secara tidak langsung pula tergambarkan hak-hak negara yang harus dipungut oleh pihak pabean. Secara garis besar, hak-hak negara dimaksud dapat digolongkan atas:
20
1. Hak negara terhadap bea masuk BM, yakni terhadap setiap barang yang
dimasukkan ke daerah pabean. 2.
hak negara terhadap pajak impor, yang terdiri dari pajak pertambahan nilai PPN dan pajak penghasilan Pph serta pajak ekspor.
B. Pangaturan GATT dan WTO tentang Customs Principles
GATT General Agreement on Tariffs and Trade atau perjanjian umum tentang tarif-tarif dan perdagangan didirikan pada tahun 1948 di Genewa, Swiss. Pada
waktu didirikan, GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat sidang terakhir di Marakesh pada 5 April 1994 jumlah negara penandatangan sebanyak 115 negara.
Kesepakatan dalam GATT yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1948 tertuang dalam tiga prinsip, yaitu:
21
1. Prinsip resiprositas, yaitu perlakuan yang diberikan suatu negara kepada
negara lain sebagai mitra dagangnya harus juga diberikan juga oleh mitra dagang negara tersebut.
2. Prinsip most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh
memberikan keistimewaan yang menguntungkan hanya pada satu atau sekelompok negara tertentu.
3. Prinsip transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yang dilakukan suatu
negara harus transparan agar diketahui oleh negara lain.
20
Sartan G, Kepabeanan: Pengantar Hukum Pabean Positif di Internasional, Djambatan, Semarang, 2010, hal 17
21
Mahmud Peter, The Function of General Agreement on Tariffs and Trade GATT, Jakarta, 1996, hal 29
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan perkembangannya, masing-masing negara anggota GATT menghendaki adanya perdagangan bebas. Pada pertemuan di Marakesh, Maroko 5
April 1994 GATT diubah menjadi World Trade Organization WTO mulai tanggal 1 Januari 1995. GATT merupakan traktatperjanjian antarnegara, dan bukan merupakan
suatu Organisasi Internasional. GATT tidak memiliki anggota members, tetapi contracting states.
GATT dibentuk pada Oktober tahun 1947. GATT dibentuk sebagai suatu dasar wadah yang sifatnya sementara setelah Perang Dunia II. Pada masa itu timbul
kesadaran masyarakat internasional akan perlunya suatu lembaga multilateral di samping Bank Dunia IMF. Negara-negara yang pertama kali menjadi anggota adalah
23 negara. Ke-23 negara ini juga yang membuat dan merancang Piagam International Trade Organization Organisasi Perdagangan Internasional yang ada pada waktu itu
direncanakan sebagai suatu badan khusus PBB.
22
Piagam itu dimaksudkan bukan saja untuk memberikan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perdagangan dunia tetapi juga membuat keputusan-keputusan
mengenai ketenagakerjaan employment, persetujuan komoditi, praktik-praktik restriktif pembatasan perdagangan, penanaman modal internasional dan jasa. Ada
dua fungsi utama GATT dalam mencapai tujuannya pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan aturan multilateral yang mengatur mengenai transaksi perdagangan yang
dilakukan oleh negara-negara anggota GATT dengan memberikan suatu perangkat ketentuan perdagangan the rules of the road for tradle. Kedua, sebagai suatu forum
wadah perundingan perdagangan. Di sini diupayakan agar praktik perdagangan dapat
22
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kovensi Internasional Tentang Penyederhanaan dan Penyelarasan Prosedur Pabean, Jakarta, 1993
Universitas Sumatera Utara
dibebaskan dari rintangan-rintangan yang mengganggu liberalisasi perdagangan. Selain itu, GATT mengupayakan agar aturan atau praktik perdagangan demikian itu
menjadi jelas predictable, baik melalui pembukaan dasar nasional atau melalui penegakan dan penyebarluasan pemberlakuan peraturannya.
23
Sejak berdiri GATT telah mensponsori berbagai macam perundingan- perundingan utamapokok yang biasanya disebut juga dengan istilah putaran rounds.
Tujuan dari putaran atau perundingan ini bertujuan menpercepat liberalisasi perdagangan internasional.
24
Namun pada perkembangannya, GATT tidak berjalan dengan efektif karena Amerika Serikat sebagai pencetus dari International Trade Organisation itu sendiri
tidak meratifikasi piagam Havana. Oleh karena itu, WTO lahir pada tahun 1994 membawa dua perubahan yang cukup penting untuk GATT. Pertama, WTO
mengambil alih GATT dan menjadikannya salah satu lampiran aturan WTO. Kedua, prinsip-prinsip GATT menjadi kerangka aturan bagi bidang-bidang baru dalam
perjanjian WTO, khususnya perjanjian mengenai jasa GATS, dan juga dalam perjanjian mengenai perdagangan yang terkait dengan Hak Atas Kekayaan
Intelektual.
25
Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization ITO, suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem
Bretton Woods IMF dan Bank Dunia. Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948,
23
Kartajoemana, H.S., GATT, WTO dan Hasil Uruguay Round, Jakarta: Penerbit UI Press, 1997.
