Aktifitas Dakwah Sekilas Tentang Muhammad Arifin Ilham

38 Berkat izin Allah, istri bapak tersebut tertolong dan sembuh. 4 Setelah sembuh dari koma dan berbekal pengalaman-pengalaman gaib yang dialaminya, Ustadz Arifin Ilham memantapkan hatinya untuk menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berdzikir. Ternyata lewat proses gigitan ular, Allah SWT menjadikan anak muda ini memimpin majelis dzikir yang jamaahnya kini mencapai ribuan, dari segala status dan segala penjuru. Walaupun kondisinya tidak jauh lebih baik, Ustadz Arifin Ilham mengalmi perubahan suaranya, tetapi tidak ada yang mengetahui rencana Allah, justru dengan suaranya itu Ustadz Arifin Ilham semakin mudah dikenal para jamaah dan masyarakat luas. Musibah digigit ular tersebut, kemudian dia pahami sebagai sebuah teguran dari Allah atas keso mbongannya selama menjadi da’i sebelum ia digigit ular. Sebab selama itu ia merasa paling pintar, paling takwa, paling beriman dan paling soleh. Kesadaran ruhani inilah oleh Ustadz Arifin Ilham dijadikan landasan dzikir yang dilakukan sampai saat ini. Pada awalnya kegiatan dzikir tersebut hanya dilakukan sendiri saja karena manfaatnya yang dirasakannya besar maka ia mengajak kepada masyarakat setempat untuk melakukan dzikir setiap hari seperti yang beliau lakukan. Pada mulanya jamaah yang hadir berjumlah tujuh orang saja, berkat keistiqomahan para jamaah dan kegigihan Ustadz Arifin Ilham kegiatan dzikir ini kemudian berkembang dan mendapat respon positif dari masyarakat dan para jamaah yang hadirpun semakin bertambah hingga memenuhiruangan Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa. 4 Endang Mintarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 40-41 39 Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa sebelumnya adalah sebuah taman yang digunakan untuk sarana bermain oleh sebagian masyarakat perumahan tersebut. Karena daerah tersebut belum memiliki sarana ibadah maka masyarakat setempat sepakat agar taman tersebut dijadikan sebuah masjid sebagai saran ibadah dan dakwah di daerah tersebut. Maka pada tahun 1995 didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Amru Bi al- Taqwa. Nama masjid tersebut diambil dari nama salah satu guru Ustadz Arifin Ilham yang bernama Ustadz Irfan Amara Bi al-Taqwa. Pada saat itu kegiatan dzikir hanya bertempat di Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa dan bentuknya hanya sebuah majelis. Pada tahun 2000 Ustadz Arifin Ilham muli mengembangkan kegiatan dzikir tersebut. Seiring dengan perjalanan dakwah dan sosial melalui ceramahnya beliau memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk megikuti kegiatan dzikir dan do’a yang dilakukannya. Banyak para jamaah yang menginginkan agar kegiatan dzikir ini tidak hanya berfokus pada satu kajian saja tetapi lebih mengembangkan kegiatan dakwahnya. Atas usulan dari para jamaah tersebut maka Ustadz Arifin Ilham mendirikan majelis dzikir yang bernama al-dzikra. Kata al-dzikra itu sendiri artinya “mengingatkan”, maksudnya adalah mengingatkan kembali kepada Al- Qur’an dan as-Sunnah yang kemudian dzikir ini dikenal dengan dzikir taubat artinya bahwa orang yang bertaubat berarti ia telah kembali dari sesuatu yang dicela oleh agama Islam menuju sesuatu yang disenangi oleh Islam. Setelah kurang lebih setahun mengalami pasang surut terhadap 40 kehadiran para jamaahnya, maka pada bulan Ramadhan 1422 H diselenggarakan dzikir akbar di Masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah TMII, Jakarta Timur pada tanggal 18 Agustus 2001 dan jumlah jamaah yang hadir sekitar 7000 orang. Sejak saat itulah dzikir Ustadz Arifin Ilham dikenal oleh masyarakat banyak sehingga setiap kali dzikir dilaksanakan selalu hadir banya jamaah. Kegiatan dzikir yang pada awalnya hanya dilakukan di satu tempat dan waktunya hanya satu bulan sekali, kini berkembang pesat dan jamaahnya dari berbagai tempat. Nuansa putih pun selalu menyelimuti majelis dzikir al-dzikra, mulai dari tempat hingga pakaian para jamaah yang melambangkan kesucian.

