Tindakan pengawasan dalam kegiatan intelijen terhadap pelanggaran di

prioritas yang lebih rendah terhadap perlindungan hak individu dengan alasan untuk melindungi masyarakat, harus diimbangi dengan peningkatan pengendalian demokrasi dan pengawasan parlement terhadap intelijen. Jika tidak demikian semua pihak dirugikan, terutama negara-negara dalam proses transisi. Di sisi yang lain, ketaatan akan pedoman konstitusional yang terlalu kaku, bila diterapkan tanpa pertimbangan atau akal sehat, dapat menjadi ancaman terhadap tatanan konstitusional yang sama besarnya dengan ancaman yang ditimbulkan oleh penyelewangan tanpa batas dari konstitusi itu sendiri. 58

C. Tindakan pengawasan dalam kegiatan intelijen terhadap pelanggaran di

bidang Kepabeanan Pengawasan Pabean adalah memastikan semua pergerakan barang, kapal, pesawat terbang, kendaraan dan orang-orang yang melintas perbatasan Negara berjalan dalam kerangka hukum, peraturan dan prosedur pabean yang ditetapkan. Untuk menjaga dan memastikan agar semua barang, kapal dan orang yang keluarmasuk dari dan ke suatu negara mematuhi semua ketentuan kepabeanan. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang- undangannya yaitu memeriksa: kapal, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan, dan lain-lain. Dalam modul pencegahan pelanggaran kepabeanan yang dibuat oleh WCO World Customs 58 Ibid, hal 76 Universitas Sumatera Utara Organization disebutkan bahwa pengawasan pabean adalah salah satu metode untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran kepabeanan. 59 Berdasarkan modul WCO tersebut dinyatakan bahwa pengawasan Bea Cukai yang mampu mendukung pendeteksian dan pencegahan penyelundupan paling tidak harus mencakup kegiatan : penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, dan audit pasca impor. Di samping tiga kegiatan itu, patroli juga merupakan pengawasan Bea Cukai untuk mencegah penyelundupan. Jika kita lihat uraian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tidak terlihat adanya fungsi pencegahan pelanggaran, penindakan dan penyidikan tetapi kalau dilihat pada fungsi seksi-seksi di dalamnya terlihat adanya fungsi patroli, pemeriksaan kapal, periksaaan barang, pemeriksaan badan, penelitian dokumen dan sebagainya yang merupakan kegiatan pengawasan Customs Control menurut terminologi WCO. 60 Apabila ditinjau dari kegiatan kepabeanan mulai dari saat kedatangan kapal atau penumpang, pembongkaran barang, pemeriksaan dokumen, pemeriksaan barang atau penumpang, nampaklah bahwa fungsi-fungsi yang dimiliki seksi-seksi di dalam Kantor Pelayanan telah dapat melaksanakan sebagian fungsi pengawasan. Petugas Kantor Pelayanan berwenang melakukan pengawasan pembongkaran, penelitian dokumen, pemeriksaan barang dan pemeriksaan penumpang. Yang tidak dapat dilaksanakan hanyalah kegiatan audit pasca impor, penindakan dan penyidikan karena ketiga kegiatan ini tidak tercantum dalam uraian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan maupun seksi-seksi di dalamnya. Kegiatan penindakan dan penyidikan sebenarnya merupakan tindak lanjut dari pengawasan pabean. Pengawasan pabean yang dilakukan 59 Saly, Jeane Netje. Analisis Yuridis Ketentuan Hukum Pabean dan Keadilan Berusaha dalam Pelaksanaan WCO dan Usaha reformasi Hukum Internasional dalam Penyelesaiannya. BPHN Kementerian Hukum dan HAM. 2004 60 Ibid Universitas Sumatera Utara melalui penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, audit pasca-impor, maupun patroli jika menemukan adanya pelanggaran atau tindak pidana akan ditindaklanjuti dengan penindakan atau bahkan penyidikan. Tindakan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut, barang, bangunan atau tempat lain, danatau surat atau dokumen yang bertalian dengan barang, serta penegahan dan penyegelan wajib dibuatkan berita acara. Segel adalah tanda atau alat pengaman yang terbuat dari kertas, plastik, logam dan atau bahan lainnya dengan bentuk tertentu berupa lembaran, pita, kunci, kancing dan atau bentuk lainnya untuk mempertahankan keadaan barang agar tidak terjadi perubahan dan atau sebagai tanda bahwa barang tersebut di bawah pengawasan Bea dan Cukai. Pengawasan pabean antara lain adalah penelitian dokumen , pemeriksaan fisik dan audit pasca-impor. 