102
data ganda akan tetapi sudah melakukan konsolidasi data untuk memastikan NIK data single. Selain itu juga masih ditemukan masyarakat yang belum melakukan perekaman karena
sebagian masyarakat yang berada diluar kota.
2. Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi suatu kebijakan. Implementasi perlu didukung oleh sumber daya manusia, sumber daya finansial dan
sumber daya sarana prasarana. Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya
sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya
financial saran prasaranan, dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Van Metter dan Van Horn menegaskan bahwa sumber daya kebijakan
tidak kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya
ini terdiri dari atas dana atau intensif lain dalam implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi suatu kebijakan.
a. Kuantitas dan Kualitas Pelaksana
Jumlah dan kualitas personil yang memadai sangat diperlukan untuk pelaksanaan sebuah kebijakan. Jumlah dan kualitas yang terbatas akan menghambat keberhasilan
implementasi kebijakan tersebut. Kurangnya personil untuk melaksanakan suatu program, maka kebijakan atau program apapun tidak dapat berjalan dengan baik dan hanya akan tinggal
sebagai dokumen tanpa ada realisasinya. Sehingga ketersediaan sumber daya yang cukup dan berkompeten dibidangnya menjadi kebutuhan penting dalam implementasi.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Ricardo Simbolon, S.Mn selaku Sub. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dalam hal ketersediaan sumber daya pelaksana
mengatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara
103
“Dalam jumlah sumber daya manusia kita tidak ada kendala, jumlah SDM yang sekarang bisa dikatakan sudah cukup untuk pelaksanan kebijakan pelayanan KTP-
el ini. Setiap seksibagian sudah memiliki personil yang cukup.” hasil wawancara Januari 2017
Untuk pertanyaan selanjutnya penulis menanyakan kepada Bapak Lemen Manurung, S.Pd selaku Kepala Disdukcapil Kabupaten Samosir perihal apakah ada kendala yang dihadapi
terkait ketersediaan SDM: “Sumber Daya Manusia nya kalau dalam hal jumlah sudah cukup, baik SDM yang
berhubungan langsung dengan masyarakat maupun yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. Namun yang menjadi masalah adalah masih
kurangnya sumber daya manusia yang dijadikan ADB administrator database yang sebagai penanggung jawab yang berkaitan dengan web dan Operator KTP-el yang
sebagai perekam dan pencetak KTP-el karena dibutuhkan minimal 2 orang sebagai ADB dan 3 orang sebagai operator KTP-el yang diwajibkan harus PNS.”
hasil wawancara Januari 2017 Ditambahi oleh Ibu Sonny selaku Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk
mengenai siapa aja SDM yang ikut berperan dalam melaksanakan pelayanan KTP-el ini: “Banyak yang ikut berperan sebagai pelaksana dalam kebijakan pelayanan KTP-el
ini yaitu front office bagian pendaftaran, verifikator, operator SIAK, administrator kependudukan, kepala seksi sistem informasi administrasi
kependudukan, kepala bidang pelayanan pengelolaan informasi administrasi kependudukan dan pemanfaatan data dan kepala dinas kependudukan dan
pencatatan sipil kabupaten samosir.” hasil wawancara Januari 2017
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa jumlah implementor yang ikut dalam pelaksanaan kebijakan pelayanan KTP-el ini sudah memadai. Namun masih
Universitas Sumatera Utara
104
terdapat kendala dalam sumber daya manusia dimana masih kurangnya SDM yang dijadikan ADB administrator database dan Operator KTP-el yang masing-masing berjumlah 2 orang
untuk ADB dan 3 orang untuk Operator KTP-el. Ketersediaan sumber daya manusia dalam hal kuantitas tidaklah cukup dalam mencapai
keberhasilan implementasi suatu kebijakan tanpa diimbangi dengan kualitas sumber daya manusianya juga. Selain kuantitas, kualitas sumber daya manusia juga menjadi hal yang
penting. Dibutuhkan orang-orang yang berkompeten dan ahli dalam bidangnya sehingga kebijakan dapat tepat sasaran dan tujuan.
