Strategi Marketing Public Relations Jenahara Dalam Memasarkan Busana Muslim

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Imu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

MUDILLAH

NIM. 1112051000132

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437H / 2016M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Jenahara adalah merek busana muslim di Indonesia. Di era global saat ini, perkembangan bisnis busana muslim di Indonesia semakin menjamur. Muncul banyaknya merek busana muslim membuat setiap merek tersebut harus berlomba-lomba untuk memasarkan busana muslimnya. Memasarkan busana muslim merupakan bagian dari tugas Public Relations (PR). Oleh karena itu, praktisi PR membutuhkan strategi pemasaran yang cermat dan media yang dapat mendukung kegiatan memasarkan busana muslim.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui strategi Marketing Public

Relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim dan media Public

Relations yang digunakan Jenahara serta kelebihan dan kekurangannya dalam

memasarkan busana muslim

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivisme dimana peneliti melakukan penelitian dengan Public Relations agar dapat merekonstruksi realitas yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan sifat peneltian deskriptif melalui wawancara, dokumentasi dan observasi.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Strategi yang digunakan Jenahara dalam memasarkan busana muslim adalah strategi Pull, Push dan Pass dari Thomas L. Harris. Pertama, pull strategy, yaitu dengan memaksimalkan pada

customers relations. Kedua, push strategy yaitu dengan publikasi, promosi, serta

endorsement. Dan ketiga, pass strategy yaitu memberikan award kepada loyal

customers dan reward kepada khalayaknya, dan mengadakan ootd dengan hastag

#stealjenaharastyle, serta memperhatikan dan menjaga tampilan produk busana

muslim sesuai dengan syariat Islam. Dan dalam memasarkan busana muslim, Jenahara menggunakan media Public Relations internet yaitu melalui media sosial instagram, facebook dan twitter. Kelebihan dalam penggunaan media sosial tersebut secara umum sangat efektif dan efisien dalam memasarkan busana muslim kepada khalayaknya dan kekurangannya adalah adanya kesulitan dalam menjangkau pasar yang lebih spesifik dan adalanya keterbatasan dalam penulisan informasi mengenai produk busana muslim itu sendiri.

.

Keywords: Strategi, Marketing, Public Relation, Memasarkan, dan Busana


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan mengucapkan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skiripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya.

Sekalipun skripsi yang berjudul “Strategi Marketing Public Relations

Jenahara dalam Memasarkan Busana Muslim” ini masih jauh dari sempurna, namun ini merupakan usaha yang maksimal karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan dalam penyusunan skripsi ini. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan penulis, serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Masran, M.Ag selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, Selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

iii

4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dosen-dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah

mewariskan ilmu kepada penulis selama masa aktif perkuliahan.

6. Bapak Drs. Masran, M.Ag selaku Ketua Sidang Skripsi, Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris Sidang Skripsi, Bapak H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM selaku Penguji I Sidang Skripsi dan Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku Penguji II Sidang Skripsi.

7. Nanida Jenahara Nasution, selaku Creative Director of Jenahara yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian tentang Jenahara. Serta Indah Meita Sari, selaku Public Relation and Marketing

Communications of Jenahara dan Fina Yasifa, selaku Social Media

Contributor of Jenahara yang telah meluangkan waktunya kepada penulis

untuk diwawancarai.

8. Vika Anisa Gusnadilla, Haymien Mokhsen, Tamima Dasa Khaidir, Dea Candori, Indriani Nola Taludio, dan Ayu Desianti selaku Customers

Jenahara yang telah meluangkan kepada penulis untuk diwawancarai. 9. Para staf Tata Usaha (TU) yang telah membantu surat-menyurat untuk

penelitian skripsi ini. dan juga para staf perpustakaan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.


(8)

iv

10. Kedua orang tua penulis, Ayah Muhammad Arief Amsir dan Umi Muhibah yang selalu mendoakan anaknya dan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan tidak lupa kepada kakak-kakak penulis Musyaropah, Izniah, Urfiyah dan Arifin yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat penulis: Alid, Putri, Rizma, Yenny, Dian, Sabila, Sakinah, Iik dan Sahabat CR lainnya, yang telah menemani penulis bertemu narasumber dan selalu memberikan masukan serta semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan KPI E 2012, Aisyah, Sarah, Fitri, Syifa, Thabitha, Mia, Nenden, Dityan, Bilqis, Nupus, dan yang lainnya yang telah menjadi tempat sharing suka dan duka penulis, serta memberikan masukan dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

13. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga partisipasi mereka dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yang baik dari-Nya.

Jakarta, 23 Agustus 2016

Penulis


(9)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka... 7

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Pedoman Penelitian... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi ... 18

1. Pengertian Strategi ... 18

2. Jenis-Jenis Strategi ... 19

B. Public Relations ... 20

1. Pengertian Public Relations ... 20

2. Peran dan Fungsi Public Relations ... 21


(10)

vi

4. Strategi Public Relations ... 28

C. Marketing ... 29

1. Pengertian Marketing ... 29

2. Keterkaitan Marketing dan Public Relations ... 31

D. Marketing Public Relations ... 33

1. Konsepsi Marketing Public Relations ... 33

2. Strategi Marketing Public Relations ... 35

3. Kegiatan Marketing Public Relations ... 38

E. Busana Muslim ... 40

1. Pengertian Busana Muslim ... 40

2. Kriteria Busana Muslim ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM PUBLICRELATIONS JENAHARA A. Brand Jenahara ... 1. CompanyProfile Jenahara ... 44

2. Logo Jenahara ... 46

3. Busana Muslim Jenahara ... 46

B. Visi dan Misi Jenahara ... 48

C. Struktur Organisasi Jenahara ... 48


(11)

vii

1. Pull Strategy ... 54

2. Push Strategy ... 58

3. Pass Strategy ... 64

B. Media Public Relations Jenahara serta Kelebihan dan Kekurangannya dalam Memasarkan Busana Muslim ... 72

1. Instagram ... 76

2. Facebook ... 79

3. Twitter ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 84

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Logo Jenahara ... 46

2. Gambar 4.1 Flyer salah satu event Hello Jenahara ... 57

3. Gambar 4.2 Flyer event bazar Jenahara ... 57

4. Gambar 4.3 Bentukpublikasi busana muslim Jenahara melalui Instagram ... 59

5. Gambar 4.4 Bentuk publikasi busana muslim Jenahara melalui Facebook ... 60

6. Gambar 4.5 Bentuk publikasi salah satu busana muslim Jenahara melalui Twitter... 60

7. Gambar 4.6 Jenahara for Zalora ... 61

8. Gambar 4.7 Promo Diskon Jenahara melalui e-commerce ... 62

9. Gambar 4.8 Endorsement Produk Jenahara oleh Selebgram ... 63

10. Gambar 4.9 Foto OOTD customers Jenahara dengan salah satu produk busana muslim Jenahara ... 66

11.Gambar 4.10 Foto detail produk busana Jenahara ... 67

12.Gambar 4.11 Tampilan Katalog Busana Muslim Jenahara ... 69

13.Gambar 4.12 Data statistik penggunaan media sosial tahun 2016 di Indonesia ... 72

14.Gambar 4.13 Instagram Jenahara (@Jenahara_update) ... 74

15.Gambar 4.14 Akun resmi Fanpage Facebook Jenahara ... 74

16.Gambar 4.15 Akun resmi Twitter Jenahara (@jenahara_update) ... 75

17.Gambar 4.16 Tampilan produk busana muslim onlineshop lain di #jenahara ... 78

18.Gambar 4.17 Contoh penulisan tips fashion style di twitter ... 82

19.Gambar 4.18 Tampilan tweet Jenahara menghubungkan ke link akun facebook ... 83


(13)

1

A.Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang kaffah (sempurna). Dalam Islam diajarkan begitu banyak hal mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Salah satunya adalah hal berpakaian. Berpakaian dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia. Allah SWT menyenangi keindahan dan keserasian. Oleh karena itu, Rasulullah selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian dan berhias dengan rapi dan serasi sehingga enak dipandang.1

Allah SWT berfirman:

َﻚِﻟَٰذ ٰىَﻮْﻘﱠﺘﻟا ُسﺎَﺒِﻟَو ۖ ﺎًﺸﯾِرَو ْﻢُﻜِﺗآْﻮَﺳ يِراَﻮُﯾ ﺎًﺳﺎَﺒِﻟ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَأ ْﺪَﻗ َمَدآ ﻲِﻨَﺑ ﺎَﯾ

َنوُﺮﱠﻛﱠﺬَﯾ ْﻢُﮭﱠﻠَﻌَﻟ ِﮫﱠﻠﻟا ِتﺎَﯾآ ْﻦِﻣ َﻚِﻟَٰذ ۚ ٌﺮْﯿَﺧ

)

فاﺮﻋﻷا

:

26

(

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kalian pakaian untuk menutup aurat kalian dan perhiasan bagi kalian. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian

tanda-tanda kekuasaan Allah. Mudah-mudahan mereka ingat”(Q.S

Al-A’raf: 26).

