BAB IV PERANAN BADAN LEMBAGA PERMANENT COURT OF ARBITRATION
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LAUT CINA SELATAN
A. Latar Belakang Sengketa Laut Cina Selatan
Sebuah kawasan atau negara belahan bumi ini akan menjadi primadona bagi kawasan atau negara lain apabila kawasan atau negara tersebut
mempunyai aspek strategis yang bisa mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan kawasan dan negara tertentu. Demikian
halnya dengan kasus Laut Cina Selatan, ada beberapa aspek yang membuat Laut Cina Selatan menjadi penting bagi negara manapun.
Secara geografis, Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh negara pantai yaitu Republik Rakyat Tiongkok RRT, Taiwan, Vietnam, Kamboja,
Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Luas perairan Laut Cina Selatan mencakup Teluk Siam yang dibatasi Vietnam,
Kamboja, Thailand, dan Malaysia serta Teluk Tonkin yang dibatasi Vietnam dan RRC. Kawasan Laut Cina Selatan merupakasan kawasan bernili ekonomis,
politis dan strategis yang sangat penting, kondisi geografis posisinya yang strategis sebagai jalur pelayaran perdagangan SLOT dan jalur komunikasi
internasional SLOC yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal ini telah merubah jalur Laut Cina Selatan menjadi rute tersibuk di
dunia, karena lebih dari setengaj perdagangan dunia berlayar melewati Laut Cina Selatan setiap tahun. Tentang data perdagangan 3 negara raksasa ekonomi
yaitu India, Amerika Serikat dan Jepang, diperkirakan lebih dari setengah jumlah kapal-kapal super tanker dunia melewati jalur laut ini.
60
Sebuah kawasan Penemuan gas dan minyak bumi pertama kali di pulau Spartly adalah pada tahun 1968. Menurut data dari The Geology and Mineral
Resource Ministry of the People’s Republic of China RRC memperkirakan bahwa kandungan minyak yang terdapat di kepulauan Spartly adalah sekitar
17,7 milyar ton 1,60 x 1010kg. Fakta tersebut menempatkan kepulauan Spartly sebagai tempat cadangan minyak terbesar keempat di dunia.
61
Sumber daya hidrokarbon juga menjadi daya tarik tersendiri. Menurut estimasi Survei Geologi Amerika Serikat USGS 60-70 hidrokarbon di
kawasan ini merupakan gas alam. Sementara itu, penggunaan sumber daya gas alam diproyeksikan bertambah sebanyak 5 pertahun untuk dua dekade yang
akan datang. Jumlahnya diperkirakan sebanyak 20 triliun cubic feet TCF per tahun, lebih cepat dari bahan bakar lainnya.
62
Laut Cina Selatan juga dikenal sebagai jalur pelayaran yang penting. Jalur pelayaran ini seringkali disebut maritime superhighway karena
merupakan salah satu jalur pelayaran internasional paling sibuk didunia. Lebih dari setengah lalulintas supertanker dunia berlayar melalui jalur ini lewat Selat
Malaka, Sunda, dan Lombok. Jumlah supertanker yang berlayar melewati jalur Selat Malaka dan bagian barat daya Laut Cina Selatan bahkan lebih dari tiga
60
http:jejaktamboen.blogspot.co.id diakses tanggal 01 Desember 2016
61
http:militaryanalysisonline.blogspot.com201309sengketa-kepulauan-spratly- potensi.html diakses tanggal 01 Desember 2016
62
Simela Victor Muhammad Kepentingan China dan Posisi ASEAN dalam Sengketa Laut Cina Selatan : Info Singkat Hubungan Internasional Vol. IV No. 08IIP3DIApril2012 Hal.
6
kali yang melewati Terusan Suez dan bahkan lebih dari lima kali lipatnya Terusan Panama.
63
Selama dua puluh tahun kedepan konsumsi minyak bumi di negara- negara Asia akan naik 4 rata-rata per tahun. Apabila laju pertumbuhan tetap
konsisten, permintaan minyak bumi akan naik menjadi 25 juta barel per hari. Mau tidak mau untuk mengatasi permintaan Asia dan Jepang harus dilakukan
impor minyak dari Timur Tengah. Kapal-kapal tanker pengangkut minyak dari Timur Tengah ke negara-negara Asia tersebut setelah melewati Selat Malaka
harus melewati Laut Cina Selatan. Pelayaran komersial di Laut Cina Selatan didominasi oleh bahan mentah yang menuju negara-negara Asia Timur, yang
melewati Selat Malaka dan Kepulauan Spartly sebagian besar adalah kargo cair seperti minyak atau gas alam cair LNG, sementara kargo kering kebanyakan
batu bara dan biji besi. Pengangkatan LNG melalui Laut Cina Selatan mewakili dua per tiga dari perdagangan LNG seluruh dunia menuju Jepang, Taiwan, dan
Korea Selatan.