61 Pengawasan intelijen yang mampu mendukung pendeteksian dan pencegahan penyelundupan paling tidak harus mencakup kegiatan : penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, dan audit pasca impor. Di samping tiga kegiatan patroli juga merupakan pengawasan Bea Cukai untuk mencegah penyelundupan. Jika tugas dan fungsi intelijen tidak nampak adanya fungsi pencegahan pelanggaran, penindakan dan penyidikan tetapi kalau dilihat pada fungsi seksi-seksi di dalamnya nampak ada fungsi patroli, pemeriksaan kapal, periksaaan barang, pemeriksaan badan, penelitian dokumen dan sebagainya yang merupakan kegiatan pengawasan Customs Control menurut terminologi WCO. Apabila meninjau dari kegiatan kepabeanan mulai dari saat kedatangan kapal atau penumpang, pembongkaran barang, pemeriksaan dokumen, pemeriksaan barang atau penumpang, nampaklah bahwa fungsi-fungsi yang dimiliki 61 Tambunan, Tulus TH. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor, 2008, hal 47 Universitas Sumatera Utara seksi-seksi di dalam Kantor Pelayanan telah dapat melaksanakan sebagian fungsi pengawasan. 62 Kegiatan penindakan dan penyidikan sebenarnya merupakan tindak lanjut dari pengawasan pabean. Pengawasan pabean yang dilakukan melalui penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, audit pasca-impor, maupun patroli jika menemukan adanya pelanggaran atau tindak pidana akan ditindaklanjuti dengan penindakan atau bahkan penyidikan. Penelitian dokumen atau audit yang menemukan dokumen palsu akan segera ditindaklanjuti dengan penyidikan. 63 Efektivitas pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap barang-barang yang masuk atau keluar daerah pabean saja, tetapi juga terhadap lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia dan Negara lain. Hal ini selain dalam rangka pengawasan, juga untuk mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyeludupan dengan modus pengangkutan antar pulau. Kriteria penyeludupan lebih dipertegas dengan lebih memperinci hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai penyeludupan seperti dengan sengaja untuk keuntungan pribadi memberitahukan jenis dan jumlah barang tidak sesuai dengan yang sebenarnya atau kenyataannya. 64 D. Kegiatan Intelijen dalam pengawasan penyelundupan Barang Palsu dan Bajakan di Bidang Kepabeanan Internasional Dewasa ini masyarakat dunia semakin dikejutkan dengan perkembangan yang pesat dari permasalahan lintas batas negara. Semakin maraknya kenyataan bahwa isu nasional bisa sewaktu-waktu berkembang dengan tidak terkendali menjadi isu 62 Van Den Bossche, Peter dkk. Pengantar Hukum Kepabeanan : Pengawasan Intelijen Negara. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 2010, hal 38 63 Ibid 64 Ali Purwito, Reformasi Kepabeanan: Undang-Undang No.17 Tahun 2006 Pengganti Undang-Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, 2007, hal 6 Universitas Sumatera Utara internasional, telah menyadarkan bangsa-bangsa bahwa batas antara masalah-masalah nasional dan masalah-masalah internasional tidak lagi dapat dipisahkan oleh batas yang ”rigid”, melainkan hanya dibatasi oleh selapis membran yang sangat tipis. Sejak awal, para pendiri negara Indonesia sebagaimana para cendekia dunia lainnya juga telah menyadari hal ini, sehingga di dalam konstitusi Indonesia pun tertuang pernyataan bahwa bangsa Indonesia harus hidup dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab di dunia. Oleh karena itu, tentunya tidak mengherankan jika Indonesia kemudian dalam perjalanan kenegaraannya banyak menunduk kan diri kepada hukum internasional, hampir di semua aspek kehidupan bermasyarakat. Bahkan seringkali suatu ketentuan hukum internasional yang tertuang dalam satu konvensi internasional, misalnya, hanya dibuatkan Undang-Undang Pengesahannya, dimana ketentuan ketentuan yang termuat dalam konvensi tersebut sebenarnya dapat langsung berlaku sebagai hukum di wilayah yurisdiksi Indonesia. Akan tetapi sayangnya, meskipun semangat untuk terlibat di dalam pembentukan dan pelaksanaan hukum internasional itu begitu besar, kenyataan di lapangan sering bicara lain. Banyak sekali konvensi yang telah diratifikasi oleh Indonesia belum dapat dilaksanakan dengan efektif karena berbagai dalih, seperti belum ada peraturan pelaksanaannya, kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum mengenai hukum internasional yang terkait dengan Indonesia, sampai dengan belum pahamnya jajaran pemerintah dan masyarakat awam atas pemberlakuan hukum internasional di Indonesia. Memang tidak dapat dipungkiri, kepastian hukum internasional, baik dalam daya mengikatnya, pengawasannya dan penindakannya sangat rentan, karena digantungkan pada kemauan suatu negara berdaulat untuk menundukkan diri kepadanya. Namun demikian sifat koordinatif hukum internasional itulah yang Universitas Sumatera Utara membuat hukum internasional tetap ada di antara bangsa-bangsa di dunia, sehingga dengan alasan apapun keberadaannya untuk menjaga keseimbangan hidup negara- negara beradab tetap diperlukan. Oleh karenanya pemahaman terhadapnya dan upaya- upaya mengimplementasi kannya serta penindakkannya tetap harus dilakukan, khususnya di Indonesia. 