Dahulu, pemakai busana muslim masih terbilang sedikit, khususnya bagi kaum muda. Mereka beranggapan bahwa mengenakan busana muslim adalah hal yang kuno dan ketinggalan zaman. Bahkan ada yang beranggapan mengenakannya akan menjadikan penampilannya terlihat kolot. Namun, kini

1

Bachrul Ilmy. Ahmad Dimyati. Muhammad Habibi (ed.), Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), h. 102.


(14)

2

anggapan tersebut sudah tidak berlaku lagi jika melihat busana muslim saat ini dengan tampilan yang modern dan mengikuti perkembangan fashion.

Dewasa ini Indonesia terus dibanjiri oleh sosok designer muda yang terus bermunculan. Dian Wahyu Utami, Ghaida Tsurayya, Jenahara Nasution, Ria Miranda, dan Restu Anggraini adalah hanya beberapa contoh designer berbakat di ranah fashion busana muslim Indonesia. Keberadaan para designer ini memberikan pengaruh dalam gaya dari busana muslim dan cukup andil dalam perkembangan busana muslim itu sendiri. Dengan karya rancangannya busana muslim saat ini jauh dari kata kuno. Busana muslim terlihat lebih fresh,

modern, fashionable, namun tetap dalam koridornya (sesuai syariat Islam; al-Qur’an dan as-Sunnah).

Selain memberikan tampilan yang berbeda pada busana muslim, kehadiran designer tersebut juga untuk menaikkan level busana muslim yang berkelas, sekaligus berdakwah, yaitu mengajak wanita muslimah lainnya untuk tidak ragu mengenakan busana muslim karena menutup aurat adalah kewajiban bagi seorang muslimah.

Dari segi demografis, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Pengguna busana mulim pun semakin meningkat. Hal ini memicu semakin pesatnya perkembangan busana muslim.2 Bahkan beberapa selebritis Indonesia

yang telah terjun ke ranah fashion busana muslim seperti Zaskia Sungkar, Zaskia Adya Mecca, Sheeren Sungkar, Risti Tagor dan masih banyak lagi. Kemunculan mereka pun memicu munculnya brands busana muslim. Seperti

2

Diyah Mursi Harsini dan Fenty Nadia Luwis. Bisnis Busana Muslim, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2010) , h. 10.


(15)

Zashi milik Zaskia dan Shireen, Dian Pelangi milik Dian Wahyu Utami,

Meccanism milik Zaskia Mecca, OSD milik Oki Setiana Dewi , dan lain-lain. Munculnya brand busana muslim tersebut menjadi suatu kompetitif di Indonesia itu sendiri. Dimana setiap brand bersaing dalam memasarkan busana muslim dengan upaya untuk membangun brand knowledge (pengetahuan) dan

brand awareness (kesadaran) akan brand tersebut kepada publiknya dan pada

tujuan akhirnya adalah agar laris di pasaran. Untuk mencapai itu semua maka diperlukan strategi.

Strategi pada hakikatnya adalah perpaduan antara planning

(perencanaan) dan management (manajemen) untuk mencapai tujuan. Strategi tidak hanya berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya.3 Strategi

dikatakan sebagai petunjuk atau langkah-langkah yang harus diambil guna mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Diperlukannya strategi dalam memasarkan busana muslim ini adalah agar suatu merek busana mampu bersaing dengan merek busana lainnya karena perkembangan bisnis busana muslim yang semakin kompetitif. Strategi juga diperlukan dalam penyampaian pesan dan informasi. Namun tidak hanya sekedar penyampaian pesan saja, akan tetapi strategi tersebut diperlukan untuk menarik dan mempengaruhi khalayak sesuai dengan kehendak perusahaan.

Public Relation merupakan jembatan penghubung antara organisasi

dengan publiknya dalam proses komunikasi agar tercipta hubungan yang

3

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 32.


(16)

4

efektif, baik hubungan internal maupun internal, berdasarkan landasan mutual

understanding (pemahaman bersama) guna mencapai tujuan organisasi yang

telah ditentukan. Salah satu perluasan public relations yang akan diangkat oleh peneliti adalah marketing public relations.

Dalam setiap kompetisi, marketing public relations dirasa sangat penting dan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan di era sekarang ini. Dalam perkembangan aktivitas terakhir ini, marketing public relations cukup efektif dan efisien dalam penyebaran pesan atau informasi. Selain itu, marketing

public relations mengandung kekuatan membujuk (persuassive approach) dan

sekaligus membidik masyarakat atau publiknya.4

Jenahara adalah brand busana muslim modern ternama di Indonesia. Pemilik dari brand busana muslim modern ini adalah seorang designer yang mempunyai nama lengkap Nanida Jenahara Nasution. Designer yang akrab disapa Jehan ini merupakan salah satu sosok designer hijab yang cukup menginspirasi wanita muslimah di Indonesia, khususnya di kalangan hijaber.

Ketertarikan peneliti mengajukan penelitian ini adalah karena brand

Jenahara mempunyai konsep yang unik yang hanya memasarkan busana muslim denga warna monochrome dan bold. Selain itu, Jenahara memiliki harga yang cukup terbilang mahal dari baju muslim lainnya. Walaupun demikian, busana muslim ini selalu diminati dan laris di pasaran.5 Terlebih di

4

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0; Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publicshing, 2011), h. 84.

5

Arina Yulistara - Wolipop, Liputan Khusus Desainer Hijab; Jenahara: Putri Ida Royani yang Sukses Jadi Desainer Tanpa Bantuan Orang Tua,

http://wolipop.detik.com/read/2014/08/08/091141/2656485/233/2/jenahara-putri-ida-royani-yang-sukses-jadi-desainer-tanpa-bantuan-orangtua, diakses pada tanggal 25 April 2016 pkl 11.41.


(17)

kalangan pengguna hijab dan monochrome lover. Keberhasilan Jenahara dalam memasarkan dan mempromosikan produknya pastinya tidak lepas dari strategi marketing public relations yang dilakukannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi: “Strategi Marketing Public Relations Jenahara dalam Memasarkan Busana Muslim”.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan terarah, maka penelitian berfokus pada strategi marketing public relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim. Serta strategi marketing public relation yang diteliti yaitu pada masa manajemen periode 2015 – 2016 dan penelitian tidak membandingkan dengan kompetitor Jenahara. Selain itu keterbatasan penelitian ini juga tidak dapat digeneralisasi serta bersifat subyektif karena peneliti merupakan instrumen utama penelitian ini.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi marketing public relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim?


(18)

6

b. Media apa yang digunakan Jenahara dalam memasarkan busana muslim serta bagaimana kelebihan dan kekurangannya dalam pemasaran busana muslim?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian yang dilakukan peneliti memiliki tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui strategi marketing public relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim.

b. Untuk mengetahui media yang digunakan Jenahara serta kelebihan dan kekurangannya dalam memasarkan busana muslim.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti tentunya memiliki manfaat, baik secara akademis maupun praktis. Keseluruhan manfaat tersebut dirumuskan di bawah ini.

a. Manfaat Akademis

1) Untuk menambah wawasan dan ilmu tentang penerapan strategi

marketing public relations dalam suatu perusahaan.

2) Bagaimana jasa penelitian ini bisa digunakan untuk membantu pengembangan ilmu komunikasi dalam konteks marketing public relations.


(19)

1)Sebagai bahan referensi untuk mahasiswa, masyarakat atau pihak lainnya yang sedang melakukan penelitian tentang marketing public relations. 2)Sebagai bahan analisa bagi perusahaan yang bersangkutan untuk

menyempurnakan strategi marketing public relations yang dilakukan sekaligus evaluasi tentang strategi yang telah dilakukan sebelumnya.

D.Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini peneliti telah menelaah dan mengkaji di perpustakaan. Dalam kajian dan mencari informasi, peneliti telah menemukan penelitian terlebih dahulu yang membahas tentang pembahasan yang sama dengan skripsi ini, yaitu:

1. Aidha, Mahasiswi UIN Jakarta NIM.1112051000044, menemukan bahwa strategi marketing public relations dapat meningkatkan oplah penjualan

Scraft Magazine dengan mengadalkan event, menjalin hubungan dengan

customer maupun media partner dan dengan pemberian award atau hadiah

kepada pembaca yang mengikuti kuis di setiap volume-nya.6 Persamaan dengan penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang marketing public

relations. Kemudian perbedaannya adalah jika penelitian sebelumnya

berfokus pada strategi marketing public relations dalam meningkatkan oplah penjualan sedangkan penelitian ini berfokus pada strategi marketing

public relations dalam memasarkan busana muslim.

