11 4. Lingkungan sosial politik langsung berupa situasi
Keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana
kelompok dan ancaman dengan segala bentuknya.
I. 6.2 Perilaku Pemilih
Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada
kontestan yang bersangkutan.
10
Mereka yang dinyatakan sebagai pemilih dalam pilkada adalah mereka yang terdaftar sebagai peserta pemilih oleh petugas pendaftar peserta pemilih.
Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang
kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.
Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non- partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik
tertentu. Mereka „menunggu‟ sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program politik
yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih.
11
Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan suara dan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam pilkada secara langsung. Pemberian
suara atau voting secara umum dapat diartikan sebagai: “sebuah proses dimana seorang anggota dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus diantara anggota
10
Firmanzah. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2007. Hal 102
11
Joko J Prihatmoko. Pilkada Secara Langsung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2005. Hal 46
Universitas Sumatera Utara
12 kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil.
12
Pemberian suara dalam pilkada secara langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan. Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satu wujud dari partisipasi politik ialah kegiatan
pemilihan yang mencakup “suara, sumbangan- sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk
mempengaruhi hasil proses pemilihan”.
13
Menurut Surbakti perilaku pemilih adalah: “Aktivitas pemberian suara oleh individu yang
berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih to vote or not to vote didalam suatu pemilihan umum pilkada secara langsung. Bila voters memutuskan untuk
memilih to vote maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu.
14
Jack C Plano mendefinisikan perilaku pemilih sebagai “suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum,
se rta latar belakang mengapa mereka melakukan pemilihan itu”.
15
Pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka
berikan. Begitu juga sebaliknya, keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada calon pemimpin pilihannya.
Dalam menganalisis perilaku pemilih dan untuk menjelaskan pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai alasan oleh para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam
pendekatan yaitu, Mahzab “Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan Mahzab
12
Gosnel F Horald. Ensyclopedia of The Social Science. New York. Mc Grew Hill Book Company. 1934. Hal 32
13
Samuel P. Hutington dan Joan Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta. Rineka Cipta. 1990. Hal 16
14
Ramlan Surbakti. Partai, Pemilih dan Demokrasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 1997. Hal 170
15
Jack C. Plano, Robert E. Ringgs dan Helenan S. Robin. Kamus Analisa Politik. Jakarta. C.V. Rajawali Press. 1985. Hal 280
Universitas Sumatera Utara
13 Michigan yang dikenal dengan pendekatan Psikologis”.
16
“Selain itu terdapat juga pendekatan pilihan rasional yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi untung rugi yang didapat oleh individu
tersebut”.
17
I. 6.2.1 Pendekatan Sosiologis