Tujuan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional

BAB III MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE GATT DAN WORLD TRADE ORGANIZATION WTO

A. Tujuan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional

World Trade Organization WTO atau organisasi perdagangan dunia merupakan satu-satunya internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antarnegara. Sistem perdagangan multilateral World Trade Organization WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang ditandatangani oleh Negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antarnegara anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangan di negaranya masing-masing. Sebagai satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antarnegara, World Trade Organization WTO merupakan sebuah pintu gerbang bagi suatu Negara untuk memperluas akses pasarnya. Indonesia merupakan salah satu Negara pendiri World Trade Organization WTO dan telah meratifikasi persetujuan pembentukan World Trade Organization WTO melalui UU Nomor 7 Tahun 1994. 102 Dalam banyak hal mekanisme penyelesaian sengketa telah membuat perbaikan-perbaikan yang sifatnya lebih mengikat diantaranya pertama, sebagai salah satu norma dasar terpenting dalam memulihkan kerugian akibat pelanggaran 102 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 11 atau perjanjian terkait, diharuskan mengacu pada dan mematuhi aturan-aturan dan posedur dari Understanding ini they shall have recourse to, and abide by the rules and procedures of this understanding. Selanjutnya dinyatakan bahwa mereka tidak boleh menentukan telah terjadinya pelanggaran atau bahwa keuntungan telah dihilangkan atau tidak dibayar nullified or unpaid. Selama berfungsinya DSU sejak tahun 1995 sampai dengan bulai Mei 2011 tercatat di Sekretariat World Trade Organization WTO sudah terdapat lebih dari 400 pengaduan perselisihan anggota terhadap satu sama lain. Jumlah ini berarti beberapa kali lipat yang diterima General Agreement on Tariff and Trade GATT 1947 selama hampir lima puluh tahun eksistensinya. Dari satu sisi hal ini mencerminkan perkembangan positif karena mencerminkan kepercayaan yang lebih dari para anggota World Trade Organization WTO terhadap system penyelesaian sengketa yang baru. Apalagi jika dilihat fakta bahwa pihak yang bersengketa tidak hanya Negara-negara maju, tetapi Negara-negara berkembang mulai mengadukan Negara maju atau sesame Negara berkembang. Namun masih menjadi pertanyaan apakah bertambahnya jumlah kasus perselisihan dagang yang diajukan ke World Trade Organization WTO mencerminkan efektivitas sistem penyelesaian sengketa World Trade Organization WTO atau hanya karena persoalan yang diaturnya bertambah banyak. 103 Satu hal yang tidak bisa dibantahkan adalah bahwa lembaga penyelesaian sengketa World Trade Organization WTO telah menghasilkan keputusan- keputusan yang telah memperkaya hukum General Agreement on Tariff and 103 http:kuliahhukumonline.blogspot.co.id201205uregensi-penyelsaian-sengketa-di- era.html, diakses tanggal 1 Juni 2016 Trade GATT dengan puluhan ribu halaman yurisprudensi. Ini merupakan pekerjaan rumah yang berat bagi para ahli hukum terlebih lagi bagi Negara berkembang yang miskin SDM di bidang ini. Ini berarti dalam memahami aturan- aturan World Trade Organization WTO tidak cukup dengan membaca dan memahami kesepakatan-kesepakatan internasional yang telah dicapai wakil-wakil pemerintah dalam putaran-putaran perundingan akan tetapi juga yurisprudensi ini. 104 Pada prinsipnya mekanisme penyelesaian sengketa World Trade Organization WTO mengedepankan win-win solution dengan menyerahkan pemecahan masalah kepada Negara-negara anggota