1. peraturan dibuat oleh yang berwenang.
2. tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat.
3. mempunyai ciri memerintah dan melarang.
4. bersifat memaksa dan ditaati.
Bertitik tolak dari pemikiran sebagai Negara hukum itulah dan keinginan pemerintah yang menghendaki terwujudnya sistem hukum nasional yang mantap dan
mengabdi kepada kepentingan nasional, bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, maka sesuai perkembangan hukum nasional dibentuklah Undang-Undang No 17
Tahun 2006 Tentang Kepabeanan. Tujuan dibentuknya Undang-Undang No 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, diharapkan mampu untuk lebih menjamin kepastian
hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik. Selain itu, dengan diberlakukannya undang-undang ini mampu untuk mendukung upaya peningkatan dan
pengembangan perekonomian nasional yang berkaitan dengan perdagangan global, mendukung kelancaran arus barang dan meningkatkan efektivitas pengawasan atas
lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean Indonesia dan lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia, serta untuk mengoptimalkan
pencegahan dan penindakan penyelundupan.
86
B. Penanganan pemberantasan barang palsu dan bajakan di bidang
kepabeanan ditinjau dari segi hukum internasional
Barang yang akan diekspor dan diimpor wajib diberitahukan dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean. Pemberitahuan Pabean tidak diperlukan atas barang pribadi
penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman sampai batas
86
Van Den Bossche, Peter dkk.Op.Cit, hal 27
Universitas Sumatera Utara
nilai pabean dan atau jumlah tertentu. Pada dasarnya barang impor hanya dapat dibongkar setelah diajukan Pemberitahuan Pabean tentang kedatangan sarana
pengangkut. Akan tetapi, dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat seperti kebakaran, kerusakan mesin yang tidak dapat diperbaiki, cuaca buruk atau hal-hal lain
yang terjadi di luar kemampuan manusia dapat diadakan penyimpangan dengan melakukan pembongkaran tanpa memberitahukan terlebih dahulu tentang kedatangan
sarana pengangkut, kemudian wajib melaporkan hal tersebut ke Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean yang paling mudah dicapai. Barang yang telah
diberitahukan untuk diekspor, jika dibatalkan ekspornya harus dilaporkan kepada Pejabat Bea dan Cukai. Pemberitahuan pembatalan tersebut diwajibkan dalam rangka
penyelesaian dan tertib administrasi serta pengawasan terhadap pemberian fasilitas.
87
Pemeriksaan barang dengan melakukan penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik. Terdapat dua ketentuan bentuk pemeriksaan pabean dalam Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai, yaitu :
a. Penelitian dokumen yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pejabat bea dan cukai
dan atau sistem komputer untuk memastikan bahwa pemberitahuan pabean dibuat dengan lengkap dan benar Pasal 1 butir 8 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 139PMK.042007 Tentang Pemeriksaan Pabean Di Bidang Impor. Prosedur penelitian dokumen sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 139PMK.042007 Tentang Pemeriksaan Pabean Di Bidang Impor yaitu :
87
http:edukasi.kompasiana.com20120925E2809Capa-yang-dijadikan-alasandasar- pertimbangan-politik-hukum-dalam-uu-kepabeanan-no-17-tahun-2006E2809C-496391.html
diakses tanggal 17 Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
1 Penelitian dokumen dilakukan oleh pejabat pemeriksa dokumen danatau
sistem komputer pelayanan. 2
Penelitian dokumen oleh pejabat pemeriksa dokumen dilakukan untuk memastikan bahwa pemberitahuan pabean diberitahukan dengan benar,
dan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan telah sesuai dengan syarat yang ditentukan.
3 Penelitian dokumen oleh sistem komputer pelayanan dilakukan untuk
memastikan bahwa pengisian pemberitahuan pabean yang disampaikan telah lengkap dan benar.
