60
hubungan antara nilai aset tetap, pendapatan asli daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan pada
pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara.D
5.2. Keterbatasan
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbatas dari 33 KabupatenKota
hanya 20 kabupatenkota yang menjadi sampel di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Periode pengamatan dilakukan untuk data APBD Tahun 2012 dan
2014. Karena berbagai keterbatasan data terhadap anggaran belanja pemeliharaan yang ketersediaan datanya harus melalui Penjabaran APBD
melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah, sehingga periode pengamatan hanya dilakukan
selama tiga tahun anggaran. Dengan demikian hasil penelitian ini belum sepenuhnya dapat mencerminkan kondisi aktual pemerintahan daerah di
wilayah Provinsi Sumatera Utara. 2.
Variabel independen dalam penelitian ini dibatasi hanya Nilai Aset Tetapn Pendapatan Asli Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran yang
berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan. Tidak melibatkan variabel lain yang berpengaruh langsung terhadap Anggaran Belanja
Pemeliharaan.
5.3. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen
lainnya dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
Universitas Sumatera Utara
61
2. Untuk Pemerintahan Daerah disarankan untuk menggunakan Daftar
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah sebagai dasar untuk penyusunan anggaran belanja pemeliharaan agar dapat melakukan
pemeliharaan terhadap aset tetap yang memerlukan pemeliharaan sehingga terdapat efisien dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Anggaran Belanja Pemeliharaan
Menurut Halim 2012, anggaran merupakan artikulasi dari perumusan dan perencanaan strategis. Begitu juga dalam organisasi sektor
publik, anggaran menjadi rencana manajerial untuk menerapkan strategi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sektor publik, yaitu
penyediaan pelayanan publik. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk masing masing program dan
aktivitas dalam satuan moneter. Dengan kata lain, tujuan organisasi dan anggarannya akan menjadi panduan dalam segala kegiatan yang akan
dilakukan. Suatu organisasi sektor publik dikatakan mempunyai kinerja yang baik jika segala kegiatannya berada dalam kerangka anggaran dan
tujuan yang ditetapkan serta mampu mewujudkan strategi yang dimiliki. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 disebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua barang selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan
secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah,
menambah atau mengurangi bentuk maupun kontruksi asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari
Universitas Sumatera Utara
9
segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa:
1. Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari hari
oleh unit pemakaipengurus barang tanpa membebani anggaran; 2.
Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidikterlatih yang
mengakibatkan pembebanan anggaran; dan 3.
Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang
pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi dapat diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan
anggaran. Belanja pemeliharaan merupakan salah satu rekening obyek
belanja dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, 2010 belanja adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah. Belanja pemeliharaan yang merupakan bagian dari belanja barang
adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa
memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain: pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan
Universitas Sumatera Utara
10
bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin, dan
lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. Belanja Pemeliharaan yang dikeluarkan setelah perolehan aset
tetap yang menambah dan memperpanjang masa manfaat dan atau kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang
dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja harus dikapitalisasi ke dalam belanja modal dan masuk ke dalam laporan
keuangan sebagai penambahan nilai aset tetap dan diberikan penjelasan di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
2.1.2. Nilai Aset Tetap
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, 2010 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua
belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan.
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan.
Universitas Sumatera Utara
11
Peralatan dan mesin mencakup antara lain alat berat, alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga,
alat studio, komunikasi dan pemancar, alat kedokteran dan kesehatan, alat laboratorium, alat persenjataan, komputer, alat eksplorasi, alat pemboran,
alat produksi, pengolahan dan pemurnian, alat bantu eksplorasi, alat keselamatan kerja, alat peraga dan unit peralatan proses produksi yang
masa manfaatnya lebih dari 12 dua belas bulan dan dalam kondisi siap digunakan.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca meliputi antara lain bangunan gedung,
monumen, bangunan menara dan rambu-rambu. Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan jaringan
yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan, irigasi dan jaringan yang terdapat dalam
neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk
pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud akan dimasukkan dalam akun tanah.
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan
Universitas Sumatera Utara
12
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi
perpustakaanbuku dan barang bercorak senibudayaolah raga. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang
dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.
Halim 2007, Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diproleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai dan biaya yang
dapat diukur dengan andal. Dengan kata lalin, aset diakui pada saat diterima kepemilikannya dan atau kepenguasaannya berpindah.
