14
BAB II KEDUDUKAN LEMBAGA PERMANENT COURT OF ARBITRATION
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
D. Pengertian Sengketa Internasional
Sengketa  biasanya  bermula  dari  suatu  situasi  dimana  ada  pihak  yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Hal ini diawali oleh perasaan tidak puas yang
bersifat subjektif dan tertutup. Kejadian ini dapat dialami perorangan maupun kelompok.  Perasaan  tidak  puas  akan  muncul  ke  permukaan  apabila  terjadi
conflict  of  interest.  Pihak  yang  merasa  dirugikan  akan  menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak kedua. Apabila pihak kedua dapat menanggapi
dan  memuaskan  pihak  pertama,  selesailah  konflik  tersebut.  Sebaliknya,  jika reaksi dari pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki nilai-
nilai yang berbeda, terjadi apa yang dinamakan dengan sengketa. Ditinjau  dari  konteks  hukum  internasional  publik,  sengketa  dapat
didefinisikan    sebagai  ketidaksepakatan  salah  satu  subyek  mengenai  sebuah fakta,  hukum,  atau  kebijakan  yang  kemudian  dibantah  oleh  pihak  lain  atau
adanya  ketidaksepakatan  mengenai  masalah  hukum  atau  fakta-fakta  atau konflik mengenai penafsiran atau kepentingan antara 2 bangsa yang berbeda.
Mahkamah  Internasional  Permanen  dalam  sengketa  Mavrommatis Palestine  Concessions  Preliminary  Objection  1924  mendefinisikan
pengertian sengketa sebagai : disagreement on a point of law or fact, a conflict of legal views or interest between two person.
Mahkamah  Internasional  mengungkapkan  pendapat  hukumnya  advisory opinion  dalam  kasus  Interpretation  of  Peace  Treaties  1950,  ICJ  Rep.65
bahwa  untuk  menyatakan  ada  tidakny  suatu  sengketa  internasional  harus ditentukan secara objektif.
Menurut  Mahkamah,  sengketa  internasional  adalah  suatu  situasi  ketika  dua Negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan atau
tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam perjanjian. Sengketa Internasional Internasional Dispute terjadi apabila perselisihan
tersebut melibatkan  pemerintah, lembaga  juristic  person  badan  hukum  atau individu dalam bagian dunia yang berlainan terjadi karena :
1. Kesalahpahaman tentang suatu hal;
2. Salah satu pihak sengaja melanggar hak  kepentingan negara lain;
3. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal;
4. Pelanggaran hukum  perjanjian Internasional.
18
Dalam  Case  Concerning  East  Timor  Portugal  vs.  Australia,  Mahkamah Internasional ICJ menetapkan 4 kriteria sengketa yaitu:
o    Didasarkan  pada  kriteria-kriteria  objektif.  Maksudnya  adalah  dengan  melihat fakta-fakta yang ada. Contoh:  Kasus penyerbuan Amerika Serikat dan Inggris ke
Irak
18
Boer Mauna,  Op.Cit, Hal 193.
o   Tidak didasarkan pada argumentasi salah satu pihak. Contoh: USA  vs.  Iran 1979 Iran case. Dalam kasus ini Mahkamah Internasional dalam mengambil putusan
tidak hanya berdasarkan argumentasi dari Amerika Serikat, tetapi juga Iran. o    Penyangkalan  mengenai  suatu  peristiwa  atau  fakta  oleh  salah  satu  pihak  tentang
adanya sengketa tidak dengan sendirinya membuktikan bahwa tidak ada sengketa. Contoh:  Case  Concerning  the  Nothern  Cameroons  1967  Cameroons  vs.  United
Kingdom. Dalam kasus ini Inggris menyatakan bahwa tidak ada sengketa antara Inggris dan Kamerun, bahkan Inggris mengatakan bahwa sengketa tersebut terjadi
antara  Kamerun  dan  PBB.  Dari  kasus  antara  Inggris  dan  Kamerun  ini  dapat disimpulkan  bahwa  bukan  para  pihak  yang  bersengketa  yang  memutuskan  ada
tidaknya sengketa, tetapi harus diselesaikandiputuskan oleh pihak ketiga. o    Adanya  sikap  yang  saling  bertentanganberlawanan  dari  kedua  belah  pihak  yang
bersengketa.  Contoh:  Case  Concerning  the  Applicability  of  the  Obligation  to Arbitrate  under  section  21  of the  United Nations  Headquarters  agreement  of  26
June 1947. Dalam studi hukum Internasional publik, dikenal 2 dua macam sengketa
Internasional. Adapun keduanya antara lain : 1
Sengketa hukum Sengketa  hukum  yaitu  sengketa  dimana suatu  negara  mendasarkan  sengketa
atau  tuntutannya  atas  ketentuan-ketentuan  yang  terdapat  dalam  suatu perjanjian atau  yang  telah  diakui  oleh  hukum  internasional.  Keputusan  yang
diambil  dalam  penyelesaian  sengketa  secara  hukum  punya  sifat  yang
memaksa kedaulatan negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan keputusan yang diambil hanya berdasarkan atas prinsip-prinsip hukum internasional.