4 Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penelitian sebagai tindak lanjut
dari hasil penelitian komputer sebagaimana dimaksud pada ayat 3, yang didasarkan pada data yang disajikan oleh sistem komputer pelayanan.
5 Pejabat pemeriksa dokumen melakukan penetapan berdasarkan hasil
penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat 4. 6
Pejabat pemeriksa dokumen hanya bertanggung jawab atas penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat 5.
a. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat bea dan cukai pemeriksa barang untuk mengetahui jumlah dan jenis barang impor yang
diperiksa guna keperluan pengklasifikasian dan penetapan nilai pabean Pasal 1 butir 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139PMK.042007 Tentang
Pemeriksaan Pabean Di Bidang Impor. Untuk pemeriksaan fisik, prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Pemeriksaan fisik barang impor dilakukan oleh pejabat pemeriksa fisik
berdasarkan instruksi pemeriksaan yang diterbitkan oleh pejabat bea dan cukai atau sistem komputer pelayanan Pasal 4.
2 Pemeriksaan fisik barang dilaksanakan di Pasal 5:
a Tempat Penimbunan Sementara TPS atau tempat lain yang
disamakan dengan TPS; b
Tempat Penimbunan Pabean TPP; atau c
Tempat Penimbunan d
Berikat TPB 3
Apabila dalam pemeriksaan fisik barang impor dibutuhkan pengetahuan teknis tertentu, pejabat bea dan cukai dapat meminta bantuan
pihak lain yang memiliki pengetahuan teknis tersebut Pasal 6. 4
Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik, importir atau kuasanya mendapat pemberitahuan pemeriksaan fisik dari pejabat bea dan cukai atau
dari sistem komputer pelayanan Pasal 7 ayat 1. 5
Importir atau kuasanya wajib menyiapkan dan menyerahkan barang impor untuk diperiksa, membuka setiap bungkusan, kemasan, atau peti kemas
yang akan diperiksa serta menyaksikan pemeriksaan tersebut Pasal 7 ayat 2. 6
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus dilaksanakan paling lama 3 tiga hari kerja setelah tanggal pemberitahuan pemeriksaan
fisik Pasal 7 ayat 3. 7
Atas permintaan importir atau kuasanya, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat diperpanjang paling lama 2 dua hari kerja
Universitas Sumatera Utara
apabila yang bersangkutan dapat memberikan alasan tentang penyebab tidak dapat dilakukannya pemeriksaan fisik Pasal 7 ayat 4.
8 Dalam hal importir atau kuasanya tidak melaksanakan ketentuan pada
ayat 2 dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4, maka pemeriksaan fisik dapat dilakukan oleh pejabat bea dan cukai atas
resiko dan biaya importir Pasal 7 ayat 5. 9
Dalam hal berdasarkan pemeriksaan pabean terdapat : a
Barang impor yang tidak diberitahukan; atau b
Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor, maka pejabat pemeriksa dokumen menyerahkan pemberitahuan pabean beserta
dokumen pelengkap pabeannya tersebut kepada pejabat bea dan cukai yang bertanggung jawab dibidang pengawasan untuk dilakukan
penyelidikan Pasal 8 mengenai prosedur pemeriksaan barang impor atau ekspor telah diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 Tentang
Kepabeanan, yaitu : 7
Prosedur pemeriksaan barang impor. Ketentuan Pasal 3 Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan
disebutkan: 1.
Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean. 2.
Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang.
3. Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan secara
selektif.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri. Mengenai
prosedur pemeriksaan barang impor kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No: 139PMK.042007 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.
Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut : 1
Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean. 2
Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan berdasarkan pemberitahuan pabean yang disampaikan oleh importir.