6

Aidha Marinda Ayu, Strategi Marketing Public Relations Scarft Magazine dalam Meningkatkan Oplah Penjualan, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam , Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2016.


(20)

8

2. Dari penelitian Raden Ayu, Mahasiswi London School of Public Relation

NIM.2010141086, menemukan bahwa kegiatan marketing public relations

yang digunakan oleh Restoran Bebek Quali sesuai dengan yang diharapkan yaitu untuk mempertahankan Bebek Quali di tengah ketatnya persaingan industri makanan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kegiatan marketing

public relations yang dipergunakan oleh Restoran Bebek Quali dalam

mempertahankan citra restoran menggunakan media publikasi twitter dan

facebook dan juga sponshorship.7 Persamaan dengan penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang marketing public relations. Kemudian perbedaannya adalah jika penelitian sebelumnya berfokus pada kegiatan

marketing public relations dalam mempertahankan citra restoran

sedangakan penelitian ini berfokus pada strategi marketing public relations

Jenahara dalam memasarkan busana muslim.

3. Rand Rasyid, Mahasiswi UIN Jakarta NIM.1111051000019, menemukan strategi Public Relations Hijup.com dalam memasarkan busana muslim melalui tahap research, lalu planning, communication dan evaluation. Dan

Public Relations Hijup.com lebih berfokus pada Digital Public Relations

dalam prakteknya.8 Persamaan dengan penelitian ini adalah keduanya

memiliki objek yang sama yaitu memasarkan busana muslim. Perbedaannya adalah peneliti terdahulu hanya menggunakan teori kerja manajemen public

7

Raden Ayu Dita Dwinadi, KegiatanMarketing Public Relationsdalam Mempertahankan Citra Produk: Studi Deskriptif Kualitiatif pada Restoran Bebek Quali, Skripsi London School of Public Relations Jakarta, Konsentrasi Public Relations, 2014.

8

Rand Rasyid, Strategi Public Relations Hijup.com dalam Memasarkan Busana Muslim, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2016.


(21)

relations. sedangkan penelitian ini menambahkan strategi marketing public relations.

E.Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Guba (1990) dalam Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik karya Imam Gunawan (2013, 25) mendefinisikan bahwa paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti, yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian, dan cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Aliran ini melihat bahwa realitas ada sebagai hasil konstruksi dari kemampuan berpikir seseorang.9

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif. Metode penelitian kulalitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.10

3. Metode Penelitian

9

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta; Bumi Aksara, 2013), h.48.

10


(22)

10

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan buku-buku. Laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari naskah wawancara, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.11

Jenis metode penelitian ini dipilih karena sesuai dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh penelitian ini yaitu mengetahui strategi marketing

public relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim.

Tujuan metode kualitatif deskriptif ini dengan kata lain, untuk memperoleh informasi dan data-data secara lengkap dan terperinci, sehingga pembaca dapat mengetahui secara jelas gambaran atau deskripsi mengenai permasalahan yang diteliti.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 sampai dengan Agustus 2016. Tempat penelitian adalah Jenahara yang berlokasi di Jalan Cinere Raya No.63 Blok A, Cinere.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan atau sumber informasi peneliti memperoleh keterangan informasi atau data. Sumber informasi yang terkait dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Narasumber Internal

11

Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke 11, h. 3.


(23)

Data yang berasal dari sumber Internal Jenahara. 1. Indah Meita Sari

Narasumber ini dipilih karena beliau adalah Public Relations sekaligus

Marketing Communication (MarCom) Jenahara. Diharapkan dari

narasumber ini didapat data mengenai strategi marketing public relations

yang dilakukan Jenahara dalam memasarkan busana muslim. 2. Fina Yasifa

Narasumber ini dipilih karena beliau adalah Social Media Contributor

Jenahara. beliau lah yang mengatur semua akun media sosial yang digunakan Jenahara. Diharapkan dari narasumber ini membantu melengkapi data yang diperlukan peneliti mengenai kelebihan dan kekurangan media sosial dalam menerapkan strategi marketing public relations.

b.Narasumber Ekternal

Data yang bersumber dari Customers Jenahara.

1. Vika Anisa Gusnadilla: Perempuan usia 18 bertempat tinggal di Jambi ini pernah membeli salah satu produk busana muslim Jenahara. ketertarikannya karena design yang modis dan tetap sopan.

2. Haymien Mokhsen: Perempuan usia 24 tahun yang bertempat tinggal di Kupang, NTT ini pernah membeli salah satu produk busana muslim Jenahara. Brand Jenahara dipilih karena design busananya yang simpel, unik, modern, dan monochrome.


(24)

12

3. Tamima Dasa Khaidir: Perempuan usia 28 tahun yang tinggal di Cianjur ini pernah membeli salah satu produk busana muslim Jenahara. Brand

Jenahara dipilih karena design busananya yang unik.

4. Dea Candori: Perempuan asal Solo yang berusia 23 tahun ini pernah membeli busana muslim Jenahara. ketertarikannya adalah karena Jenahara mempunyai design busana yang bagus dan modis dan tidak menyalahi aturan Islam.

5. Indriani Nola Taludio: Perempuan usia 25 tahun yang tinggal di Jakarta ini pernah membeli salah satu produk busana muslim Jenahara. Brand

Jenahara dipilih karena design busananya edgy mode, retro dan

monochrome.

6. Ayu Desianti: Perempuan usia 22 tahun yang tinggal di Jakarta ini pernah membeli salah satu produk busana muslim Jenahara. Brand

Jenahara dipilih karena mempunyai design busana yang simpel, anggun dan feminim.

Narasumber tersebut peneliti pilih karena mereka pernah membeli busana muslim Jenahara. Dan diharapkan narasumber ini mendukung jawaban dari pertanyaan penelitian yang peneliti teliti.

Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi marketing public

relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim.

6. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan bagian penting yang memiliki beberapa teknik. Teknik di bawah ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti


(25)

mendapatkan data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini. berikut beberapa teknik dari pengumpulan data yang digunakan:

a. Observasi Non Partisipasi

Observasi yang dilakukan peneliti dengan tidak turun langsung atau sebagai penontondan bertujuan untuk mengamati bentuk strategi

marketing public relations Jenahara dengan cara mengamati langsung

kegiatan yang dilakukan dalam memasarkan busana muslim. b. Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan peneliti secara langsung dengan orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini. seperti Indah Meita Sari selaku Public Relations dan Marketing Communication

Jenahara dan Fina Yasifa selaku Social Media Contributor Jenahara. wawancara ini bertujuan untuk menggali keterangan yang mendalam seputar topik yang terkait dalam permasalahan ini sehingga terkumpul informasi yang diperlukan oleh peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh dari perusahaan yang diteliti berupa hasil wawancara dan foto kegiatan perusahaan.12

7. Sumber Data

12


(26)

14

a. Data Primer

Data primer (primary data) yaitu data yang dihimpun secara langsung dari narasumber yang mengetahui dan berkompeten terhadap bidang penelitian ini dengan melakukan observasi dan wawancara.13

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara tidak tersetruktur dan tidak tersembunyi dimana daftar pertanyaan dan jawaban tidak ditentukan sebelumnya dan teknik wawancara dilakukan terhadap responden lebih mendalam secara langsung dan fokus.

Penelitian ini juga akan menggunakan teknik dokumentasi untuk menlengkapi informasi-informasi penunjang dalam data primer. Selama penelitian akan dilakukan pencarian dan penyaringan informasi tambahan melalui dokumen lainnya yang dimiliki Jenahara.

b. Data Sekunder

Menurut Ruslan, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan oleh pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan pengelolanya tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu.14 Dalam penelitian ini,

penulis menjadikan data sekunder sebagai data tambahan dalam membantu hasil penelitian agar mendapatkan hasil secara detail.

Untuk hasil yang leih lengkap peneliti dalam penelitian ini menggunakan data sekunder untuk bukti telah wawancara kepada informan atau sumber data, peneliti menggunakan:

13 Burhan Bugin, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 122.

14

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Bandung: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 132.


(27)

a) Riset Kepustakaan: Data diperoleh dari beberapa buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian. Serta buku-buku skripsi mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang dijadikan acuan dan referensi dalam menyusun penelitian yang sedang dilakukan.

b) Internet: internet berperan penting untuk mempermudah mencari informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini data juga diperoleh melalui media internet.

8. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data-data yang diperoleh akan diuji kevaliditasannya. Maka untuk mendapatkan data-data yang valid, data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik triangulasi. Tringulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagi pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.15 Setelah itu

data-data tersebut dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan dan diolah dan direvisi kembali menggunakan deskriptif analisis pendekatan kualitatif.

F. Pedoman Penelitian

Pedoman Penelitian ini adalah buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi, dkk. yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta tahun 2015.

