi pelanggan. Promo inilah yang juga menjadi bentuk bagaimana Ranti dapat mempromosikan dan mensosialisasikan busana


(65)

Islam. Agar busana Islam atau busana muslim dapat diminati dan dapat digunakan oleh setiap orang.

Pada prinsipnya mensosialisasikan busana Islami juga merupakan unsur dakwah. Karena berdakwah memiliki arti mengajak dan menggerakkan manusia agar mau melaksanakan ajaran Islam2. Selain itu menurut Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama). Menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah pada yang mungkar3. Ajaran Islam di sini juga yang disosialisasikan oleh Ranti untuk terus mendakwahkan busana muslimnya, sehingga tidak hanya ilmu rohani dalam dakwah namun dalam berpakaian juga masyarakat diharapkan dapat sesuai dengan yang di syariatkan.

Dalam buku Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah

karangan Syaiykh Al Albany, Ranti sudah menerapkan kategori busana muslim yang sesuai menurut syar’i baik bagi wanita maupun laki-laki. Bagi wanita busana yang diperbolehkan adalah busana yang menutup seluruh bagian tubuh selain yg disya’ra kan seperti wajah dan telapak tangan. Kategori inipun sudah diterapkan oleh Ranti4. Selain itu busana yang diproduksi oleh Ranti tidak tembus pandang, tidak ketat dan dapat membentuk lekuk tubuh, dan produk busana sangat sederhana. Bentuk sosialisasi inilah yang dilakukan Ranti untuk mendakwahkan busana muslim agar disenangi oleh masyarakat.

       2

Suhaemi Masrap, Khutbah Jum’at Pilihan Anda. (Surabaya: Karya Utama, 1985), h. 16 

3

Morrisan. Media Penyiaran, strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Ramdina

Prakarsa. 2005). Cet. Ke-2, hal. 56  4

Observasi langsung ke Outlet Pusat Rumah Busana Ranti di Pondok Gede pada Jumat 18 Februari 2011. 


(66)

Begitupula yang diterapkan pada Ranti untuk busana yang baik menurut syar’i. Telah diproduksi agar mampu menarik kesadaran masyarakat untuk memakai busana muslim sebagai salah satu keharusan bagi setiap pemeluk ajaran Islam. Yakni Ranti mendistribusikan busana laki-laki yang sesuai kebutuhan, tidak berlebihan, dan yang terpenting tidak berbahan sutera dan emas. Karena menggunakan bahan katun dan bahan yang mudah dan ringan untuk di pakai5.

B. Strategi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisaikan Busana Islami

Sebuah organisasi, lembaga, atau perusahaan agar bisa mencapai segala tujuan yang telah ditetapkan maka akan sangat membutuhkan cara dan metode. Cara atau metode itulah yang disebut strategi. Sebab strategi adalah cara-cara suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu.

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikator adalah sebagai alat dalam strategi komunikasi. Komunikator akan berhasil untuk melakukan perubahan tingkah laku, sikap dan pendapat melalui mekanisme daya tarik, hal ini terjadi jika komunikan merasa nyaman dengan komunikator dan pesan yang disampaikan juga menarik komunikan. Bila dicermati, pada dasarnya strategi komunikasi itu akan berjalan sesuai rencana bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan juga pesan yang disampaikan.

       5


(67)

Menurut Harold D Laswell, dalam proses komunikasi sebenarnya menjawab pertanyaan : Who says what in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa kepada siapa melalui saluran apa dan dengan efek apa). Berikut ini adalah penjelasan penulis:

1. Who (siapa komunikatornya)

Pada dasarnya komunikator harus menyesuaikan ucapannya dan bersifat bijaksana. Komunikator harus berfikir secara konseptual dan bertindak secara sistematik dan sistemik. Komunikator adalah yang menyampaikan pesan dalam sebuah komunikasi. Dan sebenarnya Rumah Busana Ranti adalah sebagai komunikatornya. Ranti menjadi komunikator yang menyampaikan pesan yang dikomunikasikannya melalui busana muslim sebagai pelopor dalam menciptakan dan mensosialisasikan busana islami.

2. Says what (pesan apa yang dinyatakan)

Saat berkomunikasi pesan adalah komponen penting dalam komunikasi tersebut. Sebuah komunikasi tidak berjalan dengan baik bila salah satu komponen didalamnya kurang melengkai. Dalam hal ini pesan adalah busana muslim dalam konsep mensosialisasikan busana islami secara utuh. Dan yang disampaikan oleh Ranti adalah tentang sosialisasi busana islami.

3. In which channel (saluran apa yang digunakan)

Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Assosiation for Education and Communication Technology (AECT) mengartikan media sebagai segala


(68)

bentuk yang dipergunakan untuk proses transmisi informasi. Sedangkan

Education Assosiation mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan apapun dan dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional6. Media adalah salah satu faktor pendukung terjadinya komunikasi. Sebuah komunikasi akan berjalan efektif bila antara komunikator dan komunikan juga pesan yang disampaikan tidak terjadi gangguan.

Dalam strategi komunikasi Rumah Busana Ranti media yang di manfaatkan sangat banyak dan sangat berkembang di dewasa ini. Yakni menggunakan media internet dengan memasang web khusus untuk masuk dalam profil dan yang lebih lengkap lagi mengenai Rumah Busana Ranti.

Dalam bukunya Teori Komunikasi Massa oleh John Vivian yang menyebutkan media komunikasi adalah buku, majalah, Koran, radio, advertising, internet dan televisi. Rumah Busana Ranti sudah menggunakan beberapa media tersesbut dalam mensosialisasikan busana islaminya.

Majalah, Ranti memiliki majalah sendiri dalam mensosialisasikan busana muslim. Majalah dengan nama Ranti adalah majalah yang didalamnya terdapat produk-produk yang disediakan oleh Ranti untuk para pelanggan sehingga dapat dengan leluasa oleh masyarakat memilih dan melihat secara visual akan produk yang dipasarkan. Majalahnya juga sudah dimasukkan ke dalam situs resminya dan dengan mudah diakses       

6

Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002),


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)