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan;
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka
nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan
sesuai sifat dan karakteristik aset tersebut.
Universitas Sumatera Utara
13
Berdasarkan uraian di atas, barang milik daerah dapat dikelompokkan sebagai aset tetap hanya bila diperoleh dan dimanfaatkan
untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan dengan masa manfaat lebih dari dua belas bulan. Barang milik daerah
dengan kondisi yang rusak berat sehingga tidak siap digunakan atau dimanfaatkan, tidak dapat dikelompokkan sebagai aset tetap. Barang milik
daerah yang rusak berat akan kelompokkan sebagai aset lainnya bila aset tersebut belum dihapuskan.
2.1.3. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah PAD merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri dari: 1.
Pajak daerah; 2.
Retribusi daerah; 3.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4.
Lain lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 disebutkan
bahwa Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
Universitas Sumatera Utara
14
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup: bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD,
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahBUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan pendapatan
asli daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah di luar pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
seperti: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah,
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas
jaminan, pendapatan dari pengembalian dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
15
Berdasarkan uraian di atas, dapat diuraikan bahwa pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah yang bersumber dari sumber ekonomi
asli daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang menjadi hak pemerintah yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. PAD
merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan
kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi. PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan daerahnya.
2.1.4. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006, “sisa lebih pembiayaan anggaran adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Selanjutnya pada Pasal 137 sampai dengan Pasal 153, SiLPA tahun sebelumnya merupakan
penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: 1.
Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;
2. Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
dan 3.
Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
Universitas Sumatera Utara
16
Sejauh ini mekanisme penggunaan SiLPA bersifat pro dan kontra. Penggunaan SiLPA yang bersifat pro yaitu terhadap pengalokasian belanja
modal. Kontra yang terjadi pada pengalokasian SiLPA terhadap belanja pegawai. Sebagian besar SiLPA disumbangkan ke belanja langsung
berupa belanja modal yang secara langsung meyentuh kebutuhan masyarakat. Tetapi pada kenyataannya penggunaan dana SiLPA masuk ke
belanja pegawai. SiLPA juga digunakan untuk permasalahan krusial yang sebelumnya sudah disetujui oleh pihak legislatif.
Jumlah SiLPA yang ideal perlu ditentukan sebagai salah satu dasar evaluasi terhadap pelaksanaan programkegiatan pemerintah daerah
kotakabupaten. Pelampauan target SiLPA yang bersumber dari pelampauan target penerimaan daerah dan efisiensi sangat diharapkan.
Sedangkan yang bersumber dari ditiadakannya programkegiatan pembangunan terlebih dalam jumlah yang tidak wajar sangat merugikan
masyakat.
2.1.5. Belanja Modal
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 duabelas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, “Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah,
gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud”. Dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
17
belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Menurut Halim 2007, “Belanja Modal merupakan pengeluaran
anggaran yang dilakukan dalam rangka perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.”
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan akan menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktivitas masyarakat diharapkan
menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan kebutuhan ekonomi.
Menurut Erlina 2013, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Besaran nilai pembelianpengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga
belibangun aset Permendagri 13 Tahun 2006.
2.1.6. Pengertian APBD
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, 2010, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD memuat rencana pendapatan dan
rencana belanja untuk satu tahun yang setiap tahunnya disusun oleh
Kepala Daerah dan disampaikan kepada DPRD untuk ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Halim 2007 mengemukakan bahwa suatu anggaran daerah termasuk APBD memiliki unsur unsur sebagai berikut:
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci;
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan;
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka; dan
4. Periode anggaran biasanya satu tahun.
Dengan demikian, APBD merupakan suatu rencana keuangan Pemerintah Daerah yang memuat anggaran pendapatan, anggaran belanja,
dan anggaran pembiayaan untuk satu periode tahun anggaran yang telah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD serta ditetapkan
melalui peraturan daerah. Berdasarkan hal di atas, anggaran yang belum ditetapkan dengan peraturan daerah tentu tidak akan bisa dilaksanakan
kecuali terdapat ketetapan khusus yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengecualikannya.