yang bersengketa. Ini dibuktikan dengan adanya mekanisme konsultasi terlebih dahulu yang harus dilalui sebelum melangkah ke mekanisme panel yang merupakan real battle. Sebelum suatu sengketa perdagangan dibawa ke forum DSB dengan menggunakan aturan DSU dalam praktik sering sekali Negara anggota yang merasa kepentingan perdagangannya terganggu akibat diterapkannya suatu kebijakan oleh suatu Negara anggota lainnya, menyampaikan keberatannya terhadap kebijakan dimaksud ke forum sidang-sidang regular di markas World Trade Organization WTO di Jenewa Swiss. Keberatan dimaksud diajukan secara terbuka dalam siding regular World Trade Organization WTO dan tujukan kepada Negara anggota yang dianggap merugikan kepentingan perdagangannya dengan menyebutkan alasan keberatannya dan Negara anggota 104 Hata, Op.Cit, hal 169-173 yang menerapkan dimaksud kewajiban melakukana klasifikasi atas kebijakan tersebut. 105 105 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 31 Keahlian di bidang hukum dan perdagangan internasional merupakan syarat utama, selanjutnya pengetahuan tentang materi-materi yang diatur perjanjian World Trade Organization WTO. Tugas Dispute Settlement Body DSB tidak selesai dengan memberikan rekomendasi atau putusan akan tetapi sampai pada pengawasan implementasi putusan atau rekomendasinya. Jika laporan DSB menyebutkan bahwa tindak yang dikeluhkan adalah bertentangan dengan General Agreement atau salah satu perjanjian terkait, maka rekomendasi yang diberikan biasanya adalah meminta Negara yang bersangkutan untuk menyesuaikan kembali tindakannya dengan perjanjian yang relevan. Sebagaimana dilakukan pada masa General Agreement on Tariff and Trade GATT penyelesaian sengketa yang disukai adalah menghentikan secara berangsur-angsur tindakan yang dikeluhkan pihak lain, bukan lewat retaliasi atau ganti rugi. Namun prosedur penyelesaian sengketa World Trade Organization WTO melangkah lebih maju. Dalam tempo tiga puluh hari sejak diterimanya laporan panel, anggota yang bersangkutan akan diberi waktu yang pantas untuk melakukannya.akan tetapi berbeda dengan system GATT, dalam sistem World Trade Organization WTO waktu yang pantas tersebut tidak dilakukan sendiri tetapi harus disetujui DSB, atau setujui para pihak dalam tempo empat puluh lima hari arbitrase yang mengikat. Ketentua-ketentuan ini engan jelas telah menutup atau celah-celah bagi Negara. Mekanisme penyelesaian sengketa ke dalam dua kategori; a. Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat. b. Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan. 106 Tujuan dari mekanisme penyelesaian sengketa internasional adalah menguatkan solusi yang positif terhadap sengketa. Tahap pertama adalah konsultasi, tahap kedua panel, tahap ketiga Appellate Body badan banding dan tahap keempat Implementasi rekomendasi. Berikut ini dapat dijelaskan berbagai tahap yaitu : 1. Konsultasi Konsultasi merupakan proses yang pertama awal dari rangkaian mekanisme penyelesaian sengketa World Trade Organization WTO secara formal. Pada praktiknya bentuk konsultasi ini dilakukan berupa pertemuan fisik antara delegasi penggugat dan tergugat dan dapat dihadiri oleh pihak- pihak ketiga third parties yang memiliki kepentingan having a substantial interest. Article 4 DSU tidak mengatur secara jelas penentuan tempat diadakannya konsultasi. Pada praktiknya tempat konsultasi ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak penggugat dengan pihak tergugat dapat dilaksanakan di Negara penggugat atau Negara tergugat. Namun, pada 106 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional 2, Terjemahaan dari Bambang Iriana Djajaatmadja dari Inroduction to International Law. Jakarta : Sinar Grafika. 