Kesimpulan Saran Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jumlah subjek yang mengalami obesitas adalah 54 dan non obesitas adalah 46. 2. Jumlah asupan kalori pada responden penelitian dengan obesitas adalah sebesar 65,3 kurang, 26,7 baik, dan 8 lebih. 3. Jumlah asupan lemak berlebih pada responden penelitian dengan obesitas adalah sebesar 54,7 kurang, 20 baik, 25,3 lebih. 4. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan kalori terhadap kejadian obesitas, yang dianalisis dengan ujiMann- Whitney U p= 0,107. 5. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan lemak terhadap kejadian obesitas, yang dianalisis dengan ujiMann- Whitney U p= 0,170.

6.2. Saran

1. Untuk penelitian berikutnya, sebaiknya pengambil data Food recall dilakukan sebanyak 3 hari agar didapatkan hasil yang lebih valid. 2. Untuk responden dan masyarakat, walaupun penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna, namun faktor asupan kalori berlebih dan asupan lemak berlebih tetap harus mendapatkan perhatian khusus, agar populasi orang yang menderita obesitas dapat diturunkan. Selain itu, diharapkan pula pada masyarakat yang mengalami obesitas agar memperhatikan pola makan dan tingkat aktifitas fisik setiap hari. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrisi 2.1.1 Definisi nutrisi Nutrisi dapat didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan proses yang terlibat dengan asupan dan penggunaan bahan-bahan makanan. Nutrisi yang cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan perawatan aktivitas- aktivitas dalam tubuh. Beberapa fungsi atau tahapan terlibat dalam proses perolehan makanan: i proses menelan, ii pencernaan, iii absorpsi, iv asimilasi, dan v ekskresi. 10 Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda, tergantung dari umur, jenis kelamin, beratbadan, dan tinggi badan. Karena itu maka diciptakan suatu ukuran minimal yang dibutuhkan untuk setiap individu, yaitu Angka Kecukupan Gizi AKG. Nilai AKG ini berfungsi agar tubuh dapat mempertahankan fungsi normalnya pada suatu keadaan tertentu Sedia oetama, 2006. Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar 2002 klasifikasi tingkat konsumsi asupan energi berdasarkan AKG dibagi menjadi 5 yaitu defisit 70 AKG, kurang 70-80 AKG, cukup 80-100 AKG, baik 100-110 AKG, dan lebih 110 AKG. Tabel 2.1. menunjukkan AKG untuk orang Indonesia. 11 Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Air yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia Kelompok Umur Energi kkal Protein g Lemak g Karbohidrat g Air mL 0-6 bulan 550 12 34 58 800 7-11 bulan 725 18 36 82 1200 1-3 tahun 1125 26 44 155 1500 4-6 tahun 1600 35 62 220 1900 7-9 tahun 1850 49 72 254 1800 10-12 tahun 2100 56 70 289 2000 13-15 tahun 2475 72 83 340 2200 16-18 tahun 2675 66 89 368 2500 19-29 tahun 2725 62 91 375 2600 Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Energi

Kebutuhan energi atau kalori dapat dipenuhi melalui asupan karbohidrat, lemak, dan atau protein dalam makanan. Kebutuhan energi seseorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen – komponen sebagai berikut: 1. Angka Metabolisme BasalAMB kebutuhan sedang istirahat 2. Aktivitas fisik 3. Pengaruh dinamik khusus makanan SDA 12. Kebutuhan energi dapat dihitung berdasarkan kalori per berat badan atau dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict 10 : Perempuan: AMB = 655 + 9.6[BBkg] + 1.8[TBcm] – 4.7Umur Laki ‐laki: AMB = 66 + 13.7[BBkg] + 5[TBcm] – 6.8Umur Perempuan Usia 60 tahun: BEE = 9.2[BBkg] + 637[TBm] – 302 Laki ‐laki Usia 60 tahun: BEE = 8.8 [BBkg] + 1,128[TBm] – 1,071 AMB: Angka Metabolisme Basal; TB : Tinggi Badan; BB : Berat Badan. Metode yang paling sederhana – dan mungkin paling umum – dalam menentukan kebutuhan energi adalah berdasarkan pada angka standard kalori yang dibutuhkan per kilogram berat badan. Metode ini menggunakan berat badan Universitas Sumatera Utara tanpa lemak dan tidak memperhitungkan perbedaan-perbedaan metabolisme energi terkait usia dan jenis kelamin pada orang dewasa 10 . Persamaan Harris-Benedict memperkirakan penggunaan energi yang tersisarestingenergy expenditure REE, yang kemudian harus dimodifikasi berdasarkan pada faktor “stress” atau “aktivitas”. Faktor-faktor stress mencakup kondisi-kondisi seperti operasi minor, retak pada tulang fraktura, trauma, sepsis, dan luka bakar parah. Faktor-faktor aktivitas melibatkan apakah individu sedang atau tidak dalam kondisi istirahat ranjang. Dengan adanya faktor stress, kebutuhan energi sebagaimana dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict meningkat sedikitnya 30 misalnya pada operasi minor dan fraktura atau sampai dengan 80 hingga 130 misalnya pada luka bakar parah. Indvidu yang tidak istirahat ranjang memiliki kebutuhan energi 30 lebih besar dari yang dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict 10 . Asupan kalori atau energi yang melebihi energi yang digunakan disimpan dalam cadangan tubuh. Karbohidrat utamanya disimpan sebagai glikogen hati dan otot. Lemak, yang disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa, meliputi cadangan tenaga tubuh terbesar 10 . 2.2 Obesitas 2.2.1 Definisi obesitas Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial, yang terjadiakibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapatmengganggu kesehatan. Obesitas terjadi jika besar dan jumlah sellemak bertambah pada tubuh seseorang. Ukuran sel lemak akan bertambah besar dankemudian jumlahnya bertambah banyak jika seseorang bertambahberat badannya,. Obesitas merupakan suatukelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energiyang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktorgenetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakitini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaandengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaanobesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko Universitas Sumatera Utara penyakitkardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolikatau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensiinsulinhiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis,hiperfibrinogenemia dan hipertensi 13. Obesitas terjadi sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Berat badan akan bertambah jika energi dalam jumlah besar dalam bentuk makanan yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh sebab itu, kelebihan adipositas obesitas disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di adiposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposity sebanyak empat kali normal dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus 14 .