Universitas Sumatera Utara
19
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Nilai Aset Tetap, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Anggaran
Belanja Pemeliharaan, dan Belanja Modal yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Widiasa
2014 “Pengaruh
Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah
PAD terhadap
Belanja Pemeliharaan
dalam realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah study
kasus Pemkab Buleleng”
Variabel dependen:
Belanja Pemeliharaan
Variabel independen:
Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PAD berpengaruh positif terhadap belanja
pemeliharaan Karena hubungan korelasi yang
sangat kuat meskipum persentase rata rata
kenaikan tiap tahunnya lebih tinggi belanja
pemeliharaan, dan Belanja Modal
berpengaruh positif terhadap belanja
pemeliharaan. Dalam penelitian ini untuk
periode tahun anggaran 2008 sampai dengan
2012 ditemukan adanya pengaruh yang kuat,
yang berarti bahwa pemerintah kabupaten
buleleng sudah tidak terlalu bergantung
bantuan transfer dari pusat dalam melakukan
kegiatan belanja daerah dan sudah biasa
melaksanakan otonomi daerah sepenuhnya
Universitas Sumatera Utara
20
karena pendapatan asli daerah yang diterima
oleh pemerintah kabupaten untuk tahun
anggaran 2008 hingga 2012 cukup untuk
membiayai kegiatan pemerintah kabupaten
Buleleng tanpa harus menggunakan
pendapatan asli daerah secara berlebihan.
2 Sembiring
2009 “Analisis
Pengaruh Belanja Modal
dan Pendapatan
Asli Daerah Terhadap
Belanja Pemeliharaan
Dalam Realisasi
Anggaran Pemerintahan
Kabupaten dan Kota di
Propinsi Sumatera
Utara.” Variabel
dependen : Anggaran
Belanja Pemeliharaan
Variabel independen :
Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah
1. Belanja modal dan pendapatan asli daerah
secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap belanja pemeliharaan.
2. Belanja modal dan pendapatan asli daerah
secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap belanja pemeliharaan, namun
belanja modal memiliki pengaruh yang lebih
besar terhadap belanja pemeliharaan.
3 Siswantor
2012 “Pengaruh
Dana Alokasi umum,
Pendapatan Asli Daerah,
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran dan Luas Wilayah
terhadap Belanja
Modal.” Variabel
Dependen: Belanja
Modal Variabel
Independen: Dana Alokasi
Umum, Pendapatan
Asli Daerah, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran dan
Luas Wilayah Secara empiris
penelitian ini membuktikan bahwa
besarnya alokasi belanja modal dipengaruhi oleh
DAU, PAD, SiLPA dan luas wilayah. Secara
parsial DAU tidak berpengaruh terhadap
alokasi belanja modal sedangkan PAD, SiLPA
dan Luas Wilayah berpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
21
4. Setiyani
2015 “pengaruh
Dana Alokasi Umum DAU,
Pendapatan Asli Daerah
PAD, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran
SiLPA, dan Luas Wilayah
terhadap Belanja Modal
studi empiris pada
Kabupaten di Karesidenan
Pati periode 2009-2013.”
Variabel Dependen :
Belanja Modal
Variabel Independen:
Dana Alokasi Umum
DAU, Pendapatan
Asli Daerah PAD, Sisa
Lebih Pembiayaan
Anggaran SiLPA dan
Luas Wilayah. DAU mempunyai
pengaruh secara signifikan tetrhadap
belanja modal, PAD mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap belanja modal,
SiLPA mempunyai pengaruh signifikan
terhadap belanja modal, dan Luas Wilayah
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap belanja modal
5. Jariyah
2014 “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi,
Dana Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah,
Sisa Lebih Pembiyaan
Anggaran, dan Luas Wilayah
terhadap Belanja Modal
studi empiris pada
KabupatenKot a se-Jawa
Tengah.” Variabel
Dependen : Belanja
Modal Variabel
Independen : Pertumbuhan
Ekonomi, Dana Alokasi
Umum, Pendapatan
Asli Daerah, Sisa Lebih
Pembiyaan Anggaran dan
Luas Wilayah Pertubuhan ekonomi
secara parsial tidak berpengaruh
terhadap belanja modal
pemerintah daerah kabupatenKota di
Provinsi Jawa Tengah, dana alokasi umum
secara individual berpengaruh terhadap
belanja modal, pendapatan asli daerah
secara individual tidak berpengaruh terhadap
belanja modal, SiLPA secara individual tidak
berpengaruh terhadap belanja modal, dan luas
wilayah secara individual tidak
berpengaruh terhadap belanja modal
pemerintah daerah KabupatenKota di
Provinsi Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
22
2.3. Kerangka Konseptual