2004, hal 646 umumnya sering kali tempat konsultasi diadakan di Kota Jenewa dengan pertimbangan bahwa Kota Jenewa merupakan tempat yang netral. 107 Ketentuan General Agreement on Tariff and Trade GATT mengenai penyelesaian senegketa ini pertama-tama menekankan pentingnya konsultasi negosiasi di antara para pihak yang bersengketa. Konsultasi tersebut bisa berupa perundingan informal maupun formal, seperti melalui saluran diplomatik. 108 Dalam proses konsumtasi sering terjadi konsultasi dilakukan melebihi waktu 30 hari setelah tanggal penerimaan permintaan konsultasi. Hal ini dibenarkan asal waktu tersebut ditentukan atas kesepakatan kedua belah pihak yang bersengketa. Dispute Settlement Understanding tidak mengatur secara detail bagaimana konsultasi dilaksanakan, tata cara konsultasi diserahkan kepada kedua belah pihak. Pada praktiknya setelah tanggal dan tempat konsultasi disepakati kedua belah pihak, sebelum konsultasi dilaksanakan. Maka terlebih dahulu meminta menyampaikan pertanyaan secara tertulis terkiat substansi konsultasi. Pada tahap konsultasi ini, pihak- pihak bersengketa dapat menggunakan prosedur jasa-jasa baik, konsiliasi dan mediasi untuk melestarikan sengketa sejauh hal tersebut disepakati bersama. Prosedur jasa-jasa baik, konsiliasi dan mediasi dilaksanakan dalam waktu 60 hari setelah tanggal penerimaan permintaan untuk melakukan konsultasi. 109 Ada perkembangan dan pengaturan baru mengenai hal ini, pertama, diterimanya suatu prinsip yang dikenal dengan nama “otomatisitas” 107 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 34 108 Huala Adolf, Op.Cit, hal 143 109 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 34-35 automaticity. Dalam kerangka General Agreement on Tariff and Trade GATT yang lalu, suatu prosedur penyelesaian sengketa baru dapat maju ke tingkat yang lebih tinggi manakala ada persetujuan dari seluruh anggota General Agreement on Tariff and Trade GATT. Hal ini berarti, suatu Negara yang terlibat dalam suatu sengketa, lalu ia tidak setuju sengketanya diselesaikan lebih lanjut dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT, memiliki kekuasaan untuk memberhentikan suatu produk penylesaian sengketa. 110 2. Panel Panel adalah dewan ad hoc yang dibentuk dengan tujuan untuk menimbang dan memutuskan suatu sengketa tertentu dan dibubarkan ketika mereka telah menyelesaikan tugasnya. Permintaan pembentukan panel dapat diagendakan dalam awal siding DSB. Dalam awal siding DSB ini, dapat menghalangi blocking terbentuknya panel. Namun siding DSB berikutnya apabila mengajukan permintaan pembentukan panel untuk kedua kalinya tidak bisa melakukan blocking dan panel otomatis terbentuk. Kecuali DSB memutuskan secara consensus untuk tidak membentuk panel. Permintaan pembentukan panel wajib dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan apakah konsultasi telah dilakukan, mengidentifikasi tindakan-tindakan spesifik terkait isu di maksud dan menyusun ringkasan dasar hokum yang menjadi dasar keberatan untuk menjelaskan persoalan. 111 110 Huala Adolf, Op.Cit, hal 143 111 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 38 Pembentukan suatu panel dianggap sebagai upaya terakhir dan sifatnya otomatis dalam mekanisme penyelesaian sengketa menurut World Trade Organization WTO. Perjanjian World Trade Organization WTO menyatakan bahwa DSB, dalam hal ini fungsi badan etrsebut dilaksanakan oleh the WTO General Council, harus mendirikan suatu panel dalam jangka waktu 30 hari setelah adanya permohonan, kecuali ada konsesus para pihak untuk membatalkannya. Permohonan untuk pembentukan panel dibuat secara tertulis. 