64
Sengketa teritorial di Laut Cina Selatan South China Sea atau SCS ini diawali oleh klaim Republik Rakyat Tiongkok RRT atas Kepulauan Spratly
atau Paracel pada tahun 1974 dan 1992.
65
Hal ini dipicu pertama kali oleh Republik Rakyat Tiongkok RRT karena mengeluarkan peta yang
memasukkan Kepulauan Spratly, Paracels, dan Pratas. Pada tahun yang sama Republik Rakyat Tiongkok RRT mempertahankan keberadaan militer di
63
Ibid
64
Ibid
65
Evelyn Goh, Meeting The China Challenge : The U.S. in Southeast Asian Regional Security Strategies, East-West Center Washington, 2005, Hal. 31.
kepulauan tersebut.
66
Tentu saja klaim tersebut segara mendapat respon dari negara-negara yang perbatasannya bersinggungan di Laut Cina Selatan,
utamanya negara-negara anggota ASEAN Association of Southeast Asian Nations. Adapun negara-negara tersebut antara lain, Vietnam, Brunei
Darussalam, Filipina, dan Malaysia.
67
Di Laut Cina Selatan terdapat empat kepulauan dan karang yaitu, Paracel, Spartly, Pratas dan Kepulauan Maccalesfield. Meskipun sengketa
teritorial di Laut Cina Selatan tidak terbatas pada dua gugusan Kepulauan Spartly dan Paracel, perselisihan mengenai Pulau Phu Quac di Teluk Thailand
antara Kamboja dan Vietnam, namun klaim multilateral Spartly dan Paracel lebih menonjol karena intensitas konfliknya. Sejak klaim Republik Rakyat
Tiongkok RRT atas kepulauan di Laut Cina Selatan pada tahun 1974, Republik Rakyat Tiongkok RRT menganggap wilayah Laut Cina Selatan
sebagai wilayah kedaulatan lautnya. Pada tahun 1974, ketika Republik Rakyat Tiongkok RRT menginvasi Kepulauan Paracel ini juga diklaim oleh Vietnam.
Pada tahun 1979, Republik Rakyat Tiongkok RRT dan Vietnam berperang sengit dipebatasan dan angkatan laut kedua negara bentrok ditahun 1988,
kedua angkatan laut bentrok di Jhonson Reef di Kepulauan Spartly yang mana menelan korban dengan tenggelamnya beberapa kapal Vietnam dan 70 orang
anggota prajurit Vietnam gugur.
68
Pada tahun 1992, 1995, dan 1997,
66
Ibid
67
http:www.eastasiaforum.org20110629Cina-s-militant-tactics-in-the-south-china- sea diakses tanggal 01 Desember 2016
68
Evelyn Goh, Op.Cit Hal 19
bersamaan dengan Filipina, Vietnam menganggap Kepulauan Spratly dan Paracel merupakan wilayah kedaulatannya.
69
Pada tahun 1996, terjadi kontak senjata antara Republik Rakyat Tiongkok RRT dengan Filipina. Pada tahun 1998, Filipina menembaki kapal
nelayan Vietnam. Tahun 2000, tentara Filipina menembaki nelayan Republik Rakyat Tiongkok RRT. Pada tahun 2001, tentara Vietnam menembakkan
tembakan peringatan kepada pesawat Filipina yang mengelilingi Kepulauan Spartly. Konflik Laut Cina Selatan antara Republik Rakyat Tiongkok RRT
dengan Vietnam ini kemudian menibulkan gerakan massa Anti-Republik Rakyat Tiongkok di Vietnam pada tanggal 14 Mei 2014, yang melakukan
demonstrasi menyusul ketegangan antar dua negara, yang pada awalnya berlangsung dengan tenang namun berujung dengan kerusuhan terhadap
beberapa perusahasan asing dinegara tersebut serta massa membakar dan menghancurkan 15 pabrik yang kebanyakan dimiliki oleh perusahaan asal
Republik Rakyat Tiongkok.