2.2.2 Etiologi obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional 14 . a. Genetik Obesitas sering dijumpai dalam keluarga, dan pewarisan berat badan serupa dengan tinggi badan. Namun, pewarisan biasanya bukan bersifat mendelian dan peran gen dan faktor lingkungan sulit dibedakan. Orang yang diadopsi lebih mirip dengan orang tua biologik daripada orang tua angkat mereka dalam kaitannya dengan obesitas, yang memberi dukungan kuat atas pengaruh Universitas Sumatera Utara genetik. Demikian juga, kembar identik memiliki IMT yang sangat mirip tanpa bergantung apakah mereka dibesarkan bersama atau terpisah, dan IMT mereka jauh lebih berkorelasi dibandingkan pada kembar dizigot. Berbagai efek genetik tersebut tampaknya berkaitan dengan asupan dan pengeluaran energi 1 . Peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20- 25 kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik gen tunggal dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak 14 . b. Aktivitas fisik Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisikyang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan 14 . Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1 tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2 angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari pengeluaran Universitas Sumatera Utara energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal 14 . c. Perilaku makan Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti 14 . d. Neurogenik Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan seekor binatang makan secaraberlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisisyang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami Universitas Sumatera Utara obesitasyang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas padamanusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus.Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makanyaitu hipotalamus lateral HL yang menggerakkan nafsumakan awal atau pusat makan dan hipotalamus ventromedial HVM yang bertugas meintangi nafsu makan pemberhentianatau pusat kenyang. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bilaHL rusakhancur maka individu menolak untuk makan atauminum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan danminum diberi infus. Sedangkan bila kerusakan terjadi padabagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dankegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagianventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secaraberlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata padaneurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenikseperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenikseperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasimakannya 14 . e. Sindrom spesifik lain yang berkaitan dengan obesitas Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampaksindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah sindrom cuhsing, hipotiroidisme, insulinoma, kraniofaringioma dan penyakit lain yang mengenai hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan 1 .

2.2.3 Klasifikasi obesitas

IMT Indeks Massa Tubuh IMT merupakan petunjuk dasar untuk memantaustatus gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan beratbadan. Untuk pengukurannya sendiri digunakan indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi dalam meter kuadrat m2. Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan Universitas Sumatera Utara proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi 13 .Tabel dibawah ini merupakan klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa 20 tahun berdasarkan IMT menurut Kriteria Asia Pasifik 16 : Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan ObesitasBerdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik. Klasifikasi IMT kgm2 Berat badan kurang 18,5 Kisaran normal 18,5 - 22,9 Berat badan lebih ≥ 23 Berisiko 23,0 – 24,9 Obesitas I 25 – 29,9 Obesitas II ≥ 30 Sumber : WHO WPRIASOIOTF dalam The Asia-Pasific Perspective: Redefinig Obesity and its Treatment 2000 IMT berdasarkan umur 2 – 20 tahun dan jenis kelamin mengunakan IMT menurut United State Department of Health and Human Service Tahun 2000 dan diplotkan dalam grafik Centers for Disease Control andPrevention CDC 20 .Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State Department of Health and Human Service Tahun 2000, adalah : Tabel 2.3 Kategori IMT menurut Umur dan Jenis Kelamin Kategori Status Gizi IMT Gizi Kurang 5 percentile Gizi Normal 5 – 84 percentile Gizi Lebih 85 – 94 percentile Obesitas ≥ 95 percentile Sumber : United State Department of Health and Human Service Tahun 2000. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kurva IMT CDC untuk laki-laki Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Kurva IMT CDC untuk perempuan Universitas Sumatera Utara Indeks massa tubuh IMT adalah ukuran yang menyatakan komposisi tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan pola hidup, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak dan protein, serta rendah karbohidrat. IMT tidak dapat membedakan otot dengan lemak, selain itu pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam tubuh yang merupakan factor penentu utama risiko gangguan metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan. Pola penyebaran lemak tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan pinggul atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul 17 .