112 Panel harus menggunakan TOR terhadap suatu sengketa kecuali Negara penggugat tidak setuju dapat mengajukan bersamaan perbentukan panel tetapi jarang terjadi. Tugas panel melakukan penilaian secara objektif terhadap pokok masalahan yang diajukan termasuk penilaian objektif terhadap fakta-fakta serta penerapan dan kesesuaiannya dengan ketentuan perjanjian dalam World Trade Organization WTO yang relevan. 113 Pada praktiknya penentuan komposisi panel sering harus melalui perdebatan yang panjang dan sangat sulit dilakukana untuk menentukan posisi panel dapat menempuh waktu sampai berminggu-minggu. 114 112 Huala Adolf, Op.Cit, hal 145 113 Ade Maman Suherman, Op.Cit, hal 61 114 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 40 Setelah panel terbentuk oleh DSB kemudian dipilih 3 tiga orang penelis dari sejumlah nama yang dinominasikan oleh secretariat World Trade Organization WTO. Jika dalam waktu 20 hari etrjadi kebuntuan dalam penentuan penelis, maka masing-masing pihak dapat meminta ke World Trade Organization WTO untuk menunjuk penelis dan harus di;lakukan dalamw aktu 10 hari sejak permohonan tersebut. 115 Apabila dalam hal sengketa yang terjadi antara suatu Negara berkembang melawan suatu Negara maju, jika Negara berkembang tersebut meminta memasukkan setidaknya satu orang panelis yang berasal dari suatu Negara berkembang lainnya, World Trade Organization WTO harus mengkomodasi permintaan dimaksud. 116 Pasal 8 ayat 10 DSU mengatur komposisi panel manakalah satu pihak adalah Negara yang sedang berkembang. Pasal ini menyatakan bahwa manakalah suatu pihak yang bersengketa adalah Negara yang sedang berkembang maka Negara tersebut dapat memohon agar sedikitnya satu orang penelis berasal dari Negara sedang berkembang. Ketentuan pasal tersebut agak mencerminkan semangat hukum penyelesaian sengketa yang mensyaratkan kenetralan dan ketidakberpihakan hakim panel. Dalam arti, hakim panel bertugas menegakkan hokum, tanpa melihat siapa pihak yang bersengketa. Ketentuan pasal ini tampaknya dapat dimaklumi dengan melihat sejarah penyelesaian sengketa yang umumnya didominasi perkara dari Negara maju. Perjanjian World Trade Organization WTO menyatakan bahwa suatu laporan panel harus segera disahkan oleh DSB dalam jangka waktu 60 hari sejak dikeluarkannya laporan hasil pemeriksaan sengketa. 117 Hasil pekerjaan dan temuan panel dirumuskan dan dilaporkan secara tertulis Pasal 12 ayat 7. Laporan tersebut harus mencatumkan hasil penemuan panel yang menyangkut pokok sengketa, penetapan hukum etrhadap pokok sengketa dan alas an bagi penemuan dan rekomendasi panel. 115 Ade Maman Suherman, Op.Cit, hal 61 116 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 41 117 Huala Adolf, Op.Cit, hal 146 Para pihak masih di mungkinkan untuk mencapai kesepakatan penyelesaian sengketanya secara damai, meskipun proses panel tengah berlangsung. Manakala hal tersebut terjadi, panel tetap harus menyerahkan laporan yang di dalamnya mencantumkan gambaran singkat mengenai sengketa dan pernyataan bahwa suatu putusan telah dicapai di antara para pihak. 3. Appellate Body badan banding Jika ada suatu keberatan pada laporan panel, pihak-pihak yang bersenketa dapat meminta Appellate Body badan banding untuk memeriksa kesesuaian interprestasi hukum yang digunakan oleh panel Article 17 ayat 4 DSU. Dengan kata lain, banding tidak dilakukan untuk menguji kembali bukti-bukti yang ada atau bukti-bukti baru yang muncul, tetapi focus pada pemeriksaan terhadap kesesuaian interprestasi hokum yang dilakukan panel. Keputusan banding dapat menegakkan uphold, mengubah modifly, atau memutarbalikan reverse temuan-temuan dan putusan ari panel. Pemeriksaan kasus di tingkat banding dilakukan oleh Appellate