3 Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang. 4
Pemeriksaan pabean dilakukan secara selektif berdasarkan analisis manajemen risiko.
b. Prosedur Pemeriksaan Ekspor. Ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan
telah diatur pemeriksaan ekspor yaitu berupa penelitian dokumen saja. Dalam rangka mendorong ekspor, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan daya
saing barang ekspor Indonesia di pasar dunia, diperlukan suatu kecepatan dan kepastian bagi eksportir. Dengan demikian, pemeriksaan pabean dalam bentuk
pemeriksaan fisik atas barang ekspor harus diupayakan seminimal mungkin sehingga terhadap barang ekspor pada dasarnya hanya dilakukan penelitian terhadap
dokumennya. Untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan pabean yang diajukan, pasal ini memberikan kewenangan kepada
menteri untuk dalam hal-hal tertentu dapat mengatur tata cara pemeriksaan fisik atas barang ekspor.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya untuk prosedur pemeriksaan barang eksor diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 145PMK.042007 Tentang Ketentuan
Kepabeanan di Bidang Ekspor, Pasal 7 yaitu : 1
Terhadap barang ekspor dilakukan penelitian dokumen. 2
Penelitian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan oleh sistem aplikasi pelayanan danatau pejabat bea dan cukai, setelah
pemberitahuan pabean ekspor diajukan ke kantor pabean. 3
Penelitian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a.
Kebenaran dan kelengkapan pengisian data pemberitahuan pabean ekspor;
b. Kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan;
c. Kebenaran perhitungan bea keluar yang tercantum dalam bukti
pelunasan bea keluar dalam hal barang ekspor terkena bea keluar; dan
d. Pemenuhan ketentuan umum di bidang ekspor.
4 Dokumen pelengkap pabean sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf
b, huruf c dan huruf d adalah berupa: a.
Invoice, packing list dan dokumen pelengkap lainnya yang diwajibkan sebagai pemenuhan ketentuan umum dibidang ekspor;
danatau b.
STBS dalam hal barang ekspor terkena bea keluar; Sedangkan dalam Pasal 8, telah diatur ketentuan sebagai berikut :
1 Dalam hal tertentu, pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik atas
barang ekspor.
Universitas Sumatera Utara
2 Pemeriksaan fisik barang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
terhadap : a
Barang ekspor yang akan diimpor kembali b
Barang ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor kembali
c Barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE;
d Barang ekspor yang dikenai bea keluar;
e Barang ekspor yang berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal
Pajak; atau f
Barang ekspor yang berdasarkan hasil analisis informasi lainnya terdapat indikasi yang kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi
pelanggaran ketentuan perundang-undangan. 3
Pemeriksaan fisik barang sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan secara selektif terhadap:
a Barang ekspor yang mendapat fasilitas KITE dengan skema
pembebasan bea masuk danatau cukai; atau b
Barang ekspor yang dikenai bea keluar. 4
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 dapat dilaksanakan di kawasan pabean, gudang eksportir, atau tempat lain yang
digunakan eksportir untuk menyimpan barang ekspor. 5
Penyelidikan terhadap barang yang diduga palsu dan hasil dari pembajakan. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan tidak disebutkan secara rinci bentuk-bentuk upaya penyelidikan untuk mengatasi barang palsu dan hasil
Universitas Sumatera Utara
bajakan ini. Namun secara fungsional sebagai pengawas lalu lintas barang impor dan atau ekspor di wilayah kepabeanan Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cuka dapat mengacu pada Job Descripiton bagian yang menindaklanjuti temuan dari hasil penelitian dokumen maupun pemeriksaan
fisik. Upaya penyelidikan ini dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai di bidang Pengawasan. Ketentuan ini telah diatur dalam Pasal 9 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 139PMK.042007 Tentang Pemeriksaan Pabean Di Bidang Impor yaitu : “Dalam hal berdasarkan pemeriksaan pabean terdapat:
a. Barang impor yang tidak diberitahukan; atau
b. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor
Maka pejabat pemeriksa dokumen menyerahkan pemberitahuan pabean beserta dokumen pelengkap pabeannya tersebut kepada pejabat bea dan cukai yang
bertanggung jawab dibidang pengawasan untuk dilakukan penyelidikan”. Penindakan terhadap barang yang diduga kuat merupakan barang palsu dan
hasil bajakan. Sebagai upaya penindakan atas hasil penyelidikan tersebut Pejabat bea dan Cukai melakukan tindakan berupa :
a. Penangguhan Pengeluaran Barang Berdasarkan Perintah Tertulis Ketua
Pengadilan Niaga. Ketentuan mengenai cara penangguhan pengeluaran berdasarkan perintah tertulis ketua pengadilan niaga mengacu pada Undang-
Undang no.10 Tahun 1995 jo Undang-Undang No.17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan yaitu :
1 Pasal 54 disebutkan bahwa: Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas
merek atau hak cipta, ketua pengadilan niaga setempat dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk menangguhkan
Universitas Sumatera Utara
sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor dari Kawasan Pabean yang berdasarkan bukti yang cukup, diduga merupakan hasil pelanggaran
merek dan hak cipta yang melindungi di Indonesia. 2
Pasal 55 : Permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diajukan dengan disertai:
a bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek atau hak cipta yang
bersangkutan; b
bukti pemilikan merek atau hak cipta yang bersangkutan; c
perincian dan keterangan yang jelas mengenai barang impor atau ekspor yang dimintakan penangguhan pengeluarannya, agar dengan cepat dapat
dikenali oleh Pejabat Bea dan Cukai; dan jaminan. 3
Pasal 5 Berdasarkan perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54,
pejabat bea dan cukai: a
memberitahukan secara tertulis kepada importir, eksportir, atau pemilik barang mengenai adanya perintah penangguhan pengeluaran barang impor
dan ekspor; b
melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor yang bersangkutan dari kawasan pabean terhitung sejak tanggal diterimanya
perintah tertulis ketua pengadilan niaga. c
Pasal 57 disebutkan : 1
Penangguhan pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b dilaksanakan untuk jangka waktu paling lama 10 sepuluh
hari kerja.
Universitas Sumatera Utara
2 Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1, berdasarkan alasan
dan dengan syarat tertentu, dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama 10 sepuluh hari kerja dengan perintah tertulis ketua pengadilan
niaga. 3
Perpanjangan penangguhan terhadap pengeluaran barang impor atau ekspor disertai dengan perpanjangan jaminan
4 Kemudian pada Pasal 58 diatur ketentuan sebagai berikut :
a Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak
cipta yang meminta perintah penangguhan, ketua pengadilan niaga dapat memberi izin kepada pemilik atau pemegang hak
tersebut guna memeriksa barang impor atau ekspor yang diminta penangguhan pengeluarannya.
b Pemberian izin pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan oleh ketua pengadilan niaga setelah mendengarkan dan mempertimbangkan penjelasan serta memperhatikan kepentingan
pemilik barang impor atau ekspor yang dimintakan penangguhan pengeluarannya.
c Selanjutnya pada Pasal 59 disebutkan :
a. Apabila dalam jangka waktu 10 sepuluh hari kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat 1, pejabat bea dan cukai tidak menerima pemberitahuan dari pihak yang
meminta penangguhan pengeluaran bahwa tindakan hukum yang diperlukan untuk mempertahankan haknya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dan ketua pengadilan niaga tidak memperpanjang secara tertulis perintah penangguhan, pejabat bea dan cukai wajib
mengakhiri tindakan penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor yang bersangkutan dan menyelesaikannya sesuai
dengan ketentuan kepabeanan berdasarkan Undang-Undang ini.
b. Dalam hal tindakan hukum untuk mempertahankan hak telah
mulai dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam jangka waktu 10 sepuluh hari kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pihak yang meminta penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor wajib
secepatnya melaporkannya kepada pejabat bea dan cukai yang menerima perintah dan melaksanakan penangguhan barang
impor atau ekspor. c.
Dalam hal tindakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 telah diberitahukan dan ketua pengadilan niaga tidak
memperpanjang secara
tertulis perintah
penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat 2, pejabat bea
dan cukai mengakhiri tindakan penangguhan pengeluaran barang
impor atau
ekspor yang
bersangkutan dan
menyelesaikannya sesuai dengan ketentuan kepabeanan berdasarkan Undang-Undang ini.
d Pada Pasal 60 diatur bahwa : Dalam keadaan tertentu, importir,
eksportir, atau pemilik barang impor atau ekspor dapat
Universitas Sumatera Utara
mengajukan permintaan kepada ketua pengadilan niaga untuk memerintahkan secara tertulis kepada pejabat bea dan cukai agar
mengakhiri penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dengan menyerahkan jaminan yang sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 huruf d. e
Sedangkan untuk Pasal 61 disebutkan bahwa : 1 Apabila dari hasil pemeriksaan perkara terbukti bahwa barang
impor atau ekspor tersebut tidak merupakan atau tidak berasal dari hasil pelanggaran merek atau hak cipta, pemilik barang impor atau ekspor
berhak untuk memperoleh ganti rugi dari pemilik atau pemegang hak yang meminta penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor
tersebut. 2 Pengadilan niaga yang memeriksa dan memutus perkara
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat memerintahkan agar jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d digunakan
sebagai pembayaran atau bagian pembayaran ganti rugi yang harus dibayarkan.
Berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang No.17 tahun 2006 tentang kepabeanan, maka di Indonesia permintaan oleh pemegang atau pemilik hak tersebut diajukan
kepada ketua pengadilan niaga. Dengan dipilihnya jalur permintaan melalui pengadilan ini, maka Pengadilan Niaga berwenang menetapkan penangguhan
sementara pengeluaran barang maupun untuk memutus perkara pelanggaran HKI.
88
88
Susanti Aryaji, Latar Belakang Kerjasama Perdagangan Internasional di Bidang Kepabeanan, Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2009
Universitas Sumatera Utara
1 Pengendalian impor atau ekspor barang yang diduga merupakan hasil
pelanggaran hak atas kekayaan intelektual, selain merek dan hak cipta sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini, ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. 2
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Pasal 54 sampai dengan Pasal 63 diatur dengan Peraturan Pemerintah.Tindakan pejabat bea
cukai secara ex-officio ini dapat dikatakan bersifat aktif,yaitu penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor atas kewenangan karena jabatan ex-
officio berdasarkan bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran HKI. Berdasarkan Pasal 62 tersebut, tidak menguraikan pengertian tindakan
penangguhan karena jabatan serta ruang lingkupnya. Tindakan ini hanya dilakukan kalau memiliki bukti-bukti yang cukup, dan tujuannya adalah untuk mencegah
peredaran barang-barang yang melanggar dan berdampak buruk terhadap perekonomian pada umumnya Beberapa kewenangan yang dimiliki PPNS Bea Cukai
dalam Pasal 112 ayat 2 disebutkan antara lain: a.
Menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak pidana dibidang kepabeanan;
b. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
c. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang kepabeanan; d.
Melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana dibidang kepabeanan;
e. Meminta keterangan dan bukti dari orang yang disangka melakukan tindak
pidana dibidang kepabeanan;
Universitas Sumatera Utara
f. Memotret danatau merekam melalui media audiovisual terhadap orang,
barang, sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana di bidang kepabeanan;
g. Memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut undang-undang
ini dan pembukuan lainnya yang terkait; h.
Mengambil sidik jari; i.
Menggeledah rumah tinggal, pakaian , atau badan; j.
Menggeledahtempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang yang terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana dibidang
kepabeanan; k.
Menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang kepabeanan;
l. Memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang dapat dijadikan
sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang kepabeanan; m.
Mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana di bidang kepabeanan;
n. Menyuruh berhenti orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang
kepabeanan serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka; o.