15


(28)

16

G.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ditujukan untuk memudahkan pemahaman tentang penelitian ini, maka penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab yang terdiri dari sub bab, yang berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN. Dalam bab ini menyajikan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORITIS. Dalam bab ini membahas landasan teoritis yang meliputi: Strategi; pengertian dan jenis-Jenis strategi, Public Relations; pengertian Public Relations, fungsi dan peran Public Relations, media Public Relations, serta strategi dalam Public Relations. Marketing; Pengertian Marketing, serta Keterkaitan Public Relations dan Marketing.

Marketing Public Relations (MPR); konsep MPR, strategi MPR serta kegiatan

MPR. Lalu penjelasan tentang busana muslim; pengertian busana muslim serta kriteria busana muslim.

BAB III: GAMBARAN UMUM PUBLIC RELATIONS JENAHARA. Dalam bab ini membahas tentang brand Jenahara (meliputi company profile

Jenahara, logo Jenahara, busana muslim Jenahara,), visi misi Jenahara, struktur organisasi Jenahara, serta gambaran tentang Public Relations Jenahara.


(29)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini membahas tentang bentuk strategi marketing public relations Jenahara dalam memasarkan busana muslim, media Public Relations yang digunakan Jenahara serta kelebihan dan kekurangan media tersebut dalam memasarkan busana muslim.

BAB V: PENUTUP. Dalam bab ini peneliti menarik kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian, serta memberikan saran sebagai bahan pertimbangan.


(30)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari kata bahasa Yunani “strategos” dan mengarah kepada keseluruhan peran komando umum militer. Dalam bisnis, strategi adalah menentukan lingkup dan arah suatu pengembangan organisasi dan bagaimana dapat mencapai strategi yang kompetitif.1

Definisi manajemen strategi menurut Philip Kotler adalah rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik jangka pendek atau jangka panjang, yang didasarkan pada riser pasar, penilaian produk, promosi dan perencanaan penjualan serta distribusi.2

Dikutip oleh Oliver dalam bukunya yang berjudul “Strategi Public

Relations”, menurut J L Thompson (1995) mendefinisikan strategi sebagai

cara untuk mencapai sebuah hasil karya: ‘Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Sementara itu, strategi fungsional mendorong secara langsung strategi kompetitif’.3

Menurut Onong Uchjana Effendy, strategi adalah perencanaan untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak

1

Keith Butterick, Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik, Penerjemah Nurul Hasfi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 153.

2

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, alih bahasa Adi Zakaria Affif, Vol. Ke.1 (Jakarta: Fakultas Ekonomi, UI, 1993), h. 5.

3


(31)

berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya.4

Seperti yang dikutip oleh Rosady Ruslan, Menurut Ahmad S. Adnanputra, MA, MS, pakar Humas dalam naskahnya berjudul PR Strategy

mengatakan bahwa arti strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.5

Dari pengertian tentang strategi tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa strategi adalah suatu taktik atau cara secara terencana unuk mencapai tujuan yang diharapkan suatu organisasi. Secara umum strategi bisa dilakukan dalam organisasi atau perusahaan dalam mencapai kepentingan atau tujuannya. Akan tetapi strategi bisa dilakukan secara individu untuk mencapai tujuan yang dngin dicapainya.

2. Jenis-jenis Strategi

George A. Steiner mengatakan bahwa tidak ada klasifikasi atau pengelompokan strategi yang diterima secara umum. Hanya saja dapat dilakukan penggolongan menurut dimensi strateginya: 6

a. Klasifikasi berdasarkan ruang lingkup, yakni strategi dapat lebih luas atau lebih sempitsesuai dengan pemahaman.

4

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-21, h. 32.

5

Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi: Konsepsi & Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Ed. Revisi, h. 120.

6

George A. Steiner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997) h. 15-16.


(32)

20

b. Klasifikasi berdasarkan hubungannya dengan tingkat organisasi, yakni startegi yang berdasarkan pada jenjang setiap divisi yang memiliki strateginya masing-masing dan merupakan cabang dari strategi utama sebuah badan.

c. Klasifikasi berdasarkan keterkaitan startegi dengan sumber material atau bukan material, yakni dengan melihat bentuk fisik seperti SDM yang tersedia atau gaya manajemen, pola pikir atau falsafah perusahaan. d. Klasifikasi berdasarkan tujuan dan fungsi, sebagai contoh adalah

pertumbuhan adalah sasaran utama dari kebanyakan perusahaan dan terdapar banyak strategi yang dapat dipilih untuk menjamin pertumbuhan tersebut.

e. Kalsifikasi berdasarkan strategi pribadi manajer. Semakin tinggi tingkat manajer, semakin penting strategi ini bagi kehidupan organisasi.

B.Public Relations

1. Pengertian Public Relations

Dikutip Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, Menurut (British) Institute of Public Relations, Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Sedangkan menurut Frank Jefkins, Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi


(33)

dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandasan pada saling pengertian.7

Dikutip Rosady Ruslan, menurut Scott M. Cutlip and Allen H. Centre (1971) dalam bukunya yang berjudul Effective Public Relations, mengungkapkan bahwa: “Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya”.8

Dari pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Public

Relations adalah komunikasi yang dilakukan secara terencana, baik ke luar

maupun ke dalam organisasi demi tercapainya tujuan yang spesifik. 2. Peran dan Fungsi Public Relations

Menurut Rosady Ruslan, peranan Public Relations dalam suatu lembaga atau organisasi dapat dibagi menjadi empat peran, yakni9:

a. Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya.

b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.

7

Frank Jefkins disempurnakan oleh Daniel Yadin, Public Relations, Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 9-10.

8

Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi: Konsepsi & Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) ed. Revisi, h. 27.

9

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampany Public Relations, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 10.


(34)

22

c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.

d. Membentuk corporate image, artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.

Fungsi Public Relations mengalami evolusi dari masa ke masa, mulai dari agen pres (press Agentry), publisitas (publicity), dan konsultasi (counselling).10 Dikutip dari Wahdin Saputra dan Rulli Nasrullah dalam

Public Relations 2.0, Pejabat Humas (PRO Manager) akan melakukan

fungsi-fungsi manajemen perusahaan. Pada tahun 2002 Public Relations

Society of America (PRSA) merumuskan aktivitas Public Relations sebagai

berikut11:

a. Community Relations, yaitu membina hubungan baik dengan masyarakat

di sekitar perusahaan demi keberlangsungan perusahaan.

b. Counseling, yaitu memberikan masukan/pertimbangan kepada pihak

manajemen sebelum mereka mengambil keputusan serta kepada karyawan perusahaan.

c. Development/Fundaraising, yaitu menerjemahkan semua kebutuhan

organisasi kepada pihak-pihak yang memiliki peluang atau melakukan pengembangan dan peningkatan yang dirasakan perlu bagi kemajuan perusahaan.

d. Employee/Member Relations, yaitu menciptakan hubungan yang baik,

tidak hanya kepada pekerja melainkan kepada keluarga pekerja.

10

Frank Jefkins - Daniel Yadin, Public Relations, h. 28.

11

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relation 2.0: Teori dan Praktik di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 126-129.


(35)

e. Financial Relations, yaitu membangun jembatan komunikasi dengan pemegang saham dan para donatur.

f. Government Affairs, yaitu membina hubungan baik dengan pihak

pemerintahan, baik denga politisi maupun birokrat.

g. Industry Relations, yaitu menjalin relasi yang baik dengan perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan.

h. Issues Management, yaitu melakukan menagement isu dengan

melibatkan publik dalam jumlah besar demi terciptanya image produk atau citra dari suatu perusahaan.

i. Media Relations, yaitu menjalin relasi dengan wartawan dari berbagai

media. Dengan demikian akan memberikan pencitraan yang baik bagi perusahaan serta meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk perusahaan.

j. Marketing Communication, yaitu komunikasi pemasaran; demi

tercapainya image/citra perusahaan yang membedakan dari perusahaan lainnya.

k. Minority Relations, membentuk relasi pada kelompok minoritas yang

secara langsung maupun tidak langsung, akan memberikan dampak publisitas perusahaan.

l. Public Affairs, yaitu membina hubungan baik dengan semua publik


(36)

24

m.Special Events and Public Participant, yaitu aktivitas langsung yang

melibatkan publik dan dilakukan oleh Public Relations untuk menjalin interaksi secara organisasi/perusahaan dengan publik.

3. Media Public Relations

Menurut Linggar Anggoro, dalam Public Relations terdapat media yang dapat menunjang kerja dalam menjangkau khalayak dalam maupun luar perusahaan. Media tersebut terbagi menjadi dua seperti media internal dan media eksternal. Berikut contoh dari kedua media tersebut:12

a. Media Internal

1) Jurnal Internal. Jurnal internal merupakan publikasi atau terbitan yang didistribusikan kepada para anggota atau khalayak pendukung dari suatu organisasi. Istilah jurnal diartikan sebagai bahan cetakan yang diterbitkan secara teratur. Biasanya isi jurnal adalah uraian tentang hal-hal yang sudah terjadi. Idealnya, setiap jurnal memiliki ciri khas tertentu yang berkaitan dengan isinya.