65 Terdorong oleh pemikiran di atas, maka perlu untuk mengkaji masalah-masalah hukum internasional yang ada, khususnya yang mempunyai implikasi dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Termasuk tentu untuk menganalisa sejauh mana suatu ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia telah dilaksanakan dengan efektif, dan kendala-kendala yang ditemukan dalam pengimplementasiannya. 66 Sosialisasi hukum internasional pun menjadi suatu agenda, mengingat peran hukum internasional yang tidak bisa diabaikan jika negara-negara di dunia ingin hidup dalam suasana yang saling menghargai kepentingan satu sama lain. Secara luas tentunya perlu mengambil peran aktif dalam menjembatani kepentingan masyarakat dan negara Indonesia di satu sisi dengan kepentingan masyarakat internasional di sisi lain, agar keduanya bisa berjalan berdampingan dengan harmonis. Hal-hal yang sepatutnya dilaksanakan dalam pelaksanaan penindakan dibidang kepabeanan meliputi, penetapan dan penentuan batas wilayah Indonesia dan yurisdiksi negara di laut menurut hukum laut internasional dan peraturan perundang-undangan nasional, 65 Sjamsul Arifin,dkk. Kerja sama perdagangan Internasional: peluang dan tantangan bagi Indonesia.PT Elex Media Komputindo. Jakarta, 2004, hal 39 66 Ibid Universitas Sumatera Utara masalah penamaan pulau-pulau, pulau-pulau terluar, dan batas-batas terluar yurisdiksi Indonesia. 67 Penindakan di bidang Kepabeanan sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undang-undang. Berdasarkan Undang-undang Kepabeanan Nomor 10 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tanggal 15 Nopember 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, bahwa penindakan meliputi : 1 Penghentian, Pemeriksaan, Penegahan Sarana Pengangkut dan Barang Di Atasnya Serta Penghentian Pembongkaran dan Penegahan Barang 2 Pemeriksaan terhadap barang, bangunan atau tempat lain, surat atau dokumen yang berkaitan dengan barang, atau terhadap orang; 3 Penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut; dan 4 Penguncian, penyegelan, danatau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut. 68 Berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006 yang merupakan pengganti atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995, bea dan cukai mempunyai wewenang dalam memeriksa barang dalam perdagangan nasional dan internasional. Pemeriksaan barang meliputi kelengkapan surat dokumen tentang asal usul barang,pemilik asal barang dan tujuan pemilik baru atas barang. Bea dan cukai sebagai pengawas lalu lintas barang sangat erat kaitannya dengan pelaksana dalam memberantas penyelundupan baik barang yang berasal dari luar 67 Bambang Semedi, Modul : Pengawasan Dan Penindakan Di Bidang Kepabeanan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea Dan Cukai, Jakarta, 2011, hal 45-46 68 Ibid, hal 50 Universitas Sumatera Utara maupun dalam negeri. Berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006, bea dan cukai mempunyai wewenang untuk menangkap pelaku penyelundupan,menyita barang selundupan sebagai barang bukti untuk diserahkan kepada pihak yang berwajib seperti kepolisian untuk ditindaklanjuti sebagai tindak pidana. Indonesia sebagai daerah yang sering dijadikan target dari penyelundupan dari pasar Internasional menjadikan tugas bea dan cukai dalam memberantas penyelundupan begitu penting agar melindungi produksi dalam negeri dan juga sebagai penghasil devisa negara dari pemungutan bea masuk dan bea keluar. Bea dan cukai sebagai garda terdepan dalam mencegah terjadinya penyelundupan barang yang masuk dan keluar Indonesia mempunyai tugas yang vital. Oleh karena itu, bea dan cukai mempunyai landasan hukum yang jelas agar dapat melaksanakan tugasnya yaitu Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006. Instansi kepabeanan menyadari bahwa upaya penyimpangan, pemalsuan fraud dan penyelundupan terjadi di belahan dunia manapun, termasuk Negara kita. Untuk itulah dalam meninkatkan efektifitas pengawasan dalam rangka mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan, perlu peraturan yang lebih jelas dalam pelaksanaaan kepabeanan. Dalam rangka mengatasi hal tersebut ada tiga hal yang mendasari tugas dan peran kepabeanan, yaitu pertama kedisiplinan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan terhadap masyarakat. Kedua, adanya dasar hukum yang kuat untuk melaksanakan otoritas dalam mengambil tindakan yang diperlukan terutama dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi ini. Ketiga, mengantisipasi perubahan sesuai dengan tuntutan dunia perdagangan internasional. Universitas Sumatera Utara Penyelundupan barang palsu dan bajakan melalui perairan kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, juga cenderung meningkat. Australia yang berada di bagian selatan kawasan Asia Tenggara, merupakan salah satu negara tujuan para imigran gelap. Hal tersebut menjadikan perairan di kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan Indonesia, menjadi jalur laut menuju benua tersebut. Penyelundupan manusia tidak dapat dipandang sebagai masalah yang sederhana. Upaya penanggulangannya melibatkan beberapa negara dengan berbagai kepentingan yang berbeda, terutama keamanan, kemanusiaan, ekonomi, dan politik. Kegiatan migrasi ilegal berskala besar kerap kali dilakukan oleh organisasi yang memiliki jaringan internasional. Migrasi ilegal memberikan dampak negatif terhadap negara tujuan dan negara transit sehingga sering menimbulkan persoalan politik, sosial ekonomi, dan ketegangan hubungan antarnegara. Disamping migrasi ilegal, kasus penyelundupan manusia, seperti penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan bayi, atau wanita ke negara lain melalui wilayah perairan juga marak akhir-akhir ini. 69 Kegiatan penyelundupan melalui wilayah perairan antar negara yang tidak kalah maraknya pada dekade terakhir ini di kawasan Asia Tenggara adalah penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kegiatan ilegal tersebut memiliki aspek politik, ekonomi, dan keamanan antar negara maupun di negara tujuan. Di bidang keamanan, penyelundupan senjata menimbulkan masalah yang sangat serius karena secara langsung akan mengancam stabilitas keamanan negara tujuan. Perompakan di laut dan penyelundupan yang diuraikan di atas merupakan tindakan ilegal lintas negara yang menimbulkan kerugian bagi negara-negara di kawasan maupun bagi negara-negara 69 Muhammad Sood. Hukum Perdagangan Internasional. Penerbit Rajawali Press. Jakarta, 2011, hal 66 Universitas Sumatera Utara yang menggunakan lintas perairan. Tindakan ilegal lintas negara itu cukup signifikan dan semakin menguatirkan negara-negara di kawasan. Tindakan ilegal tersebut diorganisasi dengan rapi, sehingga perlu kerjasama antar negara untuk mengatasinya. 70 Yang dimaksud dengan penyelundupan disini adalah mengimpor atau mengekspor di luar tempat kedudukan Bea dan Cukai atau mengimpormengekspor di tempat kedudukan Bea dan Cukai tetapi dengan cara menyembunyikan barang dalam alas atau dinding dinding palsu concealment atau di badan penumpang. 71 Dalam organisasi dan tata kerja yang baru kegiatan intelijen pengumpulan dan pengolahan informasi secara umum tidak dimungkinkan di Kantor Pelayanan. Yang dimungkinkan hanya pengumpulan informasi muatan kapal yang tercantum pada manifest. Tetapi fungsi patroli ada juga di Kantor Pelayanan dan untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan pengumpulan informasi. Tanpa informasi yang diperoleh dengan baik, patroli tidak terarah dan tidak tahu daerah rawan yang beresiko tinggi. Mau tidak mau kegiatan Intelijen harus dilakukan juga di Kantor Pelayanan agar patroli berjalan efektif. Kalau Intelijen termasuk Surveillance hanya dilakukan oleh petugas Kantor Wilayah tidak akan efektif dan tidak mungkin bisa meliputi seluruh wilayah karena terbatasnya jumlah petugas dan dana dibandingkan dengan luasnya wilayah. Secara teoriti bisa secara rutin dikirim satuan tugas Surveillance dari Kantor Wilayah untuk mengumpulkan dan mencari informasi ke seluruh wilayah tetapi secara teknis sulit kalau wilayahnya relatif luas. Akan lebih mudah kalau kegiatan intelijen juga dilakukan oleh Kantor Pelayanan karena mereka berada didekat sumber informasi. Penyelundupan narkotika dan psikotropika yang melalui pelabuhan lautudara ada 70 Sukarmi. Regulasi Penyeludupan barang Asing Di Bawah Bayang-bayang Pasar Bebas. Jakarta: Sinar Grafika. 