Menghentikan penyidikan; p.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan menurut hukum yang bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
C.
Upaya Penindakan dan Pengamanan dalam Kegiatan Kepabeanan Internasional
Globalisasi terjadi hampir di semua bidang kehidupan masyarakat. Globalisasi di bidang ekonomi dapat digambarkan dengan adanya suatu situasi di mana terjadi
hubungan saling ketergantungan di antara pihak dalam hal ini negara-negara di dunia sebagai subjek hukum internasional. Ketergantungan tersebut secara tidak langsung
terbentuk sebagai akibat dari upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional tiap negara.
Keinginan tiap negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya membuat pasar dunia dewasa ini cenderung semakin terbuka dan semakin bebas dari hambatan.
Kecenderungan ini adalah fenomena yang tidak dapat dihindari karena setiap negara yang melakukan kegiatan perdagangan internasional menghendaki pasar dunia yang
terbuka bagi produk dalam negerinya untuk dapat diekspor.
89
Oleh karena itu, untuk mempermudah laju ekspor barang tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah mengupayakan agar setiap hambatan perdagangan baik tarif maupun nontariff dapat dikurangi atau dihapuskan melalui perjanjian bilateral, regional maupun
multilateral .Pada tahun 1995, Indonesia secara resmi menjadi anggota WTO dan meratifikasi seluruh perjanjian WTO. Indonesia masuk dalam WTO dengan melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
89
Abdurachman, A. Didi. Sekilas perihal yang bertalian dengan organisasi ekonomi perdagangan Internasional, Pusdiklat Niaga Departemen Perdagangan, Jakarta, 1995, hal 26
Universitas Sumatera Utara
Dunia yang menyatakan bahwa Indonesia mengesahkan persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia.
90
Nilai Pabean barang impor adalah nilai yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya Bea Masuk yang harus dibayar oleh seorang importir. Sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi harga barang yang dapat dijual oleh importir yang bersangkutan. Pengaruh langsung nilai pabean terhadap kegiatan perdagangan ini
telah menyebabkan masalah nilai pabean telah menjadi isu penting didalam arus perdagangan antar negara ditingkat hubungan internasional. Dengan melalui
mekanisme penetapan nilai pabean yang tinggi, suatu barang dapat dihambat pemasukannya ke negara lain.
Bahkan nilai pabean dapat digunakan sebagai sarana anti dumping.
91
Pada awalnya masing-masing negara memiliki pengaturan nilai pabean yang diantara satu
negara dengan negara lainnya sangat berbeda pengaturannya. Masing-masing negara mengatur sendiri sesuai kondisi dan selera masing-masing. Mengingat bahwa nilai
pabean sangat berpengaruh terhadap harga barang yang akan dijual pada suatu negara, maka kondisi ini tentu saja sangat tidak menguntungkan karena dapat menimbulkan
ketegangan hubungan antar negara terutama didalam perdagangan bilateral atau multilateral. Itulah sebabnya Organisasi Perdagangan Dunia WTO=World Trade
Organisation kemudian memandang perlu adanya pengaturan-pengaturan yang seragam dibidang nilai pabean bagi semua anggotanya, yaitu Agreement on
Implementation of Article VII of the GATT 1994. Sebagai salah satu negara yang ikut
90
Indonesia, Undang-Undang tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, Undang-Undang Nomor 7
tahun 1994
91
Yulianto Syahyu. Hukum Antidumping di Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia 2004, hal 44
Universitas Sumatera Utara
aktif dalam kegiatan perdagangan maupun pergaulan dunia internasional, maka Indonesia selalu berusaha untuk dapat menyesuaikan peraturan ataupun ketentuan
hukumnya dengan praktek-praktek yang berlaku di dunia internasional.