3. Watak dan Akhlak

sebagai seorang da’i orang yang mengajak ke jalan kebenaran Ustadz Arifin Ilham tentu saja memuliki watak dan akhlak, tujuan dari pemaparan tentang Ustadz Arifin Ilham adalah agar umat Islam mengetahui dengan pasti bagaimana watak dan akhlak beliau. Di antara watak dan akhlak beliau yang ada pada dirinya adalah sebagai berikut: Pertama, berkemauan keras. Berdasarkan pengakuan namanya, Ustadz Arifin Ilham itu orangnya keras dalam berkemauan, sehingga dia akan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan kemauannya. Seperti halnya dia berkeinginan untuk melanjutkan ke pesantren modern. 5 Kedua, pekerja keras. Ketika masa-masa berkecimpung sebagai mahasiswa, Arifin sudah enggan menerima bantuan keuangan dari orang tua. Untuk itu beliau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 5 Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 41 41 dengan menjadi knek angkutan umum, bahkan pernah menjadi pengamen. Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham terus melanjutkn tradisi sebagai pekerja dengan membuka sebuah ruko di kawasan Depok dan menjadi salah satu komisaris pada salah satu perusahaan travel dan logistik. Menurut pengamatan penulis, penghasilan dari dakwahnya dan ceramahnya selalu disedekahkan. Sedangkan kebutuhan sehari-hari beliau peroleh dari berbisnis. 6 Ketiga, dermawan. Sejak kecil, menurut namanya sifat dermawan Ustadz Arifin Ilham sudah kelihatan. Sang mamah menceritakan bahwa pada suatu kali ada temannya yang suka dan tertarik pada baju Ustadz Arifin Ilham yang dibelikan mamanya. Setelah temannya berterus terang pada Arifin Ilham, Ustadz Arifin Ilham memberikannya baju tersebut. Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham selalu membiasakan bersedekn setiap hari sebagai zakat amaliah dari zikir tobatnya. 7 Keempat, ikhlas. Ikhlas adalah inti dari ibadah. Tanpanya ibadah tidak akan bernilai dihadapan Allah. Walaupun sifat ikhlas merupakan pekerjaan hati dan sangat rahasia, akan tetapi efeknya dapat dilihat dari perilaku seseorang. Diantara hasil pengamatan penulis terhadap cermin atau refleksi keikhlasan Ustadz Arifin Ilham dalam berdakwah, dapat diterka dari adanya tarif yang dikenakan pada setiap ceramah dan zikirnya. Bahkan di satu acara halal bihalal pada salah satu jamaahnya, Ustadz Arifin Ilham tidak meminta imbalan apapun. Informasi ini didapat dari 6 Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 32 7 Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah. 42 jamaah yang mengadakan acara tersebut dan ketiadaan ujrah tersebut telah disampaikan pada hari sebelum pelaksanaan acara. Ustadz Arifin Ilham dalam beberapa kesempatan selalu menyampaikan bahwa yang beliau cari adalah ridha Allah dan surge- Nya. Memang benar, da’i muda ini tidak menggantungkan hidupnya dari hasil zikir dan ceramahnya. Sebagaimana telah diungkapkan sebelmnya, dia punya usaha sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. 8 Kelima, sederhana. Pada pagi hari seusai sholat subuh, penulis sempat berbincang-bincang di rumahnya yang memang cukup sederhana untuk seseorang yang punya penghasilan Ustadz Arifin Ilham. Salah satu isi perbincangan tersebut ialah mengenai kesederhanaan dan kemewahan. Menurut Ustadz Arifin Ilham memanfaatkan kemewahan dalam Islam tidak dilarang. Tetapi, dia lebih memilih kesederhanaankarena itu gaya hidup Nabi dan sahabatnya. Adapun dua rumah yang dimilikinya, salah satunya adalah hadiah dari jamaahnya dan dipergunakan tamu yang menginap untuk mengikuti acara zikir keesokan harinya. Begitu pula dengan dua mobil, salah satunya merupakan hadiah dari kolega perusahaannya dan dipergunakan untuk kepentingan dakwah, sedangkan yang satunya lagi digunakan untuk kepentingan keluarga. 9 Keenam, rendah hati. Dalam setiap kesempatan Ustadza Arifin Ilham selalu mengatakan bahwa di majelis Al-dzikra yang dipimpinnya, beliau tidak berkedudukan sebagai mursyid atau guru. Dia selalu menegaskan 8 Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, 9 Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 43