70
Pada tanggal 24 Mei 2014, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung membeberkan suatu langkah ilegal yang dilakukan oleh Republik Rakyat
Tiongkok RRT yaitu menempatkan anjungan minyak Haiyang 981 di Laut Cina Selatan dan pengerahan kapal-kapal patroli untuk perlindungan anjungan ,
69
Ibid
70
Republika.co.idberitainternasionalglobal140514n5kc8v-massa-anticina-bakar-15- pabrik-di-vietnam diakses tanggal 03 desember 2016
yang mana ini menurut beliau sangat serius mengancam perdamaian, stabilitas, keamanan laut dan keselamatan serta kebebasan.
71
Latar belakang sejarah dan peninggalan-peninggalan zaman kuno seringkali sebagai alasan bagi Republik Rakyat Tiongkok RRT untuk
mempertahankan kalimnya atas kepemilikan Laut Cina Selatan. Hal ini yang kemudian ditindaklanjuti dengan show of force, yang cenderung menunjukkan
kekuatannya melalui aksi provokatif terhadap negara-negara pengklaim lainnya. Seperti terlihat didalam kebijakannya sejak tahun 1974 hingga
sekarang Republik Rakyat Tiongkok RRT secara intensif telah menunujukkan simbol-simbil kedaulatannya bahkan tidak jarang dengan
agresif melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal asing yang melintasi perairan Laut Cina Selatan guna mempertahankan sumber-sumber potensi
barunya yang dapat mendukung kepentingan nasionalnya.
72
Keteguhan sikap
Repblik Rakyat
Tiongkok RRT
dalam mempertahankan klaimnya atas Laut Cina Selatan juga berkaitan dengan
niatnya untuk memperoleh status sebagai kekuatan maritim yang handal bukan hanya di tingkat regional Asia Timur dan Asia Tenggara tapi juga
Internasional. Sebagai salah satu program moderenisasi, Republik Rakyat Tiongkok RRT berusaha mengembangkan kekampuan Angkatan Laut guna
meningkatkan statusnya dari “kekuatan pantai” menjadi kekuatan laut biru blue water navy, suatu kekuatan yang memiliki proyeksi jauh ke wilayah
71
Republika.co.idberitainternasionalglobal140521n5xeeo-pm-vietnam-cina-langgar- hukum-internasional diakses pada tanggal 03 Desember 2016
72
Setyasih Harini, Kepentingan Nasional China dalam Konflik Laut China Selatan, Surakarta, 2015, Hal. 4
samudera luas. Artinya, kekuatan laut biru dapat dijadikan sebagai penyeimbang kekuatan ekonomi yang semakin dipertimbangkan di area
internasional.
73
Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan mengapa kawasan ini menjadi sengketa banyak negara-negara. Yang pertama, wilayah kawasan Laut
Cina Selatan punya potensi ekonomi terutama kandungan minyak dan strategi militer terletak di pilihan laut internasional. Dengan arti strategis dan ekonomis
yang demikian, maka kawasan ini berpotensi mengundang konflik-konflik. Sebuah perairan dan kawasan yang mengandung minyak dan gas alam yang
tinggi memiliki peranan yang penting sebagai suatu jalur dan distribusi bagi perdagangan minyak dunia, membuat Laut Cina Selatan menjadi objek
perdebatan dan konflik dalam konteks regional dan internasional. Yang kedua, negara-negara yang bersengketa sangat membutuhkan
minyak untuk kelangsungan industri maupun kelangsungan ekonomi nasionalnya, sehingga banyak negara-negara yang terlibat didalam sengketa
ini, maka dari itu perlu dilakukan adanya penyelesaian sengketa internasional yang berdasarkan pada suatu resolusi internasional yakni, Resolution of
Bangladesh-India Maritime Boundary yakni suatu putusan oleh ITLOS Internasional Tribunal of the Law of the Sea yang mana memiliki latar
belakang konflik yang identik dengan konflik Laut Cina Selatan, yang telah diputus pada 7 Juli 2014 dan telah diakui keberadaannya.
73
http:id.wikipedia.orgwikiLaut-Cina-Selatan diakses tanggal 01 Desember 2016
B. Peranan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Internasional