BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah  melakukan  pembahasan  pada  bab-bab  terdahulu,  dalam  bab  V penulis  menyimpulkan  hasil  pembahasan,  maka  kesimpulan  dari  permasalahan
adalah 1.
Latar  belakang  terjadinya  sengketa  Laut  Cina  Selatan  adalah  dikarenakan kawasan Laut Cina Selatan merupakan kawasan bernilai ekonomis, politis dan
strategis  yang  sangat  penting.  Kondisi  geografis  posisinya  yang  strategis sebagai  jalur  pelayaran  perdagangan  SLOT  dan  jalur  komunikasi
internasional  SLOC  yang  menghubungkan  Samudera  Hindia  dan  Samudera
Pasifik.  Situasi  ini  merubah  jalur  Laut  Cina  Selatan  menjadi  rute  tersibuk  di dunia,  karena  lebih  dari  setengah  perdagangan  dunia  berlayar  melewati  Laut
Cina  Selatan  setiap  tahunnya.  Laut  Cina  Selatan  juga  dikenal  sebagai  jalur pelayaran  yang  penting.  Jalur  pelayaran  ini  seringkali  disebut  maritime
superhighway  karena  merupakan  salah  satu  jalur  pelayaran  internasional paling  sibuk  didunia.  Lebih  dari  setengah  lalulintas  supertanker    dunia
berlayar  melalui  jalur  ini  lewat  Selat  Malaka,  Sunda,  dan  Lombok.  Jumlah supertanker yang berlayar melewati jalur Selat Malaka dan bagian barat daya
Laut Cina Selatan bahkan lebih dari tiga kali yang melewati Terusan Suez dan bahkan  lebih  dari  lima  kali  lipatnya  Terusan  Panama.  Sumber  daya
hidrokarbon  juga  menjadi  daya  tarik  tersendiri.  Menurut  estimasi  Survei Geologi  Amerika  Serikat  USGS  60-70  hidrokarbon  di  kawasan  ini
merupakan  gas  alam.  Sementara  itu,  penggunaan  sumber  daya  gas  alam diproyeksikan bertambah sebanyak 5 pertahun untuk dua dekade yang akan
datang.  Jumlahnya  diperkirakan  sebanyak  20  triliun  cubic  feet  TCF  per tahun,  lebih  cepat  dari  bahan  bakar  lainnya.  Hal  inilah  yang  menyebabkan
Kawasan  Laut  Cina  Selatan  ini  menjadi  kawasan  primadona  yang  dianggap sangat  berpengaruh  dan  penting  sehingga  banyak  negara-negara  yang
memperebutkan  kawasan  ini  dan  mengklaim  kawasan  Laut  Cina  Selatan  ini sebagai wilayah milik negara mereka.
2. Dewasa  ini,  ada  beberapa  peran  dari  hukum  internasional  yang  dapat
dimainkan dalam menyelesaikan sengketa, yaitu :
a. Pada  prinsipnya  hukum  internasional  berupaya  agar  hubungan-hubungan
antar negara terjalin dengan persahabatan friendly relations among states dan tidak mengharapkan adanya persengketaan;
b. Hukum  internasional  memberikan  aturan-aturan  pokok  kepada  negara-
negara yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya; c.
Hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada para pihak  tentang  cara-cara,  prosedur  atau  upaya  yang  seyogyanya  ditempuh
untuk menyelesaikan sengketanya; d.
Hukum  internasional  modern  semata-mata  hanya  menganjurkan  cara penyelesaian secara damai, apakah sengketa itu sifatnya antar negara atau
antar  negara  dengan  subyek  hukum  internasional  lainnya.  Hukum internasional  tidak  menganjurkan  sama  sekali  cara  kekerasan  atau
peperangan. Peranan  hukum  yang  dimainkan  dalam  penyelesaian  sengketa
internasional  adalah  memberikan  cara  bagaimana  para  pihak  yang bersengketa  menyelesaikan  sengketanya  menurut  hukum  internasional,
yaitu dengan dua cara antara lain cara penyelesaian sengketa secara damai dan penyelesaian sengketa secara perang militer.
3. Dalam  sengketa  Laut  Cina  Selatan,  Permanent  Court  of  Arbitration
PCA memiliki peran-peran penting untuk menyelesaikan sengketa  Laut Cina Selatan ini. Putusan yang dihasilkan oleh lima hakim dalam lembaga
PCA  ini  menentukan  status  sejumlah  wilayah  di  Laut  Cina  Selatan  yang
menjadi  sengketa  antara  Cina  dan  sejumlah  negara  Asia  Tenggara, termasuk Filipina.
Putusan Mahkamah Arbitrase atau Permanent Court of Arbitration PCA ini dapat secara langsung atau tidak langsung digunakan sebagai panduan
dalam proses penetapan standar atau standard setting. Hasil  yang  diputuskan  oleh  Mahkamah  Arbitrase  atau  lembaga  PCA  ini
bersifat  mengikat,  namun  Mahkamah  Arbitrase  atau  PCA  ini  tidak memiliki  kekuatan  untuk  melakukan  pemaksaan.  Sehingga  apabila  hasil
putusan  ini  tidak  diterima  oleh  salah  satu  pihak  ataupun  menimbulkan kekacauan  maka  Mahkamah  Arbitrase  atau  lembaga  PCA  ini
mengembalikan sengketa ini kepada pengadilan.
B. Saran