Dalam kebijakan pelayanan KTP-el, penulis juga menanyakan kepada Bapak Lemen Manurung selaku Kepala Disdukcapil mengenai bagaimana sebenarnya kualitas sumber daya
manusia yang menunjang keberhasilan program KTP-el: “Para implementor yang berperan dalam pelaksanaan kebijakan pelayanan KTP-el
merupakan orang yang sudah berkompeten dan ahli dalam bidangnya. Implementor yang sangat ikut berperan dalam kebijakan pelayanan KTP-el ini adalah ADB
administrator database dan Operator KTP-el. Mereka mendapatkan pelatihan khusus dalam penerapan KTP-el di Jakarta. Pelatihan dilakukan setiap tahun oleh
Kemendagri, ADB mendapatkan pelatihan 3 kali setahun, sedangkan Operator KTP-el mendapat pelatihan 2 kali setahun.”
hasil wawancara Januari 2017 Ditambahkan oleh masyarakat yaitu Ibu Hasnarita Damanik mengenai sumber daya
manusia yang berperan dalam pelaksanaan kebijakan pelayanan KTP-el bahwa: “Seiring dengan proses kebijakan pelayanan KTP-el yang berjalan dengan lancar
memang tidak dapat dipungkiri karena kemampuan para petugas yang memberikan pelayanan KTP-el kepada kami sudah dapat dikatakan baik. Saya melihat mereka
memang sudah ahli dalam bidangnya karena tidak pernah gagal sehingga proses kebijakan KTP-el di Kabupaten Samosir ini berjalan dengan lancar.”
Universitas Sumatera Utara
105
hasil wawancara Januari 2017 Bapak Freddy juga sebagai masyarakat menambahkan sehubungan dengan implementor
yang berperan dalam pelayanan KTP-el bahwa: “Untuk para petugas yang melakukan pelayanan KTP-el disini kami melihat
mereka sudah berkompeten dan memang layak di dalam melaksanakan tugasnya .” hasil wawancara Januari 2017
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan dan kompetensi para implementor yang terlibat dalam proses pembuatan KTP-el sudah tidak perlu
lagi diragukan keahliannya karena mereka sudah mampu dan ahli dalam bidangnya. b.
Sumber Daya Kebijakan Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk memperlancar
administrasi implementasi suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif dan sarana prasarana dalam implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap
gagalnya implementasi kebijakan. Untuk mengetahui berapa sebenarnya dana dan kemana saja pembagian dana tersebut dibuat
dalam program KTP-el ini, penulis melakukan wawancara kepada oleh Ibu Sonny Panjaitan, SE selaku Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk:
“Untuk dana yang dibutuhkan dalam Pelayanan KTP-el ini sendiri berjumlah 700 juta dimana pembagian dana tersebut saya paparkan yaitu:
1. Untuk pengadaan peralatan pendukung pencetakan KTP-el sebesar Rp.
107.000.000,00 2.
Untuk sosialisasi kebijakan kependudukan melalui media sebesar Rp. 19. 075. 000,00
3. Untuk pengadaan booklet administrasi kependudukan sebesar Rp. 30.000.000,00
4. Untuk pengelolaan data kependudukan Entry dokumen kependudukan yang
dicetak manual ke aplikasi SIAK online sebesar Rp.88.200.000,00 Universitas Sumatera Utara
106
5. Untuk pelayanan keliling perekaman data biometric penduduk untuk KTP-el
pemula sebesar Rp. 70.750.000,00 6.
Untuk pelayanan keliling pendaftaran penduduk di luar kantor sebesar Rp. 154.350.000,00
7. Untuk pelayanan keliling pencatatan sipil di luar kantor sebesar Rp. 44.875.000,00
8. Untuk pengadaan blanko, buku register dan formulir-formulir kependudukan
sebesar Rp. 184.300.000,00 hasil wawancara Januari 2017
Ditambahkan oleh Bapak Lemen Manurung S.Pd selaku Kepala Disdukcapil Kabupaten Samosir perihal dari mana dana tersebut didapat:
“Semua dana yang dialokasikan untuk pembuatan program KTP-el tersebut bersumber dari dana APBN saja tidak ikut APBD karena seperti diketahu bahwa
kebijakan pelayanan KTP-el ini merupakan kebijakan nasional bukan daerah dan semua peralatan serta blanko yang digunakan berasal dari nasional. Sedangkan dana
yang digunakan jika mncakup semua pelayanan seperti kartu keluarga, akta lahir, KTP-el tidak hanya dari APBN saja tetapi juga APBD. Sejauh ini juga saya melihat
dana yang dianggarkan untuk pelayanan KTP-el ini sudah dijalankan sesuai dengan fungsinya.”
