Komunikasi Antar Badan Pelaksana

132 digunakan sesuai dengan fungsinya karena dapat dilihat dari keberhasilan kebijakan tersebut. c. Fasilitas Dalam mendukung terlaksananya implementasi kebijakan program pelayanan KTP-el dengan baik, Disdukcapil sudah menyediakan fasilitas yang memadai untuk digunakan dalam program KTP-el. Fasilitas tersebut meliputi komputerlaptop, server, jaringan Telkom, kamera, signature pad, iris scanner, UPS, infokusproyektor dan finger print. Untuk fasilitas tambahan yang berguna untuk menunjang kenyaman pegawai dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut gedung kantor yang memadai, kendaraan operasional, mejakursi kerja, mesin tik, faxmili, mejakursi tamu, genset, AC, TV. Fasilitas tersebut diharapkan mampu membuat pegawai untuk selalu bersemangat dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Sejauh ini seluruh fasilitas yang tersedia di Disdukcapil Kabupaten Samosir sudah memadai dan layak untuk digunakan untuk proses implementasi.

3. Komunikasi Antar Badan Pelaksana

Komunikasi ini menunjuk kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program. Komunikasi ini harus ditetapkan sebagai acuan. Komunikasi antar organisasi juga menunjuk adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan program. Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn dan Van Mater dalam Widodo 1974 apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami oleh para individu implementor yang bertanggung jawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan Universitas Sumatera Utara 133 tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam consistency and uniformity dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten. Demikian juga halnya dengan pengimplementasian kebijakan program pelayanan KTP-el selaku pelaksana program KTP-el harus mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kebijakan program KTP-el. Maka untuk menciptakan keseragaman persepsi maka dibutuhkan komunikasi yang baik. Hal ini juga didukung melalui wawancara yang telah dilakukan penulis dengan Kadis Disdukcapil, Kabid Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Operator KTP-el. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sonny Panjaitan selaku kabid pelayanan pendaftaran penduduk bahwa komunikasi yang dilakukan dengan baik oleh karyawan menggunakan jenis komunikasi notading petunjuk kepala dinas. Di dalam Disdukcapil bentuk komunikasi internalnya adalah kerjasama yang baik dilakukan sesama pegawai dalam Disdukcapil untuk mencapai tujuan, contohnya dalam mengurus KTP-el harus membawa fotocopy kartu keluarga, ijazah dan akta lahir. Sedangkan komunikasi eksternalnya adalah kerjasama yang dilakukan pegawai dinas dengan masyarakat untuk memperkenalkan program KTP-el, contohnya melalui brosur dan surat edaran Universitas Sumatera Utara 134 Begitu juga dengan kerjasama yang dijalin dengan pihak luar Disdukcapil sudah berjalan dengan baik. Pihak disdukcapil menjalin kerjasama tersebut dengan surat- menyurat. Sebagai contoh pihak Disdukcapil menjalin kerjasama dengan pihak BPJS, KIS, KIP, dan urusan surat miskin yang berupa MOU memorandum of understanding yaitu nota kesepahaman yang merupakan dokumen legal yang menyatakan persetujuan 2 belah pihak atau lebih. Karena seperti yang diketahui untuk dapat memperoleh pelayanan dari pihak BPJS, KIS, KIP, dan urusan surat miskin harus menyediakan syarat yang diambil dari Disdukcapil. Untuk komunikasi pihak Disdukcapil dengan masyarakat dikatakan masih kurang khususnya masyarakat yang tinggal didaerah pedalaman. Mereka menjadi malas mengurus KTP-el karena jarak dari tempat mereka ke kantor Disdukcapil yang cukup jauh. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, maka dapat dianalisis bahwa komunikasi internal dan eskternal sudah dijalankan dengan baik. Sehingga komunikasi yang baik sesama implementor KTP-el dapat menciptakan program KTP-el yang memuaskan dan berjalan dengan lancar. Tapi untuk komunikasi ke masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal didaerah pedalaman masih kurang karena masih dibutuhkan SDM untuk melakukan sosialisasi tersebut.

4. Karakteristik Agen Pelaksana