2) Papan Pengumuman. Papan pengumuman standar dapat ditempatkan di berbagai lokasi yang ramai dan sering disinggahi agar segenap pegawai dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula.

3) Kaset Video dan CCTV. Media modern ini menghadirkan komunikasi tatap muka secara artficial (seolah-olah penonton dan yang ditonton dapat saling berkomunikasi secara langsung) yang berpotensi besar

12

M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 173-223.


(37)

untuk menumbuhkan pemahaman yang baik antara pihak manajemen dan pegawai.

4) Stasiun Radio Sendiri. Stasiun radio menyiarkan program-program siaran radio yang dibuat sendiri oleh pihak perusahaan. Dengan adanya siaran radio tersebut, meskipun suasana perusahaan bising suasana kerja menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

5) Jaringan Telepon Internal. Bulletin berita perusahaan dapat dikemas dalam bentuk kaset rekaman dan setiap pegawai yang ingin menyimak isinya tinggal memutar nomor telepon unit Public Relations langsung dan langsung dapat “membaca” bulletin tersebut. melalui telepon itu setiap pegawai juga dapat menyampaikan gagasannya mengenai beberapa hal.

6) Kotak Saran. Dalam rangka memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para pegawai, pihak manajemen, dapat menempatkan sejumlah kotak saran di tempat-tempat tertentu di perusahaan.

7) Intensif Bicara. Teknik “pintu terbuka” yang dijalankan pihak manajemen juga bisa diwujudkan melalui pembuatan semacam formulir aduan. Setiap pegawai yang merasa perlu menyatakan sesuatu dapat menuangkan secara tertulis ke dalam formulir tersebut, kemudian memasukannya ke kotak pos khusus.

8) Siaran Umum. Pihak manajemen juga dapat memanfaatkan sistem siaran umum yang terdiri dari sejumlah pengeras suara dan instalasi


(38)

26

sentral untuk menyampaikan pesan-pesan kepada segenap pegawainya.

9) Obrolan Langsung. Pembicaraan tatap muka secara pribdai dan langsung merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memeperlihatkan sikap terbuka manajemen.

10) Acara Kekeluargaan. Berbagai kegiatan dana acara tidak resmi sangat besar manfaatnya untuk merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dan segenap pegawainya.

b. Media Eksternal

1)Jurnal Eksternal. Jurnal eksternal tidak harus diartikan sebagai suatu bentuk terbitan tentang suatu perusahaan yang dibagikan pada pihak luar. Jadi sama halnya dengan majalah atau terbitan umum, jurnal eksternal harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau khalayak yang ingin dituju.

2)Media Audiovisual. Media audiovisual adalah media yang bercangkupan terbatas yang dimiliki sepenuhnya dan dikendalikan oleh pihak tertentu yang diarahkan kepada khalayak yang bersifat terbatas pula. Tujuan dari media ini adalah untuk menjangkau khalayak dalam rangka mengkomunikasikan pesan khusus demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. 3)Literatur Edukatif. Literatur edukatif adalah semua bahan cetakan yang

dibuat untuk menjelaskan atau mendorong digunakannya suatu produk atau jasa pelayanan, atau berbagai manfaat dan nilai dari produk tadi.


(39)

4)Komunikasi Lisan. Beberapa perusahaan mempekerjakan para pembicara secara permanen dan diserahi tugas khusus untuk menyampaikan penjelasan mengenai perusahaannya di berbagai klub dan perkumpulan masyarakat.

5)Pameran. Tujuan dari penyelenggaraan pameran adalah untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat agar mereka lantas tertarik, kemudian membelinya. Dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan Public Relations dan acara pameran.

6)Seminar. Guna menunjang penggunaan berbagai media, ada baiknya jika perusahaan menyelenggarakan suatu pertemuan khusus untuk khalayak. Bentuk pertemuan itu bisa berupa seminat atau konferensi. Tujuannya adalah menyampaikan presentasi yang bersifat edukatif kepada khalayak. Pembicara pada seminar tersebut adalah bisa orang dalam perusahaan atau bisa tokoh dari luar.

7)Sponsor. Sponsor adalah penyediaan dukungan finansial untuk suatu acara, subjek, kegiatan, lembaga atau individu yang dianggap memang pantas menerimanya. Manfaat Public Relations dari sponsor adalah terciptanya suatu proses pengakraban melalui media yang berlangsung secara berulang-ulang. Sosok atau reputasi perusahaan di mata khalayak pun positif karena ia telah membuktikan ketersediaannya turut memikul tanggung jawab sosial. Kalau reputasi perusahaan sudah baik, maka dengan sendirinya reputasi produk-produknya juga akan sama baiknya.


(40)

28

8)Internet. Internet merupakan jenis teknologi baru. Terdapat potensi strategi dalam menggunakan internet sebagai saluran informasi bagi praktisi Public Relations untuk mendistribusikan berita, membangun sebuah saluran komunikasi dan sebagai saluran transaksi. Beberapa mediabentuk interenet yang digunakan praktisi Public Relations seperti

Social Media, Website, Blog maupun E-mail. Media bentuk internet

tersebut harus selalu diperbarui dalam menarik perhatian khalayak. 4. Strategidalam Public Relations

Cutlip, Center dan Broom, menyatakan ada empat langkah dalam proses perencanaan Strategis Public Relations, yaitu: 13

a. Defining the problem (or opportunity) / Research

Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan problem dengan menentukan “What’s happening

now?”

b. Planning and programming

Informasi yang dikumpulkan dalam langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik dan sasaran. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat kebijakan dan program organisasi.

13

Scott M. Cutlip. Allen H. Center. Glen M. Broom, Effective Public Relations, alih bahasa Tri Wibowo, (Jakarta: Kencana, 2006), Edisi Kesembilan, h. 320.


(41)

Langkah kedua ini akan menawab pertanyaan “Base on what we have

learned about the situation, what we change or do, and say?”

c. Take action and communicating

Langkah ketiga adalah mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain dalam rangka mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “who should do and say it, and when,

where and how?”

d. Evaluating the program

Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan penilaian atau persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program itu berhasil atau tidak. Program akan dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab pertanyaan “How are we doing, or how did we do?”

C.Marketing

1. Pengertian Marketing

Marketing dalam bahasa Indonesia berarti Pemasaran. Kata dasar dari

pemasaran itu sendiri adalah pasar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia arti dari kata pasara adalah tempat orang berjual beli.14 Arti pemasaran

sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) proses, cara, perbuatan memasarkan suatu barang dagangan (2) perihal menyebarluaskan

14

W.J.S Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur: PT Balai Pustaka, 2014), Cet. Ke 12, h. 846.


(42)

30

ke tengah-tengah masyarakat (3) cara penawaran dan penjualan produk atau jasa melalui teknologi siaran televisi atau telepon.15

Istilah pemasaran secara etimologi berasal dari kata “pasar” yang mendapat awalan dan akhiran sebagaimana aturannya menjadi kata “pemasaran”. Sedangkan secara terminologi pengertian pemasaran adalah sebagai berikut:

Menurut McDaniel, pemasaran dikatakan sebagai proses merencanakan dan melaksanakan konsep, memberi harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan organisasi.16

Menurut Kotler dan Armstrong, pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan ingikan melalui penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.17 sedangkan menurut M. Suyanto,

pemasaran yaitu proses bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi potensial guna memuasakan kebutuhan dan keinginan manusia.18

Dari pengertian tersebut di atas, penulis mengambi kesimpulan bahwa pemasaran adalah kegiatan terencana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia dalam rangka memperoleh keuntungan.

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Versi Online/Daring (dalam jaringan), http://kbbi.web.id/pasar, diakses pada tanggal 21 September pkl. 11.23.

16

Carl McDaniel Jr., Roger Gates, Riset Pemasaran Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), Jilid 1, Terjemah Sumiyarto dan Rambat Lupiyoadi, h.4.

17

Philip Kotler dan Gery Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1997), Ed-8, Terjemah Damos Sihombing, h. 7.

18

M. Suyanto, Marketing Strategy Top Brand Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), h. 12.


(43)

2. Keterkaitan Public Relations dan Marketing

Dalam beberapa tahun terakhir, pemasaran lebih personal berkat kemudahan teknologi dan media baru yang secara cepat menjangkau konsumen massal. Pada sisi lainnya, gaya penekanan dan sentuhan personal lebih menekankan aspek emosi kemanusiaan dan spiritualitas yang selain memanjakan, juga memuliakan konsumen, bukan hanya pendekatan rasional. Fenomena baru ini menempatkan akademsi atau praktisi pemasaran dan kehumasan semakin erat, bahkan saat tertentu sulit membedakan kedua profesi ini karena batasannya yang hampir kabur dan bidang garapan yang hampir sama.19

Cutlip mendefinisikan pemasaran dalam bentuk yang sama dengan definisi PR20:

Marketing is management function that identifies human needs and

wants offer product and services to satisfy those demand, and causes transactions that deliver product and service exchange for something of value to the provider”.

(Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan manusia, menawarkan produk dan jasa untuk memnuhi permintaan tersebut dan menimbulkan transaksi yang membawa produk dan jasa ke dalam pertukaran sesuatu atau nilai bagi penyedia).

Rhenald Kasali berpendapat bahwa21:

Pemasaran bergerak pada sektor pelayanan dan kepuasan konsumen

untuk memperoleh laba. Sedangkan PR dibutuhkan karena bergerak dalam sektor citra. Sehingga masyarakat mempunyai kesan yang baik

terhadap perusahaan, dan perusahaan memperoleh laba”.

19

Hifni Alifahmi, Marketing Communication Orchestra, (Bandung: Examedia Publishing, 2008), h. 42.

20

Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glenn M. Broom, Effective Public Relations, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 2000), h. 4.

21

Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations; Konsep & Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2003), h. 28.


(44)

32

Public Relations memainkan dua peranan utama dalam program

komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh Chriss Fill22:

a. Peran tradisional Public Relations menciptakan goodwill dan menstimulasikan kepentingan antara organisasi dengan bermacam publiknya.

b. Public Relations ada untuk mendukung pemasaran produk dan jasa

organisasi, dan tugasnya adalah berintegrasi dengan elemen lain dalam bauran pemasaran.

Thomas L. Harris mengelompokkan bahwa ada lima macam model keterkaitan antara kedua bidang tersebut (Public Relations dan Marketing)

23:

a. Separate but equal functions (fungsi yang terpisah tapi sejajar);

Pemasaran dan kehumasan sebagai bidang yang terpisah namun masing-masing menjalankan fungsinya secara sederajat.

b. Equal but overlapping functions (fungsi yang sejajar tapi saling tumpang

tindih); Pemasaran dan kehumasan menjalankan fungsi masing-masing secara setara dan terdapat titik persinggungan dan koordinasi fungsi keduanya, yakni sama-sama membangun citra positif.

c. Marketing as the dominants functions (pemasaran sebagai fungsi

dominan); Pemasaran korporat lebih dominan dan mengoordinasi fungsi kehumasan dalam memperkuat citra perusahaan.

22

Chriss Fill, Marketing Communications: Contexts, Contents and Strategies, (Hertford Shire: Prentice-hall Europe, 1999).

23

Thomas L. Harris, The Marketer’s Guide to Public Relations, (New York: John Wiley & Sons Inc, 1991), h. 35.


(45)

d. Public Relations as the dominant functions (Public Relations sebagai fungsi dominan); kehumasan justru lebih dominan dan mengkoordinasi fungsi korporat dan produk.

e. Marketing and Public Relations as the same functions (pemasaran dan

Public Relations melakukan fungsi yang sama); Pemasaran dan

kehumasan melakukan fungsi bersama, yaitu berkomunikasi dengan publik dan pasar, mulai dari segmentasi pasar/khalayak, pemetaan persepsi atau citra, menetapkan sasaran, merumuskan strategi dan program hingga evaluasinya.

D.Marketing Public Relations

1. Konsepsi Marketing Public Relations

Marketing Public Relations (MPR) merupakan Public Relations

dalam konteks pemasaran, lebih jauh lagi marketing Public Relations

membantu melengkapi dan mendukung dalam pencapaian tujuan pemasaran sebuah produk atau jasa. Menurut Soemirat dan Ardianto, alat dan teknik

Public Relations yang sering digunakan untuk menunjang marketing dan

sasaran penjualan suatu bisnis disebut komunikasi marketing atau marketing Public Relations. Staf Public Relations yang bekerja di bidang ini biasanya tergabung dalam divisi Marketing. Public Relations yang berorientasi


(46)

34

marketing dibentuk oleh suatu divisi baru, yakni Komunikasi dan

Marketing.24

Dikutip dari Rosady Ruslan, Philip Kottler yang pertama kali memunculkan konsep Mega Marketing yang merupakan perpaduan antara kekuatan Public Relations dan Marketing Mix. Mega marketing tersebut kemudian dikembangkan oleh Thomas L. Harris melalui bukunya berjudul

The Marketer’s Guide to Public Relations yang melahirkan marketing

Public Relations.25 Menurut Tom Harris dalam bukunya yang berjudul The

Marketer’s Guide to Public Relations, mendefinisikan marketing Public

Relations sebagai berikut:26

Marketing Public Relations is the process of planning, executing and evaluating programs, that encourage purchase and customer satisfication through credible communication of information and impression that identify companies and their product with the needs,

wants, concerns and interests of consumers”.

(Marketing Public Relations adalah sebuah proses perencanaan,

pelaksanakan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan kepuasan pelanggan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan perusahaan dan produk dengan kebutuhan , keinginan serta minat konsumen).

Sementara itu, menurut Keith Butterick dalam Pengantar Public

Relations Teori dan Praktik, menyatakan bahwa marketing Public Relation

24

Sholeh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Kelima, h. 153.

25

Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 245.

26

Thomas L Harris, The Marketer’s Guide to Public Relations: How Today’s Top Companies are Using The New PR to Gain a Competitive Edge, (Canada: John Wiley & Sons, Inc, 1991), h. 12.


(47)

atau Public Relations pemasaran adalah Public Relations yang secara khusus mendukung aktivitas penjualan.27

Menurut Soemirat dan Ardianto, masuknya bidang Public Relations

ke dalam marketing karena peningkatan kebutuhan dan minat konsumen, harga semakin kompetitif, perlu memperluas distribusi dan banyaknya promosi dari produk atau jasa sejenis.28

Dari pengertian di atas dan penjelasan para ahli, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa marketing Public Relations adalah menjalankan kegiatan terencana yang dapat merangsang penjualan dan pelanggan serta dapat meningkatkan kesadaran konsumen dan membangun kepercayaan konsumen di tengah keadaan harga semakin kompetitif. Khalayak dari marketing Public Relations itu sendiri adalah masyarakat dan konsumen itu sendiri, maka dari itu marketing Public Relations adalah kegiatan yang mendukung pemasaran dimana akan membangun kepercayaan konsumen.

2. Strategi Marketing Public Relations

Dalam buku Manajemen Humas & Komunikasi, menurut Rosady Ruslan, secara garis besar terdapat Three Ways Strategy untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan, yaitu Public Relations

merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik Pull Strategy (menarik), sedangkan Push Strategy (mendorong) dalam hal pemasaran. Dan taktik

27

Keith Butterick, Pengantar Public Relations Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet.ke1, h. 55.

28

Soleh Soemirat. Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 153-154.


(48)

36

ketiga, Pass Strategy sebagai upaya mempengaruhi atau menciptakan opini publik yang menguntungkan.

Thomas dalam bukunya The Marketer’s Guide to Public Relations

mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan baru MPR yang menggabungkan antara strategi pemasaran tradisional dan dimensi mega-marketing yang membutuhkan komunikasi dengan bagian yang bukan bagian dari pemasaran tradisional. Adapun strategi-strategi tersebut adalah:29

a. Push Strategy

A push strategy calls for using the sales force and trade promotion to push the product through the channels. The producer aggressively promotes the product to wholesalers; the wholesaler aggressively promote the product to

retailers; and the retailers aggressively promote the product to consumers.

(strategi push digunakan untuk mendorong pemasaran dan promosi barang melalui saluran . Produsen secara agresif mempromosikan produk kepada distributor; distributor secara agresif mempromosikan produk ke pengecer; dan pengecer agresif mempromosikan produk kepada konsumen).

b. Pull Strategy

A pull strategy calls for spending a lot of money on advertising and consumer promotion to build up consumer demand. If the strategy is effective, consumers will ask their retailers for the product, the retailers will

29

Thomas L. Harris, The Marketer’s Guide to Public Relations, (New York: John Wiley & Sons Inc, 1991), h. 48-50.


(49)

ask their wholesalers for the product, and the wholesaler will ask the producers for the product.

(Strategi pull digunakan untuk menghabiskan banyak uang untuk iklan dan promosi konsumen untuk membangun permintaan konsumen . Jika strategi ini efektif , konsumen akan meminta pengecer mereka untuk produk, pengecer akan meminta grosir mereka untuk produk, dan grosir akan meminta produsen untuk produk).

c. Pass Strategy

Public Relations role is to devise strategies and conduct programs that permit the marketers to “pass” the gatekeeper and enter the market. In may view, both CPR and MPR must play a role in what I call “pass”strategic planning. When customers make purchase decisions, they are in a very real sense deciding to buy two things: the product and the company. I strongly believe that people want to business with companies they know and trust. Consumer’s trust is earned by providing quality product at a good value. It is also earned by sponsoring activities and identifying with causes that

demonstrate the company’s appreciation of the consumers patronage.