hasil wawancara Januari 2017 Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada Bapak Ricardo Simbolon, S.Mn
sebagai Sub. Perencanaan, Evluasi dan Pelaporan untuk menanyakan sumber daya kebijakan dalam hal sarana prasarana:
“Ada banyak sarana dan prasarana yang digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan KTP-el tersebut dan semua sarana prasarana tersebut sudah tersedia
dengan lengkap. Sarana prasarana yang digunakan itu ada gedung kantor yang
Universitas Sumatera Utara
107
memadai 1 unit, kendaraan operasional baik roda 2 ada 6 unit maupun roda 4 ada 1 unit, mejakursi kerja 35set, meja komputer 15 buah, server 3 buah,
computerlaptop 183 unit, Printer KTP-el 20 unit, iris scanner 1 buah, UPS 16 buah, lemarifilling cabinet 158 buah, mesin TIK 5 unit, faximili 1 unit, mejakursi
tamu 1 set, kursi plastic 40 buah, infokusproyektor 11 buah, camera 5 buah, genset 1 buah, AC 2 buah, TV 1 paket, finger print, jaringan TELKOM, dan
signature pad.” hasil wawancara Januari 2017
Menambahi yang disampaikan Bapak Rikardo tadi mengenai sarana dan prasarana yang digunakan dalam implementasi KTP-el. Bapak Vulkemri selaku operator KTP-el
mengatakan: “Sarana dan prasarana yang digunakan di kantor Disdukcapil ini sudah cukup
memadai untuk mengimplementasikan kebijakan yang dibuat, Gedung kantornya lumayan besar dan layak untuk digunakan, begitu juga dengan lingkungan sekitar
kantor yang begitu asri karena berada di tepi danau toba.” hasil wawancara Januari 2017
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dilakukan untuk pelayanan KTP-el apakah sudah memadai atau belum, penulis juga melakukan wawancara
kepada Ibu Endang selaku masyarakat Kabupaten Samosir: “Saya pernah ke Kantor Disdukcapil ketika mau mengurus KTP-el, disitu saya
sambil melihat bagaimana sebenarnya sarana dan prasarana disana, saya melihat memang sudah memadai sarana dan prasarana yang digunakan. Sudah
lengkap semuanya dan masih berfungsi dengan layak tidak ada yang rusak. Kantornya juga lumayan besar dan bersih ”
hasil wawancara Januari 2017
Universitas Sumatera Utara
108
Gambar 4.1 Seperangkat alat perekaman Gambar 4.2 Server
Gambar 4.3 Faximili Gambar 4.4 Mesin tik
Gambar 4.5 Kantor Disdukcapil Gambar 4.6 Tempat pengambilan
Samosir No. Antrian
Universitas Sumatera Utara
109
Gambar 4.7 Ruang Antri Gambar 4.8 Ruang Validasi Berkas
Gambar 4.9 Ruang Antri Merekam Gambar 4.10 Ruang Perekaman
Sumber: Naomi, Januari 2017 Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara kepada Ibu Hasnarita Damanik selaku
masyarakat mengenai apakah ada atau tidak biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan KTP-el: “Sejak diberlakukannya KTP-el disini tahun 2012 kami masyarakat sini tidak
pernah ada dikenakan biaya dalam hal pembuatan KTP-el alias gratis tanpa pungut biaya sepeser pun”
hasil wawancara Januari 2017 Universitas Sumatera Utara
110
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa sumber dana berasal dari APBN dan dana yang dikeluarkan di dalam proses pembuatan KTP-el sebesar 700 juta. Dana
tersebut semua sudah dijalankan sesuai dengan fungsinya. Untuk sarana dan prasarana sudah sangat mendukung untuk proses pembuatan KTP-el. Untuk biaya yang dikeluarkan masyarakat
dalam pembuatan KTP-el ini tidak ada dipungut biaya.
3. Karakteristik Agen Pelaksana