Teori S-O-R Ruang Lingkup Respons

20

3. Macam

– macam Respon Menurut Jalaludin Rahmat, “respons dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Kognitif, yaitu respons yang timbul setelah adanya pemahaman terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan. Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi oleh khalayak. b. Afektif, yaitu respons timbul karena adanya perubahan perasaan terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. Timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh khalayak. c. Konatif, yaitu respons yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.” 7 Jadi, respons merupakan tanggapan yang muncul karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Dengan adanya stimulus terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan terhadap khalayak tentu akan timbul repons atau tanggapan.

4. Faktor-faktor penyebab terjadinya respons

Menurut Bimo Walgito dalam buku Psikologi Belajar, bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respon, yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia 7 Ibid h.218 21 terdiri dari dua unsur yaitu; jasmani dan rohani, maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu kedua unsur tersebut, maka akan melahirkan respons yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan repons, atau akan berbeda responsnya tersebut di antara satu orang dengan orang lain. b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada linkungan. Faktor ini biasa dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubungan dengan objek yang dimati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya. 8 Jadi, dengan indera yang dimiliki, setiap individu dapat mengamati segala suatu hal, atau suatu kegiatan yang ditimbulkan oleh daya stimulus, sehingga timbullah suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setelah adanya pengamatan, dan kemudian dapat ditimbulkan kembali sebagai jawaban atau tanggapan. Oleh karena itulah, setiap individu dapat mengingat kembali segala sesuatu yang telah dilihat, didengar maupun dirasakan.

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah Secara bahasa etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’a, yad’u, da’wah yang berarti menyeru, memanggil, mengajak. 9 Dalam 8 Bimo Walgito, Psikologi Belajar, Jakarta: Reneka Cipta, 1997, h.6 9 Mahud Yunus, Terjemahan Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, h.127 22 kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata da’wah yang berarti menyeru, memanggil ataupun mengajak. 10 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. 11 Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah secara bahasa berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan ajaran agama Islam. Sedangkan dakwah secara istilah menurut Syamsuri Siddiq adalah: “Segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencara dalam wujud sikap, ucapan dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung yang ditujukan kepada perorangan, masyarakat atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.” 12 Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah secara istilah adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak Islamiyah. 13 Syaikh Ali Mahfudz yang dikutip oleh Syamsuri Siddiq, memberi batasan mengenai dakwah sebagai membangkitkan kesadaran manusia atas 10 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 2002, Cet. Ke-2, h.127 11 Frista Amanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media, h.232 12 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, Bandung: PT. Al-Maarif, 1981, Cet. Ke-1, h.8 13 Hasan Muarif Ambari, Nurcholis Madjid, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2001, Cet. Ke-9, h. 145