(Peran Public Relations adalah untuk merancang strategi dan melakukan program-program yang memungkinkan pemasar untuk "lulus" gatekeeper

dan memasuki pasar. Dalam pandangan saya, baik CPR dan MPR harus memainkan peran dalam apa yang saya sebut "lulus" perencanaan strategis. Ketika pelanggan membuat keputusan pembelian, mereka dalam keadaan sadar, memutuskan untuk membeli dua hal: produk dan perusahaan. Saya


(50)

38

sangat percaya bahwa orang ingin berbisnis dengan perusahaan mereka kenal dan percaya. Kepercayaan konsumen diperoleh dengan menyediakan produk yang berkualitas dengan nilai yang baik. Hal ini juga diperoleh dengan mensponsori kegiatan dan mengidentifikasi penyebab yang menunjukkan apresiasi perusahaan dari konsumen tetap).

Dapat peneliti simpulkan bahwa Pull strategy pada Public Relations

memiliki dan harus mengembangkan kekuatan untuk menarik perhatian publik. Push strategy pada Pubilc Relations memiliki kekuatan untuk mendorong pemasaran. Pass strategy pada Public Relations memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini publik yang menguntungkan.

3. Kegiatan Marketing Public Relations

Menurut Kotler dan Keller (2007), terdapat tujuh hal utama yang digunakan dalam aktivitas marketing Public Relations, yaitu30:

a. Publications (Publikasi)

Perusahaan mempercayakan perluasan produk berdasarkan dari publikasi materi untuk mempengaruhi dan menarik pembeli yang dituju. Yang termasuk di dalamnya membuat laporan tahunan, brosur, artikel, koran perusahaan, majalah dan materi audiovisual.

b. Identity Media

30

Lina Sinatra Wijaya. Krismiyati, Identifying Marketing Public Relations Strategies Implemented in Private Universities for Increasing Student Intake in Central Java – Indonesia, Vol – IV 2013, hal. 45.


(51)

Perusahaan perlu membuat identitas yang bisa dikenal oleh masayarakat dengan mudah. Misalnya: logo perusahaan, alat-alat tulis, brosur, tanda, formulir perusahaan, kartu nama, bangunan, seragam dan peraturan pakaian.

c. Events

Perusahaan bisa menarik perhatian mengenai produk baru ataupun kegiatan perusahaan dengan cara mengadakan acara khusus seperti wawancara, seminar, pameran, kompetisi, kontes dan ulang tahun dari barang itu supaya dapat menjangkau masyarakat luas.

d. News (Berita)

Salah satu dari tugas utamanya Public Relations adalah untuk membuat ataupun menemukan acara yang sesuai dengan perusahaan, produknya, orang-orangnya atau pegawainya, dan membuat media tertarik untuk memuat berita press release dan hadir dalam press conference

(konferensi pers. e. Speeches (Pidato)

Semakin tinggi kebutuhan perusahaan untuk dapat menjawab setiap keperluan masyarakat dengan menjawab pertanyaan dari media atau memberikan pengarahan di asosiasi penjualan dan di meeting yang bertujuan untuk membicarakan soal penjualan dapat membangun citra perusahaan.


(52)

40

Perusahaan bisa membangun image yang positif dengan cara menyumbang uang atau waktu dalam hal-hal yang positif.

g. Sponsorship (pensponsoran)

Perusahaan bisa memasarkan barang mereka dengan mensponsori acara olah raga atau acara kebudayaan yang bermanfaat bagi kelangsungan perusahaannya.

E.Busana Muslim

1. Pengertian Busana Muslim

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, busana adalah pakaian (yang indah-indah); perhiasan; -muslim, baju muslim.31 Secara etimologi istilah

pakaian merupakan terjemahan dari kata “libas” atau “tsiyab” dalam bahasa arab. Kata libas digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan pakaian lahir maupun pakaian batin, sedangkan kata tsiyab diambil dari kata dasar

tsaub yang berarti kembali, yakni kembalinya sesuatu pada keadaan semula

atau pada keadaan yang seharusnya sesuai dengan ide pertamanya.32

Dalam al- Qur’an, Allah SWT menjelaskan kepada manusia tujuan dan fungsi pakaian yang sebenarnya:

ْﺪَﻗ َمَدآ ﻲِﻨَﺑ ﺎَﯾ

ۚ ٌﺮْﯿَﺧ َﻚِﻟَٰذ ٰىَﻮْﻘﱠﺘﻟا ُسﺎَﺒِﻟَو ۖ ﺎًﺸﯾِرَو ْﻢُﻜِﺗآْﻮَﺳ يِراَﻮُﯾ ﺎًﺳﺎَﺒِﻟ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَأ

َنوُﺮﱠﻛﱠﺬَﯾ ْﻢُﮭﱠﻠَﻌَﻟ ِﮫﱠﻠﻟا ِتﺎَﯾآ ْﻦِﻣ َﻚِﻟَٰذ

)

فاﺮﻋﻷا

:

26

(

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.

31

W.J.S Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 197.

32


(53)

Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (al-A’raf: 26).

َﻚِﻟَذ ﱠﻦِﮭِﺒﯿِﺑﻼَﺟ ْﻦِﻣ ﱠﻦِﮭْﯿَﻠَﻋ َﻦﯿِﻧْﺪُﯾ َﻦﯿِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا ِءﺎَﺴِﻧَو َﻚِﺗﺎَﻨَﺑَو َﻚِﺟاَوْزﻷ ْﻞُﻗ ﱡﻲِﺒﱠﻨﻟا ﺎَﮭﱡﯾَأ ﺎَﯾ

ﺎًﻤﯿِﺣَر اًرﻮُﻔَﻏ ُﮫﱠﻠﻟا َنﺎَﻛَو َﻦْﯾَذْﺆُﯾ ﻼَﻓ َﻦْﻓَﺮْﻌُﯾ ْنَأ ﻰَﻧْدَأ

)

باﺰﺣﻷا

:

59

(

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak

perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al- Ahzab: 59).

Dari Firman Allah tersebut di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari pakaian adalah untuk menutup aurat, sedangkan fungsi dari pakaian beraneka ragam, misalnya untuk perhiasan, untuk pelindung dari segalam macam gangguan dan sebagai identitas agar mudah dikenali. Maka dapat disimpulkan busana muslim adalah busana yang memiliki tujuan untuk menutup aurat sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna busana tersebut dapat mencerminkan identitasnya sebagai seorang muslimah.

2. Kriteria Busana Muslim

Tantangan yang dihadapi muslimh saat ini adalah bagaimana menganakan busana muslim namun tetap bisa beradaptasi dengan perkembangan fashion. Di satu sisi seorang muslimah harus menutup aurat mereka sesuai dengan perintah Allah SWT dan di sisi yang lain, seorang muslimah dituntut untuk dapat berpenampilan menarik dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan fitrah untuk bisa berfikir inovatif. Seorang muslimah


(54)

42

boleh berinovasi dalah hal tampilan berbusana muslim namun tetap dalam koridornya (sesuai dengan syari’at Islam), yaitu sebagai berikut:

a. Menutup Dada

Hijab sendiri memiliki konsep sebagai “penutup” Allah SWT berfirman:

ُﻗَو

ﺎَﻣ ﺎﱠﻟِإ ﱠﻦُﮭَﺘَﻨﯾِز َﻦﯾِﺪْﺒُﯾ ﺎَﻟَو ﱠﻦُﮭَﺟوُﺮُﻓ َﻦْﻈَﻔْﺤَﯾَو ﱠﻦِھِرﺎَﺼْﺑَأ ْﻦِﻣ َﻦْﻀُﻀْﻐَﯾ ِتﺎَﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ْﻞ

ْوَأ ﱠﻦِﮭِﺘَﻟﻮُﻌُﺒِﻟ ﺎﱠﻟِإ ﱠﻦُﮭَﺘَﻨﯾِز َﻦﯾِﺪْﺒُﯾ ﺎَﻟَو ۖ ﱠﻦِﮭِﺑﻮُﯿُﺟ ٰﻰَﻠَﻋ ﱠﻦِھِﺮُﻤُﺨِﺑ َﻦْﺑِﺮْﻀَﯿْﻟَو ۖ ﺎَﮭْﻨِﻣ َﺮَﮭَﻇ