24
Ibid
25
Christoporus Barutu, Ketentuan Anti Dumping, Subsidi dan Tindakan Pengamanan Safeguard Dalam GATT dan WTO, Jakarta: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2007
Universitas Sumatera Utara
proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara anggota tidak berjalan lancar. Tantangan paling serius berasal dari kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai
pencetus, AS memutuskan tidak meratifikasi Piagam Havana, sehingga ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. Meskipun demikian, GATT tetap merupakan
instrumen multilateral yang mengatur perdagangan internasional.
26
Bersama berjalannya waktu, GATT semakin membuka diri kepada negara- negara lain untuk menjadi anggota. Pada tahun 1947, anggota GATT tercatat sebanyak
23 negara dan akhirnya terus berkembang menjadi 123 negara yang terlibat dalam Putaran Uruguay pada tahun 1994. Dalam Putaran Uruguay itu pulalah, para negara
anggota GATT sepakat untuk membentuk suatu lembaga baru yakni WTO. Setelah melewati masa transisi untuk memberikan kesempatan ratifikasi di tingkat nasional
anggota, WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995. Walau telah terbentuk organisasi baru di bidang perjanjian perdagangan internasional, GATT
masih tetap ada sebagai “payung perjanjian” di dalam WTO berdampingan dengan perjanjian lain seperti General Agreement on Trade in Service GATS dan Agreement
on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIPs.
27
Putaran Tokyo 1973-1979 meneruskan upaya GATT mengurangi tarif secara progresif. Hasil yang diperoleh rata-rata mencakup sepertiga pemotongan dari bea
imporekspor terhadap 9 negara industri utama, yang mengakibatkan tarif rata-rata atas produk industri turun menjadi 4,7. Pengurangan tarif, yang berlangsung selama 8
tahun, mencakup unsur “harmonisasi” yakni semakin tinggi tarif, semakin luas pemotongannya secara proporsional. Dalam isu lainnya, Putaran Tokyo gagal
26
Ibid
27
Kartajoemana, H.S, GATT dan WTO, Sistem Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, Jakarta: Penerbit UI-Press, 2006
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan masalah produk utama yang berkaitan dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan persetujuan baru mengenai
“safeguards” emergency import measures. Meskipun demikian, serangkaian persetujuan mengenai hambatan non tarif
telah muncul
di berbagai
perundingan, yang
dalam beberapa
kasus menginterpretasikan peraturan GATT yang sudah ada. Selanjutnya adalah Putaran
Uruguay 1986-1994 yang mengarah kepada pembentukan WTO.
28
Sepanjang perjalanannya, WTO telah berhasil mencapai berbagai kesepakatan yang memiliki peranan penting dalam perkembangan perdagangan dunia.
Kesepakatan-kesepakatan dalam WTO mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual yang mengandung prinsip-prinsip utama liberalisasi. Adapun secara umum
struktur dasar kesepakatan dalam WTO meliputi:
29
1. General Agreement on Tariff and Trade GATT yakni kesepakatan di bidang
perdagangan barang 2.
General Agreement on Trade and Services GATS yakni kesepakatan di bidang perdagangan jasa
3. General Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Properties
TRIPs yakni kesepakatan di bidang hak kekayaan intelektual. 4.
Penyelesaian sengketa Dispute Settlements Berdasarkan keempat kesepakatan utama yang dihasilkan oleh WTO, GATT
dinilai memiliki peranan terbesar bagi sistem perdagangan multilateral mengingat peranan perdagangan barang yang jauh lebih besar dibandingkan peranan perdagangan
dari sektor jasa.
28
Ibid
29
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, WTO World Trade Organisation, Menuju Perdagangan Masa depan, 1999
Universitas Sumatera Utara
Hasil kesepakatan GATT mengatur banyak hal guna mengurangi hambatan- hambatan yang terjadi dalam perdagangan multilateral dari mulai upaya penurunan
hambatan tarif dan non tarif hingga upaya pengaturan penggunaan hambatan teknis Technical Barriers to Trade TBT sehingga menjadi lebih transparan dan
berkesinambungan.
30
Pembentukan WTO oleh banyak pihak dipandang sebagai hasil yang sangat penting dari Putaran Uruguay dan pada kenyataannya merupakan kelanjutan dan
pengembangan dari GATT 1947. Dengan demikian WTO menggantikan GATT 1947 yang telah berfungsi selama hampir lima puluh tahun secara de facto, sebagai
organisasi antar negara bagi perdagangan internasional.
31
WTO berfungsi untuk mengatur dan memfasilitasi perdagangan internasional, dan tujuan utamanya adalah untuk menciptakan persaingan sehat di bidang
perdagangan internasional bagi para anggotanya, sedangkan berdasarkan Pembukaan Persetujuan WTO, tujuan WTO adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan
pendapatan, menjamin terciptanya lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dunia. Tujuan lain yang
tidak kalah pentingnya adalah untuk penyelesaian sengketa.
