Riwayat Hidup Sekilas Tentang Muhammad Arifin Ilham

36 dikenal orang. Beberapa kali ia meraih juara pidato baik di Asyafi’iyah maupun anata pesantren se-Indonesia dan internasional. Karena kemamapuannya berceramah meski usianya masih remaja Arifin kerap keluar kandang mengisi pengajian di luar pesantren. Setamat dari Aliyah, Arifin melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta, Jurusan Hubungan Internasional. Gelar S1 diraihnya pada tahun 1995. Semasa kuliah ia sering pindah-pindah tempat kos dari Grogol, Kebon Jeruk, Cibubur sampai Pasar Minggu. Perjuangannya untuk menyelesaikan kuliah ternyata tidak kecil. Misalnya buku-buku pelajarannya dibeli dari uang ngamen di terminal, bahkan ia tak malu berjualan baju bekas agar bisa membayar uang kuliah, pernah pula ia menjadi kenek kondektur angkutan umum jurusan Cililitan-Cibubur pada malam. Arifin juga pernah mencoba peruntungan dengan berdagang mie rebus di terminal Pasar Minggu. Dari dagang mie rebus itulah ia berhasil mengumpulkan uang untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 1994 setahun sebelum wisuda.

2. Aktifitas Dakwah

Setelah meraih gelar S-I, aktifitasnya mulai lancar yaitu mengajak orang-orang untuk meninggalkan segala macam perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai atau ajaran yang terkandung dalam Al- Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Yang lebih terkenal dengan sebutan dakwah Islam. Ia berdakwah bukan hanya di kota Jakarta tetapi sudah melalang buana ke berbagai daerah, diantaranya: Lampung, Batam, 37 Balik Papan, Samarinda, dan Banjarmasin. Bahkan ia pernah berceramah di Singapura. Sampai pada tahun 1996 beliau digigit ular peliharaannya, Karena beliau adalah termasuk orang yang penyayang binatang. Sebelum digigit ular beliau sudah bermimpi akan digigit ular dua kali berturut-turut. Setelah digigit ular, ustadz Arifin Ilham mengalami koma yang cukup lama hampir setengah bulan. Selama dua puluh satu hari dalam keadaan koma yang cukup lama tersebut banyak perubahan yang terjadi pada dirinya, seperti diceritakan oleh Ustadz Arifin Ilham, selama kritis beliau mendapat pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di alam bawah sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung, ditemuinya sebuah masjid lalu ia masuk ke dalam masjid tersebut. Di dalam masjid itu telah menunggu tiga shaf para jamaah dengan menggunakan pakaian putih-putih. Salah satu jamaah dari mereka memintanya untuk memimpin mereka berdzikir. Keesokan harinya ia bermimpi kembali, hanya saja sedikit berbeda kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai jelmaan setan. Melihat kehadiran dirinya, para penduduk meminta dirinya menjadi penolong mereka untuk mengusir setan-setan itu. Hari berikatnya ia bermimpi, kali ini ia diminta oleh seorang bapak untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan bapak tersebut ustadz Arifin bergegas menolong dan mengobatinya. 38 Berkat izin Allah, istri bapak tersebut tertolong dan sembuh. 4 Setelah sembuh dari koma dan berbekal pengalaman-pengalaman gaib yang dialaminya, Ustadz Arifin Ilham memantapkan hatinya untuk menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berdzikir. Ternyata lewat proses gigitan ular, Allah SWT menjadikan anak muda ini memimpin majelis dzikir yang jamaahnya kini mencapai ribuan, dari segala status dan segala penjuru. Walaupun kondisinya tidak jauh lebih baik, Ustadz Arifin Ilham mengalmi perubahan suaranya, tetapi tidak ada yang mengetahui rencana Allah, justru dengan suaranya itu Ustadz Arifin Ilham semakin mudah dikenal para jamaah dan masyarakat luas. Musibah digigit ular tersebut, kemudian dia pahami sebagai sebuah teguran dari Allah atas keso mbongannya selama menjadi da’i sebelum ia digigit ular. Sebab selama itu ia merasa paling pintar, paling takwa, paling beriman dan paling soleh. Kesadaran ruhani inilah oleh Ustadz Arifin Ilham dijadikan landasan dzikir yang dilakukan sampai saat ini. Pada awalnya kegiatan dzikir tersebut hanya dilakukan sendiri saja karena manfaatnya yang dirasakannya besar maka ia mengajak kepada masyarakat setempat untuk melakukan dzikir setiap hari seperti yang beliau lakukan. Pada mulanya jamaah yang hadir berjumlah tujuh orang saja, berkat keistiqomahan para jamaah dan kegigihan Ustadz Arifin Ilham kegiatan dzikir ini kemudian berkembang dan mendapat respon positif dari masyarakat dan para jamaah yang hadirpun semakin bertambah hingga memenuhiruangan Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa. 4 Endang Mintarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 40-41