2 Sengketa politik
Sengketa  politik  adalah  sengketa  ketika  suatu  negara  mendasarkan tuntutan  tidak  atas  pertimbangan  yurisdiksi  melainkan  atas  dasar  politik
atau  kepentingan  lainnya.  Sengketa  yang  tidak  bersifat  hukum  ini penyelesaiannya  secara  politik.  Keputusan  yang  diambil  dalam
penyelesaian  politik  hanya  berbentuk  usul-usul  yang  tidak  mengikat negara      yang      bersengketa.      Usul      tersebut         tetap  mengutamakan
kedaulatan  negara  yang  bersengketa  dan  tidak   harus  mendasarkan  pada ketentuan hukum yang diambil.
19
Dalam  praktiknya  tidak  dapat  kriteria  pembedaan  yang  jelas  antara sengketa hukum dan sengketa politik. Meskipun sulit untuk membuat pembedaan
yang  tegas  antara  keduanya,  namun  para  ahli  memberikan  penjelasan  mengenai cara membedakan sengketa hukum dan sengketa politik ini.
Menurut Friedmann, meskipun sulit untuk membedakan kedua pengertian tersebut, namun perbedaannya dapat terlihat pada konsepsi sengketanya. Konsepsi
sengketa hukum memuat hal-hal sebagai berikut : a.
Sengketa  hukum  adalah  perselisihan  antar  negara  yang  mampu diselesaikan oleh pengadilan dengan menerapkan aturan hukum yang telah
ada dan pasti.
19
Ibid, hal 188-189
b. Sengketa hukum adalah sengketa yang sifatnya memengaruhi kepentingan
vital  negara,  seperti  integritas  wilayah,  dan  kehormatan  atau  kepentingan lainnya dari suatu negara.
c. Sengketa hukum adalah sengketa dimana penerapan hukum internasional
yang ada cukup untuk menghasilkan putusan yang sesuai dengan keadilan antar negara dan perkembangan progresif hubungan Internasional.
d.
Sengketa  hukum  adalah  sengketa  yang  berkaitan  dengan  perengketaan hak-hak hukum yang dilakukan melalui tuntutan yang menghendaki suatu
perubahan atas suatu hukum yang telah ada.
20
Menurut  Sir  Humprey  Waldock,  penentuan  suatu  sengketa  sebagai sengketa  hukum  ataupun  sengketa  politik  bergantung  sepenuhnya  kepada  para
pihak yang bersangkutan. Jika para pihak menentukan sengketanya sebagai suatu sengketa hukum, maka sengketa tersebut adalah sengketa hukum. Sebaliknya jika
sengketa  tersebut  menurut  para  pihak  membutuhkan  patokan  tertentu  dan  tidak ada didalam hukum Internasional, misalnya soal pelucutan senjata maka sengketa
tersebut adalah sengketa politik.
21
Sedangkan menurut Oppenheim dan Kelsen, tidak ada pembenaran ilmiah serta tidak ada dasar kriteria objektif yang mendasari perbedaan antara
sengketa hukum dan sengketa politik. Menurut mereka, setiap sengketa
20
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, selanjutnya disingkat Huala Adolf III, 2004, hal  4
21
Ibid, hal 5
memiliki aspek politis dan hukumnya. Sengketa tersebut biasanya terkait antara negara yang berdaulat. Oppenheim dan Kelsen menguraikan pendapatnya
sebagai berikut : “All disputes have their political aspect by the very fact that they concern
relations between sovereign states. Disputes which, according to the distinction, are said to be of a legal nature might involve highly important political interest of
the states concerned; conversely disputes reputed according to that distinction to be a political character more often than not concern the application of a principle
or a norm of International law”
22
Huala  Adolf  mengeluarkan  pendapat  yang  sama.  Menurut  beliau,  jika timbul  sengketa  antar  dua  negara,  bentuk  atau  jenis  sengketa  yang  bersangkutan
ditentukan  oleh  para  pihak.  Bagaimana  kedua  negara  memandang  sengketa tersebut sebagai faktor penentu apakah sengketa yang terjadi merupakan sengketa
hukum atau sengketa politik.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembedaan jenis sengketa  hukum  dan  politik  Internasional  dapat  dilakukan.  Pembedaan  sengketa
dapat  dilakukan  dengan  melihat  sumber  sengketa  dan  bagaimana  sengketa tersebut  diselesaikan,  apabila  sengketa  terjadi  karena  pelanggaran  hukum
Internasional  maka  sengketa  tersebut  merupakan  sengketa  hukum.  Selain pelanggaran  terhadap  hukum  Internasional,  sengketa  dapat  terjadi  akibat  adanya
22
Ibid, hal 6
benturan  kepentingan  yang  melibatkan  lebih  dari  satu  negara,  sengketa  yang melibatkan kepentingan inilah yang disebut sengketa politik.
E. Sejarah Penyelesaian Sengketa Internasional