32
WTO adalah metamorfosis yang semakin sempurna dari GATT . Dibawah GATT, yang diatur
adalah hanya perdagangan barang saja, namun di bawah WTO, pengaturan meliputi 3 bidang yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa dan Hak Atas kekayaan
Intelektual trade related intellectual proverty right. WTO yang berkantor pusat di
30
http:arwanarsyad.blogspot.com201105perkembangan-gatt.html diakses tanggal 8 September 2013
31
Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnaidi, Pengantar Hukum WTO World Trade Organization, Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia, 2010, hlm. 91.
32
Ibid., hlm. 92
Universitas Sumatera Utara
Jenewa, Swiss dan beranggotakan 146 Negara termasuk Indonesia yang bergabung pada awal pembentukan WTO yaitu 1 Januari 1995.
33
Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani Perjanjian Marrakesh, yang menandai berakhirnya Sidang Putaran Uruguay GATT. Salah satu
dari isi perjanjian itu adalah pembentukan WTO sebagai suatu wadah atau forum untuk membahas masalah-masalah dan mengambil langkah-langkah dalam hal
perdagangan dan perekonomian internasional. Dalam perjanjian Marrakesh juga ditentukan bahwa semua anggota terikat untuk melaksanakan isi perjanjian yang sudah
disepakati dalam negoisasi-negoisasi GATT. Salah satu dari 13 perjanjian yang sudah berhasil dilahirkan negosiasi-negosiasi GATT adalah Agreement on the Implementasi
of Article VII GATT GATT Customs Valuation, memerlukan perhatian yang serius dari Bea dan Cukai negara-negara yang belum menganut sistem harga pabean tersebut.
Sejak terbentuknya WTO dan disahkannya GATTWTO tahun 1994, Indonesia sebagai salah satu Negara anggota WTO harus meratifikasi GATTWTO tersebut
dengan Undang Undang No. 7 tahun 1994, maka dengan diratifikasinya ketentuan- ketentuaan tersebut, berarti Indonesia mengakui peraturan-peraturan yang ada di
GATTWTO sebagai bagian dari peraturan nasional kita.
34
Sejak diratifikasinya ketentuan WTO tersebut, berarti sejak itu pula banyak peraturan-peraturan yang harus dibuat agar sesuai dengan ketentuan GATTWTO
tersebut, mulai dari keetentuan di bidang Tariff sampai pada ketentuan mengenai dumping, subsidi dan safeguard. WTO merupakan hasil pengembangan dari sistem
GATT, dengan memberikan perhatian khusus pada perdagangan jasa dan Hak Atas
33
http:adenasution.comindex.php20120529wto-dari-singapura-ke-cancun diakses tanggal 8 September 2013
34
Bossche, Peter van den, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnaidi. Pengantar Hukum WTO World Trade Organization. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010
Universitas Sumatera Utara
Kekayaan Intelektual. Terhadap perdagangan barang-barang sebenarnya telah diatur dalam ketentuan dalam system General Agreement on Tariffs snd Trade GATT sejak
tahun 1948.
35
Untuk menyongsong pelaksanaan GATT Customs Valuation sistem harga, GATT, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mempersiapkan diri, dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 1 dengan mengirim 6 enam pejabat yang mengikuti Intensive Training Coursce on Customs Valuation and Post Clearance
Audit di Nagoya Jepang, 2 mengadakan Workshop on the GATT Valuation and Post Celearance Audit di Jakarta pada tanggal 13-17 Maret 1995 yang diikuti oleh 50
pejabat dari hampir seluruh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai se Indonesia.
Tujuan dari dianutnya GATT Valuation ini adalah untuk memberikan keseragaman dan kepastian, netralitas, sederhana serta kriteria seimbang dan konsisten
dengan praktek-praktek komersial. dengan demikian langkah-langkah untuk menghadapi pelaksanaan GATT Valuation telah diambil oleh Ditjen Bea dan Cukai
baik dalam bentuk persiapan sumber daya manusia maupun sosialisasi ketentuan GATT Valuation itu sendiri.
Tarif bea masuk pada dasarnya mengacu pada ketentuan tarif yang tercantum dalam dokumen utama GATT. Pada Bagian Pertama Part I dari GATT terdiri atas
dua pasal, yakni Pasal I yang menguraikan prinsip most-favored-nation atau MFN, yaitu ketentuan bahwa perlakuan yang paling baik yang diperlakukan terhadap satu
mitra dagang harus diterapkan kepada semua anggota GATT. Pasal II merupakan pasal yang mengatur penurunan bea masuk tariff reduction yang disetujui dalam
35
WTO, http:www.wto.org
18 November 2006
diakses tanggal 8 September 2013
Universitas Sumatera Utara
GATT. Daftar penurunan tarif yang telah disetujui dimasukkan ke dalam Annexed Schedule dan daftar ini merupakan bagian integral dari perjanjian GATT.
36
C. Prinsip-prinsip Hukum Internasional dalam bidang kepabeanan menurut