2002, hal 47 71 Ibid, hal 2 Universitas Sumatera Utara yang informasinya diperoleh dari pihak luar negeri melalui Kantor Pusat dan ada yang dideteksi dengan Profiling ataupun penggunaan X-Ray scanner. Dilihat dari prosentasenya berdasarkan data yang tersedia lebih banyak tangkapan yang diperoleh dari Profilling dan deteksi X-Ray dibandingkan yang berasal dari informasi yang sudah matang. Berarti dalam hal inipun Kantor Pelayanan lebih banyak menguasai informasi dan melakukan deteksi melalui pengamatan mereka sendiri terhadap gerak-gerik penumpang. Tipe pelanggaran pemberitahuan yang tidak benar, penyalahgunaan fasilitas Kepabeanan, pelanggaran perizinan impor dan sebagainya lebih mudah dideteksi melalui dokumen imporekspor yang berada di Kantor Pelayanan Informasi tentang adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut bisa diperoleh jika kita mengolah informasi-informasi dalam Pemberitahuan Impor Barang PIB, Pemberitahuan Ekspor Barang PEB, Manifest, Bill of Lading BL, Invoice, Packing List, data perusahaan, data kapal, data kontainer dan lain-lain. Informasi ini sebagian besar berada di Kantor Pelayanna dan dapat digunakan setiap saat. Pada umumnya yang dianggap informasi bagi orang awam adalah pemberitahuan dari seseorang atau badan secara tertulis atau lisan bahwa akan terjadi penyelundupan yang dilakukan oleh seseorang. Informasi yang sudah matang ini di Bea Cukai lazim disebut hasil intelijen atau intelijen positif. Sebenarnya informasi tidak hanya sebatas yang sudah matang saja tetapi banyak informasi yang masih mentah berseraka disana-sini berada dalam dokumen Pabean maupun dokumen pelengkapnya, informasi ini kalau diolah juga akan menghasilkan informasi matang intelijen positif yang dapat digunakan mendeteksi penyelundupan atau pelanggaran Kepabeanan. 72 72 Bambang Semedi, Pihak-Pihak yang memiliki akses informasi tidak langsung dalam kegiatan intelijen bea dan cukai, WI pada Pusdiklat Bea dan Cukai, Jakarta, 2009, hal 5 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006 yang merupakan pengganti atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995, bea dan cukai mempunyai wewenang dalam memeriksa barang dalam perdagangan nasional dan internasional. Pemeriksaan barang meliputi kelengkapan surat dokumen tentang asal usul barang,pemilik asal barang dan tujuan pemilik baru atas barang. Bea dan cukai sebagai pengawas lalu lintas barang sangat erat kaitannya dengan pelaksana dalam memberantas penyelundupan baik barang yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006, bea dan cukai mempunyai wewenang untuk menangkap pelaku penyelundupan,menyita barang selundupan sebagai barang bukti untuk diserahkan kepada pihak yang berwajib seperti kepolisian untuk ditindaklanjuti sebagai tindak pidana. Indonesia sebagai daerah yang sering dijadikan target dari penyelundupan dari pasar internasional menjadikan tugas bea dan cukai dalam memberantas penyelundupan begitu penting agar melindungi produksi dalam negeri dan juga sebagai penghasil devisa negara dari pemungutan bea masuk dan bea keluar. Bea dan cukai sebagai garda terdepan dalam mencegah terjadinya penyelundupan barang yang masuk dan keluar Indonesia mempunyai tugas yang vital. Oleh karena itu, bea dan cukai mempunyai landasan hukum yang jelas agar dapat melaksanakan tugasnya yaitu Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006. Sebagai daerah kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi dari pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan impor barang di daerah pabean. Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan pengawasan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara; sebagai alat untuk melindungi produk-produk dalam negeri dan sebagai alat Universitas Sumatera Utara pengawasan agar tidak semua barang dapat keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah pabean. Untuk menghindari hal tersebut, maka untuk keluar masuknya barang melalui suatu pelabuhan harus dilengkapi dengan dokumen- dokumen yang sah melalui kerjasama antara Bea dan Cukai dengan instansi lain pengelola pelabuhan untuk mengelola, memelihara, menjaga keamanan dan kelancaran arus lalu lintas barang yang masuk maupun keluar daerah pabean dengan maksud untuk mencegah tindakan penyelundupan yang merugikan negara. 73 Dalam lalu lintas kepabeanan mencakup ekspor dan impor, pejabat bea dan cukai selalu melakukan pemeriksaan barang yang berada di wilayah kepabeanan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang berkaitan dengan perdagangan global, mendukung kelancaran arus barang dan meningkatkan efektivitas pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean Indonesia dan lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia, serta untuk mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan. Maraknya peredaran barang palsu dan hasil bajakan yang masuk ke Indonesia perlu diwaspadai oleh pihak Bea dan Cukai. Kantor Bea dan Cukai mempunyai peran yang penting dalam rangka mencegah beredarnya barang palsu dan hasil bajakan ke dalam pasaran masyarakat. 74 Aparat Bea dan Cukai melaksanakan fungsi pengendalian tersebut dengan cara menangguhkan pengeluaran barang imporekspor dari kawasan pabean untuk memberikan kesempatan kepada yang berhak atas pabeanan internasional untuk mengambil tindakan hukum Internasional. Tindakan tersebut dilakukan sekaligus untuk mencegah barang-barang yang diduga terindikasi pelanggaran pabeanan 73 Imam Kharisma Makkawaru, Kepabeanan Internasional, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea Dan Cukai, Jakarta, 2011, hal 17 74 Van Den Bossche, Peter dkk.Op.Cit, hal 41 Universitas Sumatera Utara internasional tersebut masuk ke dalam distribusi komersial di pasaran masyarakat yang nantinya bila dikonsumsi akan menimbulkan bahaya atau kerugian bagi masyarakat. 75 Bentuk pengendalian dan pengawasan internal dan eksternal dapat dilakukan dengan pilihan-pilihan berikut: Inspektur Jenderal dapat mengendalikan badan intelijen apakah badan itu mematuhi prioritas yang ditetapkan dan melaksanakan misi- misi spesifiknya. Inspektur Jenderal dapat ditugasi untuk mengumpulkan informasi tertentu tentang kegiatan intelijen dan melaporkan pelanggaran hukum dan ketidakefektifan badan intelijen kepada eksekutif dan badan legislatif. Seorang menteri yang berhak menerima laporan dari badan intelijen, dapat juga dilengkapi dengan staf yang memiliki kapasitas yang memadai untuk memonitor keefektifan badan intelijen, dan juga memeriksa apakah mereka mematuhi batasan-batasan yang telah diterapkan. Staf yang diberi wewenang ini juga membutuhkan akses ke semua informasi mengenai kegiatan badan-badan intelijen. 76 Pengawasan intelijen dan peninjauan kebijakan dapat dibentuk, yang terdiri dari anggota dari luar pemerintah yang diangkat oleh karena kemampuan, pengetahuan, pengalaman atau reputasinya yang baik, dan kemudian komisi ini diberi wewenang untuk menilik peranan dan kebijakan badan intelijen. Suatu Ombudsman dapat diangkat apakah itu yang mempunyai kekuasaan umum, atau hanya dengan satu tujuan spesifik yaitu untuk meninjau tindakan pelanggaran intelijen. 77 Terhadap barang tertentu dilakukan pengawasan pengangkutannya dalam Daerah Pabean, yaitu pengawasan pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam Daerah Pabean melalaui laut. Pengawasan pengangkutan barang tertentu ini bertujuan untuk 75 Ibid 76 Ibid 77 Ibid Universitas Sumatera Utara mencegah penyelundupan ekspor dengan modus antarpulau barang-barang strategis seperti hasil hutan, hasil tambang atau barang yang mendapat subsidi, misalnya, pupuk, bahan bakar minyak dan laian-lain. Penetapan suatu barang sebagai barang tertentu ditetapkan oleh menteri yang membidangi perdagangan , dalam hal ini Menteri Perdagangan. Ada kewajiban dari Menteri Perdagangan kepada Menteri Keuangan untuk memberitahukan daftar barang yang ditetapkan sebagai barang tertentu kepada Menteri Keuangan. Mengingat kondisi geografis Indonesia dengan mempertimbangkan efisiensi pengangkutannya, maka pengawasan pabean tidak dilakukan terhadap barang tertentu yang diangkut melalui darat atau udara. 78 Dalam pasal 115A Undang-Undang Kepabeanan, mengatur tentang pengawasan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat dilakukan terhadap barang yang dimasukkan atau dikeluarkan ke dan dari serta berada di kawasan yang telah ditunjuk sebagai daerah perdagangan bebas danatau pelabuhan bebas. Hal ini juga diatur dalam Annex khusus bab II Konvensi Internasional penyederhanaan dan harmonisasi Prosedur Pabean 9 Kyoto Convention diatur bahwa Bea dan cukai mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap lalulintas barang di Free Trade Zone. Ketentuan tentang hal tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Ketentuan pada ayat 1 pasal 115A, dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan daerah perdagangan bebas Free Trade Zone danatau pelabuhan bebas terhadap 78 Ahmad Dimyati, Modul : Undang-Undang Pabean, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea Dan Cukai, Jakarta, 2011, hal 14- 15 Universitas Sumatera Utara pemasukan danatau pengeluaran barang-barang larangan dan pembatasan seperti narkoba, senjata api, bahan peledak dimasukkan dan diolah di dalamnya. 