umum wanita kawin pernah kawin di Provinsi Aceh status bekerja, persentase lebih dari 50 persen pada setiap tambahan anak yang dilahirkan Nasir, 2012.
2.2.4 Pendapatan Keluarga
Menurut Todaro Smith 2008, tingkat pendapatan yang rendah akan mendorong keluarga miskin untuk menambah anak, karena anak dianggap sebagai
tenaga kerja yang murah dan dapat dijadikan sandaran hidup di hari tua. Pendapatan adalah besarnya pendapatan yang dibawa pulang ke rumah baik oleh suami maupun
istri yang bekerja. Pendapatan tertinggi oleh kebanyakan keluarga dikonsepsikan berdasarkan atas perbandingan dengan pendapatan orang tua atau pendapatan
keluarga sekitarnya pergaulan. Pendapatan mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah anak.
Apabila pendapatan sebuah keluarga dinilai belum mampu untuk menanggung seluruh biaya sandang, pangan, papan dan pendidikan anak nantinya maka
mempengaruhi jumlah anak dalam sebuah keluarga, perhitungan pendapatan keluarga yang tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya bisa juga berakibat fatal
terhadap masa depan anak. Oleh karena itu persiapan pasangan dari segi kemampuan pendapatan perkapita keluarga sangatlah penting terhadap jumlah anak pada pasangan
usia subur. Banyak wanita yang mempunyai beban tugas yang berat walaupun mereka hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, karena mereka harus mengurus
anak yang jumlahnya banyak Hurlock, 1999 Semakin besar pendapatan rumahtangga maka semakin kecil Persentase
rumahtangga yang memiliki anak lebih dari dua orang. Rumahtangga yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
anak kurang dari dua orang mempunyai pola persentase tak jauh berbeda dengan dengan rumahtangga yang memiliki anak lebih dari dua Nasir, 2012.
2.2.5 Nilai Anak
Menurut Siregar 2003, anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud
denganpersepsi nilai anak oleh orang tua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki
diantarapilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar.
Pendefinisian nilai anak juga beragam dan tergantung pada lingkup keilmuan. Salah satu definisi yang banyak diacu dikemukakan oleh Arnold et al 1975 dalam
Hartoyo 2011 yang menyebutkan nilai anak sebagai nilai keseluruhan dari seorang anak yang terdiri dari nilai positif dan nilai negatif. Nilai positif merupakan kepuasan
atau kegunaan yang dirasakan orang tua, sementara itu nilai negatif merupakan biaya atau beban yang ditimbulkan oleh keberadaan seorang anak. Manfaatkepuasan dan
biayabeban tersebut tidak semata-mata aspek finansial monetary, tetapi juga aspek psikologis dan sosial.
Nilai anak direpresentasikan sebagai kepuasan psikologis yang diberikan anak kepada orang tuanya Hoffman, dkk, 1978. Dari kesembilan dimensi nilai anak yang
diteliti, dimensi nilai anak yang paling banyak dinyatakan keluarga adalah dimensi manfaat ekonomi dan jaminan di masa tua economic utility, security in old age. Hal
ini menunjukkan bahwa pada era modern seperti sekarang ini, investasi dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pada berbagai hal seperti asuransi, tabungan, emas, tanah, rumah, hewan peliharaan, ataupun tanaman peliharaan. Namun pada kenyataannya,di desa
penelitian, keluarga tetap memprioritaskan anak sebagai investasi masa depan yang dapat menjamin ekonomi dan perlindungan orang tua di hari tua. Hal ini senada
dengan pernyataan Kammeyer 1987 bahwa anak dapat menjamin ekonomi orangtua untuk bertahan hidup di usia tua. Penelitian yang dilakukan Sunarti 2009
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mengharapkan anaknya dapat memberi bantuan ekonomi di hari tua, anak dapat membantu orang tua untuk menyekolahkan
adik-adiknya ketika sudah besar dan bekerja, bahkan sejak kecil anak diharapkan dapat meringankan beban pekerjaan orang tua, baik pekerjaan di rumah maupun di
tempat kerja. Persepsi orang tua terhadap nilai anak berpengaruh terhadap jumlah anak
yang diinginkan demand for children. Bulatao Lee 1983 dan Shapiro 1997 menemukan hubungan positif antara nilai anak dan jumlah anak yang diinginkan.
Ketika anak dipersepsikan memiliki kegunaan dan manfaat yang besar maka orang tua menginginkan jumlah anak yang lebih banyak. Sementara itu, ketika orang tua
berpersepsi bahwa biaya atau beban karena memiliki anak lebih besar, maka orang tua meminginkan anak yang lebih sedikit Shapiro, 1997. Walaupun demikian, ada
faktor lain, seperti pendapatan, latar belakang sosial dan budaya, modernisasi, serta kebijakan pemerintah yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh
terhadap jumlah anak yang diinginkan. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah
Universitas Sumatera Utara
harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan
demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan dimana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan
atas setiap keinginan yang dipilih oleh orangtua. Berdasarkan hasil penelitian Hartoyo 2011, secara umum nilai anak Value
of Children. lebih banyak orang tua yang menyatakan bahwa keberadaan anak akan menjadi jaminan perlindungan hari tua 91,7, dapat memberi hiburan 66,7,
menghindari kesedirian 55,0 dan menjadikan orang tua lebih bertanggungjawab 53,3
Dengan pendekatan ini sulit diterangkan mengapa meningkatnya penghasilan justru menyebabkan turunnya permintaan jumlah anak. Salah satu jawabannya adalah
bahwa dengan meningkatnya penghasilan, orangtua ingin agar anaknya berpendidikan lebih tinggi, sehingga mereka lebih memilih kualitas daripada kuantitas anak Jones
1976 dalam Lucas, 1990. Operasionalisasi konsep nilai anak didasarkan pada rumusan yang diajukan
oleh Arnold dan Fawcett 1984 dalam Lucas 1990. Menurut kedua ahli ini, dengan memiliki anak, orangtua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal
– hal yang merugikan. Salah satunya adalah anak dapat memberikan kerukunan dan
sebagai penerus keluarga. Anak membantu memperkuat ikatan perkawinan antara suami istri dan mengisi kebutuhan suatu perkawinan. Mereka meneruskan garis
keluarga, nama keluarga, dan tradisi keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Nilai anak yang paling sedikit dinyatakan keluarga terletak pada dimensi status dewasa dan identitas sosial adult status and social identity. Rendahnya nilai
anak pada dimensi tersebut dikarenakan kehadiran anak dalam keluarga hanya memberikan status kebanggaan setelah menjadi orang tua. Dengan demikian, nilai
anak dimensi ini kemungkinan besar hanya dirasakan oleh keluarga yang baru pertama kali melahirkan anak. Alasan orang tua memiliki anak adalah menghindar
dari tekanan sosial budaya, seperti keluarga yang menuntut segera memiliki anak, agama dan kelompok etnis yang mendorong memiliki anak dalam jumlah banyak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil keluarga yang tidak menjadikan faktor sosial budaya sebagai tekanan untuk memperoleh anak.
Sebagian besar orang tua menginginkan anak dalam jumlah sedang 3-5 orang anak. Hal ini sejalan dengan Sumini, dkk 2009 yang menyatakan bahwa untuk
menuju keluarga yang bahagia, sejahtera dan berkualitas tidak perlu membentuk keluarga besar dengan jumlah anak yang banyak, jika tidak mampu memenuhi
kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya kebutuhan pangan, namun terdapat kebutuhan lain seperti sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan
kebutuhan masa depan anak. Kondisi perubahan jumlah anak yang diinginkan saat ini menunjukkan telah adanya pergeseran nilai yang dianut pada keluarga
pascasosialisasi KB. Fakta ini juga menunjukkan bahwa keluarga saat ini, meskipun di perdesaan, menjawab kelemahan sumber daya yang mereka miliki dengan
membatasi jumlah anak menjadi lebih sedikit dari generasi sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Umur Pertama Melakukan Hubungan Seksual