15 dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap merupakan ekternaliasasi dan
pertahanan diri, artinya sikap seseorang merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan.
Pembentukan sikap tidaklah bersifat begitu saja terjadi, melainkan proses sosialisasi yang berkembang menjadi ikatan psikologis yang kuat antara seseorang dengan partai politik
atau kandidat tertentu. Kedekatan inilah yang menentukan seseorang memilih atau tidak. “Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan
seseorang terlibat dalam pemilihan”.
20
I. 6.2.3 Pendekatan Rasional
Intisari pendekatan pilihan rasional adalah tindakan apa yang dilakukan seseorang yang diyakininya berkemungkinan dapat memberikan hasil terbaik bagi dirinya. Pilihan
rasional muncul sebagai revolusi pendekatan perilaku dalam ilmu politik pada tahun 1950-an dan 1960-an yang sebenarnya berusaha meneliti bagaimana individu berperilaku dan
menggunakan metode empris. Pendekatan perilaku telah menjadi pendekatan dominan terhadap ilmu politik, setidaknya di Amerika Serikat. “Namun pilihan rasional bersumber dari
metodologi ilmu ekonomi, kebalikan dengan para behavioralis yang bersumber dari sosiologi dan psikologi”.
21
Kemudian, seiring perkembangannya, muncul pendekatan pilihan rasional dalam menganalisa perilaku pemilih. Berdasarkan pendekatan ini, manusia diasumsikan adalah
seorang pemilih yang rasional. “Kegiatan memilih merupakan produk dari kalkulasi untung rugi”.
22
Individu mengantisipasi setiap konsekuensi yang mungin muncul dari pilihan pilihan yang ada. Kemudian, dari pilihan- pilihan tersebut, individu akan memilih pilihan yang
memberi keuntungan paling besar bagi dirinya.
20
Ibid
21
David Mars dan Gaerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Bandung. Nusa Media. 2002. Hal 76- 77
22
Ramlan Surbakti. Op. Cit. Hal 187
Universitas Sumatera Utara
16 Dalam pendekatan rasional terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik pemilih,
yaitu: Orientasi isu dan orientasi kandidat. Orientasi isu berpusat pada pertanyaan: apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan persoalan- persoalan yang sedang dihadapi
masyarakat, bangsa dan negara? Sementara orientasi kandidat mengacu kepada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat tanpa memperdulikan label partainya. Meski demikian,
ketertarikan para pemilih terhadap isu- isu yang ditawarkan oleh partai atau pun kandidat bersifat situasional.
23
Pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para pemilih benar- benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap visi, misi program kerja
partai dan kandidat. Pemilih rasional memiliki motivasi, perinsip, pengetahuan dan informasi yang cukup. Tindakan mereka bukanlah karena faktor kebetulan ataupun kebiasaan dan tidak
semata- mata untuk kepentingan sendiri, melainkan juga untuk kepentingan umum, menurut pikiran dan pertimbangan logis.
24
I. 6.3 Konfigurasi Pemilih