92
Kegiatan penindakan dan penyidikan sebenarnya merupakan tindak lanjut dari pengawasan pabean. Pengawasan pabean yang dilakukan melalui penelitian dokumen,
pemeriksaan fisik, audit pasca-impor, maupun patroli jika menemukan adanya pelanggaran atau tindak pidana akan ditindaklanjuti dengan penindakan atau bahkan
penyidikan. Penelitian dokumen atau audit yang menemukan dokumen palsu akan segera ditindaklanjuti dengan penyidikan. Demikian juga apabila dalam pemeriksaan
fisik ditemukan barang terlarang akan ditindaklanjuti dengan penyidikan. Bidang Pencegahan dan Penyidikan bertugas melakukan kegiatan intelijen mulai
dari pengumpulan informasi, pengolahan, dan pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan, pencegahan, penindakan ataupun penyidikan. Apabila
melihat lingkup tugas Bea dan Cukai sebenarnya informasi terbanyak yang digunakan untuk pengawasan pabean adalah informasi yang ada di Kantor Pelayanan. Informasi
yang umumnya dipakai untuk kegiatan pengawasan berada di dalam dokumen Airway Bill AWB, Bill of Lading BL, manifest, Pemberitahuan Impor Barang PIB,
Pemberitahuan Ekspor Barang PEB, Invoice, Polis Asuransi, Certificate of Origin, Letter of Credit LC, profit importir, data pemeriksaan kapal, data kapal, data
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, dan sebagainya yang berada di Kantor Pelayanan karena data tersebut berada dalam dokumen-dokumen yang harus
diserahkan kepada
Bea dan
Cukai dalam
rangka pelayanan.
92
Kartadjoemena, H.S. GATT WTO, Sistem dan Lembaga Internasional dibidang Perdagangan. UI-Press, 1995, hal 38
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya data tersebut sulit diperoleh di Kantor Wilayah karena Kantor Wilayah tidak melakukan pelayanan impor dan ekspor. Kantor Wilayah hanya bisa memperoleh
data tersebut apabila dikirim ke Kantor Pelayanan. Untuk bisa melakukan pengawasan Kantor Wilayah harus mempunyai informasi yang cukup, sedangkan informasi yang
diperlukan ini justru berada di Kantor Pelayanan.
93
Periksa fisik terhadap barang UU Kepabean pasal 82. Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan pabean atas barang impor atau barang ekspor
setelah pemberitahuan pabean diserahkan. Pejabat bea dan cukai berwenang meminta importir, eksportir, pengangkut, pengusaha tempat penimbunan sementara, pengusaha
tempat penimbunan berikat, atau yang mewakilinya menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka sarana pengangkut atau bagiannya, dan membuka setiap
bungkusan atau pengemas yang akan diperiksa. Jika permintaan tidak dipenuhi pejabat bea dan cukai berwenang melakukan tindakan atas risiko dan biaya yang
bersangkutan; dan yang bersangkutan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah. Setiap orang yang salah
memberitahukan jenis danatau jumlah barang dalam pemberitahuan pabean atas impor yang mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk dikenai sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit 100 seratus persen dari bea masuk yang kurang dibayar dan paling banyak 1.000 seribu persen dari bea masuk yang kurang
dibayar. Dengan demikian, upaya penindakan dan pengamanan barang palsu dan hasil
bajakan yang dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai, sebagai berikut:
93
Van Den Bossche, Peter dkk.Op.Cit, hal 51
Universitas Sumatera Utara
1. Barang impor danatau ekspor yang berada di kawasan pabean yang
berada di bawah kewenangannya, setiap akan dikeluarkan dari kawasan pabean maka dikenakan pemeriksaan baik berupa penelitian dokumen maupun
pemeriksaan fisik barang. Untuk penelitian dokumen dilakukan oleh pejabat pemeriksa dokumen atau sistem komputer, sedangkan pemeriksaan fisik
dilakukan oleh pejabat pemeriksa fisik. 2.