2.2.4 Jenis obesitas

Jaringan adiposa tidak terisolasi pada area tertentu di tubuh, melainkan tersebar menyeluruh. Pada wanita 18 berat badan adalah lemak sedangkan pada pria 16 berat badan adalah lemak. Pada tubuh manusia, lemak didistribusikan menjadi 2 kategori yaitu disimpan pada area panggul dan kaki “pear-shaped” – obesitas perifer atau disimpan terpusat disekitar abdomen “apple-shaped” – obesitas sentral 18 . Rasio Lingkar Perut LPe dan Lingkar Panggul LPa merupakan cara sederhana untuk membedakan obesitas bagian bawah tubuh panggul dan bagian atas tubuh pinggang dan perut.Jika rasio antara lingkar pinggang dan lingkar panggul untuk perempuan diatas 0.85 dan untuk laki-laki diatas 0.95 maka berkaitan dengan obesitas sentral apple-shaped obesity dan memiliki faktor resiko stroke, DM, dan penyakit jantung koroner. Sebaliknya jika rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul untuk perempuan dibawah 0,85 dan untuk laki-laki dibawah 0,95 maka disebut obesitas perifer pear-shaped obesity 18 . Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Pear-shaped. http:www.healthcentral.comcommonimages223229_598329_5.jpg

2.2.5 Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul RLPP

Teknik pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas 2013 yaitu sebagai berikut : a. Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran. b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah. c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal pahapanggul. d. Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal pahapanggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal ekspirasi normal. e. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulaidiambil dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran. Universitas Sumatera Utara f. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi. g. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm 6 . Teknik pengukuran lingkar panggul menurut Riskesdas 2013 yaitu sebagai berikut : a. Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata pada setiap kaki. b. Palpasi dan tetapkan daerah trochanter mayor pada tulang paha. c. Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita biasanya di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya sekitar 2 - 4 cm bawah pusar. d. Lingkarkan pita ukur tanpa melakukan penekanan. e. Ukur lingkar pinggul mendekati angka 0,1cm 6 .

2.2.6 Komplikasi obesitas

Obesitas memiliki dampak merugikan yang besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50 sampai 100 resiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab kardiovaskular. Berikut beberapa efek patologis dari obesitas adalah resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2, gangguan pada sistem reproduksi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, Gallstones batu empedu, kanker, penyakit tulang, sendi dan kulit 1 .

2.3 Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas

Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa asupan nutrisi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan 19 . Temuan ini sejalan dengan sejumlah penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Rembulan dkk yang meneliti orang Universitas Sumatera Utara dewasa di Kota Pekan Baru 21 , Christina dkk yang meneliti karyawan perusahaan migas 22 , Pujiati dkk yang meneliti pada polisi pria di Purworejo 23 . Dengan berbagai latar belakang yang berbeda, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi obesitas lebih banyak dijumpai pada responden dengan asupan energi yang berlebih. Penelitian yang dilakukan oleh Arora dkk menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak dapat meningkatkan berat tubuh 17 .Garaulet dkk terhadap 85 sampel obesitas tingkat 1 dan tingkat 2 berumur 30-70 tahun menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak merupakan faktor yang berhubungan denganobesitas 24 . Asupan lemak memiliki densitas energi lebih tinggi dibandingkan zat gizi makro lain. Satu gram lemak menyumbang 9 kilokalori. Efek stimulasi makanan berlemak pada asupan energi karena rasa enak di mulut ketika mengonsumsi makanan berlemak. Makanan berlemak mengatur sinyal yang mengontrol rasa kenyang dengan cara melemahkan, menunda, dan mencegah pada waktu seseorang mengonsumsi makanan berlemak 16 . Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Pada awal pembentukan obesitas, sel sel lemak yang sudah ada membesar. Seorang dewasa rata – rata memilki 40 milyar sampai 50 milyar adiposity. Setiap sel lemak dapat menyimpan maksimal 1,2 µg trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika yang bersangkutan terus mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dikeluarkan, maka akan terbentuk lebih banyak adiposit 15 . Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang