Mekanismesistem pengawasan kegiatan intelijen Negara di bidang

B. Mekanismesistem pengawasan kegiatan intelijen Negara di bidang

Kepabeanan Dewasa ini masyarakat dunia semakin dikejutkan dengan perkembangan yang pesat dari permasalahan lintas batas negara. Semakin maraknya kenyataan bahwa isu nasional bisa sewaktu-waktu berkembang dengan tidak terkendali menjadi isu internasional, telah menyadarkan bangsa-bangsa bahwa batas antara masalah-masalah nasional dan masalah-masalah internasional tidak lagi dapat dipisahkan oleh batas yang ”rigid”, melainkan hanya dibatasi oleh selapis membran yang sangat tipis. Sejak awal, para pendiri negara Indonesia sebagaimana para cendekia dunia lainnya juga telah menyadari hal ini, sehingga di dalam konstitusi Indonesia pun tertuang pernyataan bahwa bangsa Indonesia harus hidup dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab di dunia. Oleh karena itu, tentunya tidak mengherankan jika Indonesia kemudian dalam perjalanan kenegaraannya banyak menunduk kan diri kepada hukum internasional, hampir di semua aspek kehidupan bermasyarakat. Bahkan seringkali suatu ketentuan hukum internasional yang tertuang dalam satu konvensi internasional, misalnya, hanya dibuatkan Undang-Undang Pengesahannya, dimana ketentuan ketentuan yang termuat dalam konvensi tersebut sebenarnya dapat langsung berlaku sebagai hukum di wilayah yurisdiksi Indonesia. 50 Akan tetapi sayangnya, meskipun semangat untuk terlibat di dalam pembentukan dan pelaksanaan hukum internasional itu begitu besar, kenyataan di lapangan sering bicara lain. Banyak sekali konvensi yang telah diratifikasi oleh Indonesia belum dapat dilaksanakan dengan efektif karena berbagai dalih, seperti belum ada peraturan 50 Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2004, hal 51 Universitas Sumatera Utara pelaksanaannya, kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum mengenai hukum internasional yang terkait dengan Indonesia, sampai dengan belum pahamnya jajaran pemerintah dan masyarakat awam atas pemberlakuan hukum internasional di Indonesia. Memang tidak dapat dipungkiri, kepastian hukum internasional, baik dalam daya mengikatnya, pengawasannya dan penindakannya sangat rentan, karena digantungkan pada kemauan suatu negara berdaulat untuk menundukkan diri kepadanya. Namun demikian sifat koordinatif hukum internasional itulah yang membuat hukum internasional tetap ada di antara bangsa-bangsa di dunia, sehingga dengan alasan apapun keberadaannya untuk menjaga keseimbangan hidup negara- negara beradab tetap diperlukan. 51 Oleh karenanya pemahaman terhadapnya dan upaya-upaya mengimplementasikannya serta penindakkannya tetap harus dilakukan, khususnya di Indonesia. Terdorong oleh pemikiran, maka perlu untuk mengkaji masalah-masalah hukum internasional yang ada, khususnya yang mempunyai implikasi dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Termasuk tentu untuk menganalisa sejauh mana suatu ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia telah dilaksanakan dengan efektif, dan kendala-kendala yang ditemukan dalam pengimplementasiannya. 52 Sosialisasi hukum internasional pun menjadi suatu agenda, mengingat peran hukum internasional yang tidak bisa diabaikan jika negara-negara di dunia ingin hidup dalam suasana yang saling menghargai kepentingan satu sama lain. Secara luas tentunya perlu mengambil peran aktif dalam menjembatani kepentingan masyarakat 51 Buana, Mirza Satria, Hukum Internasional Teori dan Praktek, Penerbit Nusamedia, Bandung, 2007, hal 31 52 Ibid Universitas Sumatera Utara dan negara Indonesia di satu sisi dengan kepentingan masyarakat internasional di sisi lain, agar keduanya bisa berjalan berdampingan dengan harmonis. 53 Hal-hal yang sepatutnya dilaksanakan dalam pelaksanaan penindakan dibidang kepabeanan meliputi, penetapan dan penentuan batas wilayah Indonesia dan yurisdiksi negara di laut menurut hukum laut internasional dan peraturan perundang-undangan nasional, masalah penamaan pulau-pulau, pulau-pulau terluar, dan batas-batas terluar yurisdiksi Indonesia. 54 Perspektif penyelesaian perjanjian batas maritim antara Indonesia dan negara tetangga, peningkatan peranan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam penegakan hukum di wilayah perbatasan Indonesia, aspek hukum pencegahan transtional organized crimes di wilayah perbatasan, pengelolaan dan pengembangan wilayah perbatasan Indonesia, penerapan dan penegakan suatu produk hukum internasional di Indonesia, sosialisasi suatu produk hukum internasional yang telah mengikat Indonesia; membantu instansi pemerintah terkait dalam menelaah penerapan, penegakan dan pengembangan suatu produk hukum internasional; Bekerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintah governmental organization maupun swasta non governmental organization, nasional maupun asing, termasuk dengan berbagai organisasi