8 3.
Masalah yang diteliti ialah perilaku pemilih masyarakat etnis Jawa dalam Pilgubsu 2013.
I. 4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilih etnis Jawa dalam memberikan suaranya kepada pasangan calon Gubernur dan
Wakil Gubernur pada Pilgubsu 2013.
I. 5. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi studi khususnya mengenai perilaku pemilih dan bagi perkembangan ilmu politik secara umum.
2. Bagi institusi, penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di
Departemen Ilmu Politik, khususnya mengenai perilaku pemilih. 3.
Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana pendidikan politik dan menjadi referensi dalam memberikan pilihan pada Pilgubsu maupun pemilukada daerah lainnya.
I. 6. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan bagian yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini seorang peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan
menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Kerangka teori juga digunakan sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana permasalahan akan diteliti. Menurut Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan
Universitas Sumatera Utara
9 preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.
5
I. 6.1. Perilaku Politik
Menurut Ramlan Surbakti, perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, yang melakukan kegiatan
adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh
masyarakat.
6
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti yang luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu yang memiliki harapan sekaligus
tujuan yang hendak diwujudkan. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan adanya norma- norma atau kaidah-kaidah yang mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan
dirinya ditengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakkan. Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam
rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik merupakan salah satu dari perilaku secara umum karena disamping
perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik.
7
Dalam pelaksanaan pemilu di suatu negara ataupun dalam pelaksanaan pilkada langsung di suatu daerah, perilaku politik dapat berupa perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan
dalam pelaksanaan pemilu atau pilkada tersebut. Perilaku politik dapat dibagi dua, yaitu:
8
1. Perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah. 2. Perilaku politik warga negara biasa individu maupun kelompok.
5
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. LP3ES. 1998. Hal 37
6
Ramlan Surbakti.Op. Cit. Hal 167
7
Sudijono Sastroatmodjo. Perilaku Politik. Semarang. IKIP Semarang Press. 1995. Hal 1- 3
8
Ramlan Surbakti.Op. Cit. Hal 15-16
Universitas Sumatera Utara
10 Pihak pertama bertanggung jawab membuat, melaksanakan, dan menegakkan keputusan
politik, sedangkan yang kedua berhak mempengaruhi pihak yang pertama dalam melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama menyangkut kehidupan pihak kedua. Kegiatan
politik yang dilakukan warga negara biasa individu maupun kelompok disebut partisipasi politik. Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, dapat dipilih tiga kemungkinan unit
analisis, yakni aktor politik, agregasi politik dan tipologi kepribadian politik: 1. Aktor politik meliputi aktor politik, aktivitas politik, dan individu warga negara biasa.
2. Agregasi politik yaitu individu aktor politik secara kolektif seperti partai politik, birokrasi, lembaga-lembaga pemerintahan dan bangsa.
3. Tipologi kepribadian politik yaitu kepribadian pemimpin seperti Otoriter, Machiavelist dan Demokrat.
Ada 4 empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik pemimpin, aktivis, dan warga biasa, yaitu:
9
1. Lingkungan sosial politik tak langsung Seperti sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa.
2. Lingkungan sosial politik langsung Membentuk kepribadian aktor seperti keluarga, agama, sekolah dan kelompok bergaul.
Dari lingkungan ini, seorang aktor politik mengalami proses sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat dan norma kehidupan bernegara.
3. Struktur kepribadian Hal ini tercermin dalam sikap individu yang berbasis pada kepentingan, penyesuaian diri
dan eksternalisasi.
9
Ramlan Surbakti.Op. Cit. Hal 132
Universitas Sumatera Utara
11 4. Lingkungan sosial politik langsung berupa situasi
Keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana
kelompok dan ancaman dengan segala bentuknya.
I. 6.2 Perilaku Pemilih