79 Konvensi-konvensi internasional kepabeanan dikelola oleh WCO. Setiap konvensi yang dihasilkan oleh WCO harus ditaati oleh masing-masing anggota WCO, konvensi internasional yang dimaksud adalah : 80 1. Konvensi pembentukan CCC tanggal 15 Desember 1950 2. Konvensi tentang Nilai Pabean Valuation Convention 3. Konvensi systems Nomenclature tarif bea masuk 4. Konvensi Harmonized Systems 5. Konvensi Simplifacation and harmonization of customs procedures yaitu memuat kesepakatan internasional tentang harmonisasi dan penyederhanaan prosedur pabean. 6. Konvensi Internasional tentang kerjasama pabean dibidang penegakan hukum dan pemberantasan penyeludupan 7. Konvensi Internasional tentang barang-barang berfungsi sebagai kemasan seperti tabungan gas yang dimasukan untuk kemudian dikeluarkan kembali untuk kemudian digunakan lagi sebagai kemasan barang-barang dan sebab itu memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara temporary importation facility. 8. Konvensi Internasional tentang barang-barang milik para professional seperti alat-alat risetpenelitian, alat mengukur kegempaan gunung berapi, alat 79 Rita Dwi Lindawati, Bahan Ajar Undang-Undang Kepabeanan, Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta, 2011, hal 230 80 Syaiful Anwar, Mengenal World Customs Organization WCO, Widyaiswara Utama Pusdiklat Bea dan Cukai, Jakarta, 2011, hal 3 Universitas Sumatera Utara mengukur cuaca, dll yang datang bersama dirinya untuk kemudian bila selesai alat-alat tersebut dikeluarkan kembali, berdasarkan konvensi berhak memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara temporary importation facility. 9. Konvensi Internasional tentang barang-barang pameran, barang-barang pameran berhak memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk sebagai impor sementara dan atau sebagai barang cetakan untuk brosur pameran. 10. Konvensi Internasional tentang impor sementara atas barang-barang milik turis seperti kendaraan bermotor atau barang lainnya yang dimasukkan untuk dikeluarkan kembali dengan fasilitas ATA Carnet. ATA Carnet adalah dokumen pabean internasional yang dikeluarkan oleh kamar dagang internasional. 11. Konvensi Internasional tentang alat-alat bernilai ilmu pengetahuan yang dimasukkan kesuatu Negara untuk dikeluarkan lagi berhak memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara. 12. Konvensi Internasional tentang alat peraga pendidikan yang akan digunakan dalam seminar, permuan ilmiah, workshop, dll. Yang dimasukan ke dalam suatu Negara untuk kemudian akan dikeluarkan kembali dari Negara itu setelah pertemuan ilmiah selesai berhak memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara. 13. Konvensi Internasional tentang barang yang dibongkar pada suatu Negara sebagai transit untuk dikirim keluar Negara itu. Barang-barang dengan status transit memperoleh pembebasan bea masuk sebagai barang transit atau dikenal sebagai diangkut terusdiangkut lanjut. Universitas Sumatera Utara 14. Konvensi Internasional tentang container sebagai alat kemasan dan bagian dari system angkut lautudara memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk sebagai impor sementara karena mobilitas container yang tinggi sebagai alat kemasan dalam perdagangan internasional. 15. Konvensi Internasional tentang impor sementara baik sebagai temporary imporary admision dan barang-barang dengan status impor sementara berhak memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk. Bertitik tolak dari pemikiran sebagai negara hukum itulah dan keinginan pemerintah yang menghendaki terwujudnya sistem hukum nasional yang mantap dan mengabdi kepada kepentingan nasional, bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, maka sesuai perkembangan hukum nasional dibentuklah Undang-Undang No 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan. Tujuan dibentuknya Undang-Undang No 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, diharapkan mampu untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik. Selain itu, dengan diberlakukannya undang-undang ini mampu untuk mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian nasional yang berkaitan dengan perdagangan global, mendukung kelancaran arus barang dan meningkatkan efektivitas pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean Indonesia dan lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia, serta untuk mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan. Di Indonesia, peredaran barang palsu dan hasil bajakan sudah pada tahap yang serius dan mengkhawatirkan. Sebagai contoh kasus terjadinya pelanggaran akibat kurangnya pengawasan misalnya, BM Black Market sesuai istilah yang jamak dipakai dalam hukum positif dan transaksi-jual beli kontemporer artinya adalah perdagangan illegal, perdagangan Universitas Sumatera Utara tidak resmi, perdagangan yang dilakukan di luar jalur resmi dengan sebab melanggar hukum suatu negara. Begitu juga hal barang-barang hasil bajakan, seolah-olah sekarang peredaran barang-barang hasil bajakan adalah barang yang umum untuk diperjualbelikan. Sebagai contoh adalah maraknya penjualan kaset, VCD atau DVD bajakan. Berbeda dengan peredaran barang-barang palsu, mungkin konsumen menyadari bahwa mereka membeli barang yang bukan aslinya. Jelas hal ini seakan- akan turut mendukung dan melegalkan perbuatan yang jelas-jelas dilarang oleh undang-undang. Adapun mengenai barang palsu, konsumen tidak sadar bahwa mereka membeli barang palsu. Niat konsumen sebenarnya membeli barang, tapi yang didapatkan adalah produk palsu. Ini bisa membahayakan konsumen. Bahkan bisa menimbulkan korban jiwa jika mereka membeli obat palsu atau spare part otomotif. Perlu satu strategi yang komprehensif untuk mengatasi peredaran barang palsu dan hasil bajakan. Sebagai salah satu instrumen hukum, Undang-Undang No 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan mempunyai amanat yang cukup signifikan untuk turut membantu memberantas peredaran barang palsu dan hasil bajakan. Pada Pasal 54 disebutkan bahwa : “Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak cipta, ketua peradilan niaga dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada pejabat bea dan cukai untuk menangguhkan sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor dari kawasan pabean yang berdasarkan bukti yang cukup, diduga merupakan hasil pelanggaran merek dan hak cipta yang dilindungi di Indonesia”. Dari bunyi pasal tersebut secara implisit ditegaskan bahwa undang-undang ini dapat digunakan untuk mencegah beredarnya barang palsu dan hasil bajakan dalam aktifitas kepabeanan. Hal ini karena barang palsu dan hasil bajakan merupakan hasil dari pelanggaran hak Kekayaan Intelektual HKI yang dilindungi oleh undang-undang. Universitas Sumatera Utara Selain itu, peran aparat penegak hukum dan msayarakat juga berperan penting untuk memberantas peredaran barang palsu dan hasil bajakan tersebut. Aparat penegak hukum yang dimaksud adalah Direktorat Bea dan Cukai. Sebagai daerah kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi dari pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan impor barang di daerah pabean. Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan pengawasan menurut Undang- Undang No. 17 Tahun 2006 Perubahan Atas Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara; sebagai alat untuk melindungi produk-produk dalam negeri dan sebagai alat pengawasan agar tidak semua barang dapat keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah pabean. Untuk menghindari hal tersebut, maka untuk keluar masuknya barang melalui suatu pelabuhan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang sah melalui kerjasama antara Bea dan Cukai dengan instansi lain pengelola pelabuhan untuk mengelola, memelihara, menjaga keamanan dan kelancaran arus lalu lintas barang yang masuk maupun keluar daerah pabean dengan maksud untuk mencegah tindakan penyelundupan yang merugikan negara. Berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang No 17 tahun 2006, tindakan pejabat Bea dan Cukai adalah Penangguhan Pengeluaran Barang. Meskipun tindakan tersebut sangat terbatas, tindakan ini merupakan upaya untuk pencegahan tindak pelanggaran. Tindak penangguhan yang dilaksanakan pada “Exit atau Entry point ” di dalam Kawasan Pabean dapat mencegah barang-barang yang diduga terindikasi pelanggaran. 81 81 http:idtesis.comskripsi-hukum-pelaksanaan-fungsi-kantor-bea-dan-cukai-surakarta-dalam- pemberantasan-barang-palsu-dan-hasil-bajakan Universitas Sumatera Utara BAB IV PENINDAKAN DAN PENGAMANAN DALAM KEGIATAN INTELIJEN TERHADAP PENYELUNDUPAN BARANG PALSU DAN BAJAKAN DI BIDANG KEPABEANAN MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

A. Pemeriksaan dan penyelidikan dalam kegiatan intelijen terhadap