body Badan Banding. Appellate Body adalah suatu kelompok yang terdiri dari tujuh orang yang diakui otoritasnya yang ditunjukkan dengan keahliannya di bidang hokum, perdagangan internasional, dan masalah yang mencakup perjanjian-perjanjian World Trade Organization WTO pada umumnya. Keanggotaan Appellate Body pada umumnya berasal dari perwakilan keanggotaan di World Trade Organization WTO. 118 118 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 50 Proses pemeriksaan banding tidak boleh lebih dari 60 hari, sejak para pihak memberitahukan secara formal keinginannya untuk banding Pasal 17 ayat 5. Namun, apabila Badan Banding Appellate Body tidak dapat memenuhi batas waktu tersebut maka ia dapat memperpanjang hingga maksimum 90 hari. Untuk itu, ia harus memberitahukan kepada DSB secara tertulis beserta alasan perpanjangan kapan laporan akan diberikan. Hasil proses pemeriksaan dilaporkan dan disahkan oleh DSB. Namun laporan dan pengesahan keputusan badan banding ini masih tetap dapat dicegah apabila para pihak sepakat untuk tidak dilakukannya pengesahan tersebut. 119 Pihak-pihak ketiga tidak dapat mengajukan banding terhadap panel report. Namun, pihak-pihak ketiga yang merupakan pihak-pihak ketiga pada tahapan panel dapat pula serta dalam banding yang dinamakan “third participant. Article 17.4 DSU mengatur bahwa pihak-pihak ketiga dapat mengajukan submisi tertulis dan diberikan kesempatan untuk didengar oleh Appellate Body. Setelah pengajuan pemberitahuan banding, Appellate Body memperlihatkan timetable yang ditetapkan dalam prosedur kerjanya. Appellate Body biaanya mengambil inisiatif dalam menyampaikan pertanyaan dan pihak yang bersengketa tidak diperbolehkan untuk menyampaikan pertanyaan ke pihak lainnya. Pada umumnya setelah sesi tanya jawab, pihak-pihak yang bersengketa dan third party participants diberi kesempatan untuk menyampaikan statements lisan lagi pada akhir siding. Setelah sidang 119 Huala Adolf, Op.Cit, hal 149 berakhir, Appellate Body menyirkulasikan laporannya ke anggota-anggota dalam waktu 60 hari setelah pengajuan pemberitahuan banding. 120 4. Implementasi rekomendasi Tahap akhir dari proses ini pelaksanaan rekomendasi. Hasil tersebut diserahkan langsung para pihak dan mereka diberi waktu 30 hari untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. Jika jangka waktu itu dirasakan tidak mungkin maka para pihak masih diberi waktu yang layak untuk dapat melaksanakannya. Untuk memastikan agar pihak yang dikalahkan melaksanakan rekomendasi DSB, maka DSB akan terus mengawasi pelaksanaan rekomendasi. Apabila para pihak, khususnya pihak yang terkena kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, ternyata gagal melaksanakan maka pihak lainnya dapat meminta wewenang kepada DSB untuk menangguhkan konsesi atau kewajiban-kewajiban lainnya terhadap pihak lainnya terhadap pihak lainnya itu. 121 Compliance review atau peninjaian kembali kesesuaian diatur dalam Article 21 ayat 5 DSU. Sering sekali terjadi adanya perbedaan pendapat antara anggota yang diwajikan melaksanakan implementasi dengan anggota yang telah memenangkan sengketa terkait apakah anggota yang diwajibkan melaksanakan implementasi tersebut telah melaksanakan implementasi dimaksud. Dalam beberapa kasus, anggota yang diwajibkan melaksanakan implementasi mengklaim telah melaksanakan implementasi sesuai rekomendasi dan putusan. Akan tetapi, anggota lainnya dalam kasus terkait 120 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 52 121 Huala Adolf, Op.Cit, hal 149 menganggap bahwa implementasi belum dilaksanakan secara penuhatau tidak sama sekali dilaksanakan. 122

B. Peran dan Fungsi GATT dan WTO dalam Menyelesaikan Sengketa