internasional international organization dalam pengembangan hukum internasional. Indonesia sebagai sebuah negara besar yang berupa kepulaun tentunya memiliki wilayah kedaulatan hukum yang luas pula. Wilayah kedaulatan hukum Indonesia yang lebih kita kenal sebagai wilayah yurisdiksi Indonesia memiliki batas- batas wilayah yang ”seolah” tidak permanen. Hal ini mengingat bentuk wilayah Indonesia yang berupa kepulauan sehingga batas wilayah 53 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, hal 43 54 AK, Syahmin, Kepabeanan dan Cukai Pajak Lalu Lintas Barang, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2008, hal 30 Universitas Sumatera Utara sangat bergantung pada keadaan pesisir pulau-pulau terluar dan keadaan pasang surut perairan terluar Indonesia. Geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan posisi di antara benua Asia dan Australia serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, menempatkan Indonesia menjadi daerah kepentingan bagi negara-negara dari berbagai kawasan. Posisi strategis ini menyebabkan kondisi politik, ekonomi, dan keamanan di tingkat regional dan global menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kondisi Indonesia. 55 Sehingga ruang lingkup pengawasan di bidang kepabeanan adalah seluruh wilayah Indonesia meliputi laut teritorial sejauh 12 mil laut yang diukur dari pulau terluar, ZEE zone ekonomi eksklusif sejauh 200 mil laut yang diukur dari pulau terluar, landas kontinen sejauh 350 mil laut yang diukur dari pulau terluar, dan seluruh ketentuan yang pelaksanaannya dibebankan kepada bea dan cukai. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang- undangannya yaitu memeriksa sarana pengangkut, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan, dan lain-lain. 56 Dalam modul pencegahan pelanggaran kepabeanan yang dibuat oleh World Customs Organization WCO disebutkan bahwa pengawasan pabean adalah salah satu metode untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran kepabeanan. Berdasarkan modul WCO tersebut dinyatakan bahwa pengawasan Bea Cukai yang mampu mendukung 55 Suryo, Sakti, Hadiwijoyo, Aspek Hukum Wilayah Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hal 38 56 R. Felix Mulyanto dan Endar Sugiarto, Pabean, Imigrasi, dan Karantina, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hal 61 Universitas Sumatera Utara pendeteksian dan pencegahan penyelundupan paling tidak harus mencakup kegiatan penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, dan audit pasca-impor. 57 Kewenangan bea dan cukai berupa patroli juga termasuk kegiatan pengawasan, pelaksanaan patroli di darat, laut, dan udara yang bertujuan untuk mencegah, menindak dan melakukan penyidikan tindak pidana kepabeanan, di samping itu kegiatan patroli juga merupakan pengawasan Bea Cukai untuk mencegah penyelundupan. Pengawasan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari penindakan, saling terkait dan saling mengisi. Pengawasan merupakan kegiatan untuk meyakinkan bahwa sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Pengawasan lebih cenderung kepada upaya-upaya pencegahan yang bersifat preventif dan persuasif daripada tindakan yang bersifat represif. Mekanisme pengawasan kegiatan intelijen Negara di bidang Kepabeanan yakni dengan pengumpulan data dan informasi, identifikasi dan analisis terhadapnya sehingga akan menghasilkan apa yang disebut sebagai hasil intilijen. Hasil ini akan disebarkan kepada unit opersional untuk melaksanakan pengawasan. Unit intelijen seharusnya terpisah dengan unit operasional karena sistem dan cara kerjanya beda. Walaupun perubahan dalam kewenangan pengawasan penegakan hukum dan intelijen internal yang diduga menjadi lebih radikal segera setelah peristiwa ternyata masih tetap dalam tingkat yang dapat diterima, negara-negara demokrasi harus tetap memperkuat dan tidak mengabaikan kebutuhan untuk menegakkan pilar-pilar kelembagaan yang sudah ada. Tatkala sistem nilai demokrasi berada dalam bahaya, sistem itu sendiri harus diperkuat. Sebab itu, kecenderungan untuk memberikan 57 Hata. Aspek-aspek Hukum dan Non Hukum Perdagangan Internasional dalam sistem GATT dan WCO. Bandung: STHB Press. 1998, hal 37 Universitas Sumatera Utara prioritas yang lebih rendah terhadap perlindungan hak individu dengan alasan untuk melindungi masyarakat, harus diimbangi dengan peningkatan pengendalian demokrasi dan pengawasan parlement terhadap intelijen. Jika tidak demikian semua pihak dirugikan, terutama negara-negara dalam proses transisi. Di sisi yang lain, ketaatan akan pedoman konstitusional yang terlalu kaku, bila diterapkan tanpa pertimbangan atau akal sehat, dapat menjadi ancaman terhadap tatanan konstitusional yang sama besarnya dengan ancaman yang ditimbulkan oleh penyelewangan tanpa batas dari konstitusi itu sendiri. 58

C. Tindakan pengawasan dalam kegiatan intelijen terhadap pelanggaran di