Dari hasil temuan penelitian dokumen danatau pemeriksaan fisik terindikasi adanya barang palsu dan bajakan hasil dari pelanggaran HKI yang
hendak diimpor danatau diekspor, selanjutnya dilakukan penyelidikan oleh pejabat bea dan cukai bagian pengawasan. Hasil penyelidikan diserahkan kepada
pejabat bea dan cukai bagian pencegahan dan penyidikan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
3. Pejabat bea dan cukai bagian pencegahan dan penyidikan kemudian
melakukan tindakan berupa penangguhan pengeluaran barang impor danatau ekspor yang diduga kuat merupakan barang palsu dan bajakan hasil pelanggaran
HKI. Penangguhan pengeluaran barang dapat dilakukan berdasarkan kewenangan karena jabatan ex-officio atau karena penetapan tertulis dari ketua pengadilan
niaga. Tindakan penangguhan pengeluaran barang ini dilakukan untuk mencegah barang palsu dan hasil bajakan tersebut beredar ke masyarakat, selain itu juga
untuk menunggu proses hukum lebih lanjut dari pihak terkait. 4.
Pejabat atau Kantor Bea dan Cukai selanjutnya melaporkan temuan tersebut kepada pihak Kepolisian danatau Direktorat Jenderal HKI untuk
dilakukan penyidikan. Proses penyidikan kasus ini kemudian diserahkan dan ditangai oleh Penyidik POLRI dan PPNS Direktorat Bea dan Cukai.
Universitas Sumatera Utara
5. Jadi pejabat atau kantor bea dan cukai tidak berwenang untuk
melakukan penyidikan, hal ini karena pelanggaran HKI di bidang impor danatau ekspor menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1995 jo Undang-Undang No. 17
Tahun 2006 Tentang Kepabeanan tidak termasuk dalam tindak pidana kepabeanan melainkan tindak pidana pelanggaran HKI. Pejabat bea dan cukai hanya dapat
penjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil jika terkait dengan adanya tindak pidana kepabeanan, sehingga secara ex-officio pejabat bea dan cukai tidak berwenang
untuk melakukan penyidikan pelanggaran HKI tersebut. 6.
Jadi dapat ditegaskan bahwa dalam hal terjadi pelanggaran HKI dalam impor danatau ekspor barang, maka tindakan antisipatif kantor bea dan cukai
adalah berupa penangguhan pengeluaran barang sementara waktu, yang dimungkinkan pihak terkait dapat melakukan proses hukum lebih lanjut.
Penegakkan hukum yang menyangkut HKI di Indonesia melibatkan beberapa instansi pemerintah yaitu kepolisian, kejaksaan, badan peradilan, Depkumham dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kesiapan aparat penegak hukum sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kecakapan mereka melaksanakan segala
ketentuan perundang-undangan HKI. Tentu saja negara harus menciptakan ketentuan perundang-undangan HKI yang memadai untuk dapat dijadikan dasar
menjalankan segala kewenangan di dalam penegakkan hukum HKI oleh pejabat pemerintah. Dalam hal kegiatan di pabeanan ini, yang berperan sebagai pihak
yang bertugas dalam kegiatan pemeriksaan, laporan keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan
kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan pihak kepabeanan,
dan atau
sediaan barang
dalam rangka
pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
ketentuanperaturan perundang-undangan di pihak kepabeanan adalah pihak bagian Audit Kepabeanan.
Kebijakan penerapan tindakan Pengamanan safeguard oleh negara pengimpor dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yaitu melakukan penyidikan dan pembuktian,
menentuan adanya kerugian atau ancaman kerugian, dan penerapan tindakan pengamanan. Adapun lembaga yang berwenang menangani masalah safeguard yaitu
Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI, dan Direktorat Pengamanan Perdagangan DPP khususnya terhadap adanya tuduhan tindakan safeguard dari
negara lain.
94
94
http:rayvictory.wordpress.com20120525dampak-kebijakan-terhadap-perdagangan- internasional diakses tanggal 17 Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan