6.5.1 Etnis Jawa Perilaku Pemilih Dalam Pilgubsu 2013 (Studi Kasus: Etnis Jawa Di Desa Muliorejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

21 akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya. 3 Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. 4 Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. 28 Definisi yang ideal memang tidak berbeda jauh dengan yang umum kita kenal, yaitu bahwa “suku bangsa = budaya = bahasa; sedangkan masyarakat = suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain”. 29 Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Koentjaranigrat, Setiap kelompok memiliki batasan- batasan yang jelas untuk memisahkan antara satu jenis kelompok etnis dengan etnis lainnya. Konsep yang tercakup dalam istilah etnis adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. 30 Sedangkan menurut Payung Bangun suku bangsa yang sering disebut etnik etnis atau golongan etnis, mempunyai tanda- tanda atau ciri karakteristik: 1 Memiliki wilayah sendiri. 2 Mempunyai struktur politik sendiri berupa tata pemerintahan dan pengaturan kekuasaan yang ada. 3 Ada bahasa sendiri yang menjadi alat komunikasi dalam interaksi. 4 Mempunyai seni sendiri seni tari lengkap dengan alat- alatnya, cerita rakyat, seni ragam hias dengan pola khas tersendiri. 5 Seni dan teknologi arsitektur serta penataan pemukiman. 6 Sistem filsafat sendiri yang menjadi landasan pandangan sikap dan tindakan. 7 Mempunyai sistem religi kepercayaan, agama sendiri. 31

I. 6.5.1 Etnis Jawa

Etnis Jawa merupakan etnis dengan populasi terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Bahasa dan budayanya sudah menyebar ke pelosok-pelosok nusantara hingga dunia, dan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari 28 Frederik Bart, dkk. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta. UI Press. 1988. Hal 11 29 Ibid 30 Koenjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Penerbit Djambatan. 1982. Hal 58 31 Payung Bangun. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Jakarta. FISIP UKI. 1998. Hal 63 Universitas Sumatera Utara 22 masyarakat Indonesia. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti: 32 suku Osing, orang Samin, suku BaweanBoyan, Naga, Nagaring, suku Tengger, dan lain-lain. Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok; kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Definisi seseorang sebagai etnis Jawa, selain karena faktor keturunan, juga karena pribadi, bahasa dan etikanya. Pribadi orang Jawa memang unik, umumnya orang Jawa lebih tertutup dalam segala hal. Manifestasi dari kepribadian tertutup ini, tempo dulu selalu memakai pakaian yang rapat. Yakni, putri menggunakan nyamping kain dan kebayak, sedangkan laki-laki menggunakan surjan dan kain. Pakaian yang serba panjang itu menjadi ciri bahwa orang Jawa berkepribadian tertutup. Sikap ini tak berarti bahwa orang Jawa tak mau membuka diri. Orang Jawa mau terbuka hanya pada waktu-waktu dan tempat tertentu. 33 Segala hal selalu disampaikan dengan tertutup, halus dan bermakna. Perilaku bahasa cukup lemah lembut, apalagi di Jawa mengenal ragam krama alus dan ngoko kasar. Dalam keperluan tertentu jelas menggunakan ragam halus. Kehalusan rasa Jawa juga tampak pada aktivitas publik. Mereka selalu rendah diri dalam hal bergaul dengan sesama. Pada waktu bertamu, jika kebetulan disodori hidangan, orang Jawa amat hati-hati dan tidak segera menyantap. Tamu masih menunggu tuan rumah menawarkan hidangan. Penawaran hidangan pun menggunakan gaya tertentu yang halus. Orang Jawa juga akan mengatakan “sampun- sampun, mboten sah repot-repot ”, sudah-sudah baru saja makan dan minum di rumah, tak usah repot-repot menyediakan hidangan. Begitulah pribadi yang halus, meskipun sebenarnya lapar, tak akan bergegas makan. Pribadi semacam ini memang ada yang menyebut basa-basi 32 Badan Pusat Statistik tahun 2010 yang diperoleh melalui http:sp2010.bps.go.idfilesebookkewarganegaraan20penduduk20indonesiaindex.html 33 Dr Suwardu Endraswara. Ilmu Jiwa Jawa. Yogyakarta. NARASI. 2012. Hal 167 Universitas Sumatera Utara 23 Jawa. Yang jelas, orang Jawa memang lihai bermain watak dan pandai bersandiwara. Tujuan main watak adalah untuk membahagiakan pihak lain. 34

I. 7. Definisi Konsep