َأ ﱠﻦِﮭِﺋﺎَﺑآ

ْوَأ ﱠﻦِﮭِﻧاَﻮْﺧِإ ﻲِﻨَﺑ ْوَأ ﱠﻦِﮭِﻧاَﻮْﺧِإ ْوَأ ﱠﻦِﮭِﺘَﻟﻮُﻌُﺑ ِءﺎَﻨْﺑَأ ْوَأ ﱠﻦِﮭِﺋﺎَﻨْﺑَأ ْوَأ ﱠﻦِﮭِﺘَﻟﻮُﻌُﺑ ِءﺎَﺑآ ْو

َﻦِﻣ ِﺔَﺑْرِﺈْﻟا ﻲِﻟوُأ ِﺮْﯿَﻏ َﻦﯿِﻌِﺑﺎﱠﺘﻟا ِوَأ ﱠﻦُﮭُﻧﺎَﻤْﯾَأ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْوَأ ﱠﻦِﮭِﺋﺎَﺴِﻧ ْوَأ ﱠﻦِﮭِﺗاَﻮَﺧَأ ﻲِﻨَﺑ

َﺟﱢﺮﻟا

ﱠﻦِﮭِﻠُﺟْرَﺄِﺑ َﻦْﺑِﺮْﻀَﯾ ﺎَﻟَو ۖ ِءﺎَﺴﱢﻨﻟا ِتاَرْﻮَﻋ ٰﻰَﻠَﻋ اوُﺮَﮭْﻈَﯾ ْﻢَﻟ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ِﻞْﻔﱢﻄﻟا ِوَأ ِلﺎ

َنﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ َنﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا َﮫﱡﯾَأ ﺎًﻌﯿِﻤَﺟ ِﮫﱠﻠﻟا ﻰَﻟِإ اﻮُﺑﻮُﺗَو ۚ ﱠﻦِﮭِﺘَﻨﯾِز ْﻦِﻣ َﻦﯿِﻔْﺨُﯾ ﺎَﻣ َﻢَﻠْﻌُﯿِﻟ

.

)

رﻮﻨﻟا

:

31

(

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung. (Q.S. An-Nur: 31).

Kenakanlah pakaian yang menutup aurat sesuai dengan batasa-batasan dalam Islam, seperti menutup dada atautidak menonjolkan bagian tubuh lainnya.


(55)

b. Tidak Membentuk Lekuk Tubuh

Usamah bin Zaid pernah berkata: “Rosululllah Shalallahu ‘alahi wa Salam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut lalu di hadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju itu kepada isteriku. Suatu kala Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa salam menanyakanku: “kenapa baju Quthbiyyahnya tidak engkau pakai?” kujawab : “baju tersebut aku pakaikan kepada isteriku wahai Rosulullah”, lantas beliau berkata“suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu

menggambarkan bentuk tulangnya” .(Dhiya Maqdisi dalam

Al-Hadits Al-Mukhtarah 1/441; Ahmad dengan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan).

Pilihlah pakaian yang tidak ketat atau membentuk lekuk tubuh. Jika memakai pakaian yang mengkhawatirkan akan membentuk lekuk tubuh, maka pastikan untuk memakai outer seperti cardigant, blazer, atau jacket. c. Tidak Transparan

Dari Abdullah bin Abu Salamah, dikatakan Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju qubthiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata: “Jangan kamu pakaikan baju-baju ini untuk istrimu!” seseorang kemudian bertanya, “Wahai Amirul Mu’minin, telah saya pakaikan itu pada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupub belakang, namun aku tidak melihatnya sebagai pakaian yang tipis. Maka Umar menjawab “sekaliput tidak tipis,

namun ia mensifati (menggambarkan lekuk tubuh)”. (H.R Al-Baihaqi II/

23-235; muslim al-bitthin dari Abi Shalih dari Umar).

Perkembangan design pakaian muslimah saat ini tidak jarang menggunakan material kain yang tipis dan transparan. Dengan situasi tersebut maka digunakanlah (dalaman kain) untuk menjadi solusi menggunakan bahan yang transparan. Jadi ketika memakai pakaian yang tipis, maka gunakanlah dalaman agar tidak terlihat transparan.33

33


(56)

44

BAB III

GAMBARAN UMUM PUBLIC RELATIONS JENAHARA

A. Brand Jenahara

1. Company Profile Jenahara

Jenahara adalah sebuah merek pakaian muslim modern yang menawarkan design yang nyaman dan fokus pada clean cut, detail dan kualitas. Berdiri pada tahun 2011, yang pada saat itu sedang booming Hijabers

Community, dari situ akhirnya perlahan membangun merek Jenahara. Saat ini

Jenahara mempunyai beberapa rumah busana di beberapa daerah. Dari awal Jenahara sudah merancang busananya dengan warna monochrome. Dengan tampilan warna-warna tersebut, kini menjadi ciri khas rancangan Jenahara dari yang lain seperti rancangan Dian Pelangi dan rancangan Ria Miranda. Pada saat itulah masyarakat mulai mengenal Jenahara. Pernyataan Indah Meitasari sebagai berikut1:

Dari awal, Jenahara saat berdiri sudah memperkuat brandnya dengan

brand image designer yang focus pada busana ready to wear, edgy style, simple dan minimalis. Brand Jenahara sangat kuat dengan karakter warna yang monochrome. Jadi kalau kita lihat tiga designer ya; Dian Pelangi, Ria Miranda, dan Jenahara. Ketiganya punya keunikan yang berbeda. Beda rancangan, beda cirinya juga. Kita bisa melihat perbedaan yang ketara dari tiga designer tersebut. kalau Dian pelangi rancangannya lebih colourful kan ya, ada unsur etnik Indonesianya juga. Kalau Ria Miranda itu rancangan warna busananya lebih ke warna-warna pastel dan terlihat feminin. Nah kalau Jenahara itu lebih dominan ke warna bold, cutting designnya lebih simpel dibanding yang lain, asimetris, lebih ke edgy style.

1


(57)

Penamaan merek ini diambil dari nama designer itu sendiri, yaitu Nanida Jenahara Nasution. Designer yang akrab disapa Jehan ini, terkenal sebagai

designer muda yang sukses yang telah mengikuti beberapa fashion show

dalam negeri maupun internasional. Saat ini pula, ia telah menjadi influencer di bidang fashion muslim Indonesia serta sering menjadi pembicara dalam beberapa seminar dan event.

Jenahara memiliki dua label busana, yaitu yang pertama adalah Jenahara Ready to Wear, yaitu produk busana yang telah tersedia di butik atau yang berada di website resmi maupun media sosial Jenahara. label Jenahara ini memadukan elemen pakaian wanita dan pria, simetris dan asimetris, sehingga terbentuk karakter yang kuat dan bentuk yang eksploratif baik dari potongan maupun design-nya. Target pasar pada label ini adalah wanita 21-35 tahun, berstatus belum menikah, baru menikah dan menikah, SES A dan berpendapatan > 5.000.000 / bulan.

Dan yang kedua adalah Jenahara Black Label, yaitu produk busana yang lebih eksklusif dan limited. Pembuatan Jenahara Black Label sendiri dengan sistem made by order. 2 Inspirasi utama Jenahara Black Label adalah untuk mendorong fashion muslim ke arah yang baru. Target pasar pada label ini adalah wanita berumur 25-40 tahun, berstatus belum menikah, baru menikah dan menikah, SES A+, dan berpendapatan > 30.000.000 / bulan.

Jenahara telah memiliki cabang Butik selain di Jakarta. Berikut adalah lokasi cabang Jenahara di beberapa daearah:

2


(58)

46

Bandung : Jalan Buah Batu No. 72, Bandung, Jawa Barat. Jalan Benteng No. 69A, Bandung, Jawa Barat.

Jalan Supratman No. 25, Bandung, Jawa Barat.

Makassar : Komp. Ruko Citraland Celebes Blok I No.28 Jl. Tun Abdul Razak, Makassar.

Balik Papan : Komplek Cemara Rindang No.37, Klandasan. Yogyakarta : Jalan Dewi Sartika 16A, Sagan, Yogyakarta.

2. Logo Jenahara

Gambar 3.3 Logo Jenahara

3. Busana Muslim Jenahara


(59)

(60)

48

B.Visi dan Misi Brand Jenahara

Visi yang dimiliki oleh Jenahara adalah untuk menjadi merek fashion

muslim pertama yang mendobrak industri fashion internasional. Sedangkan Misinya adalah untuk memenuhi kebutuhan wanita muslim modern akan pakaian yang praktis tetapi menutup aurat, tanpa keluar dari koridornya atau nilai-nilai Islam itu sendiri (sesuai dengan syari’at Islam).

C.Struktur Organisasi Jenahara

Bagan I

Struktur Organisasi Jenahara*):

Sumber: Data Internal Jenahara *)Struktur bersifat sementara, karena akan adanya perubahan management.

Creat ive Direct or

Product ion M anager

Penjahit Pola Finishing

Bussiness Direct or

PR & M arket ing Comm unicat ion

Online Officer

Social M edia Officer

Graphic

Designer SPG Driver


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)