tujuan dan perjanjian pembentukan World Trade Organization WTO akan menjadi forum negoisasi bagi para anggota di bidang-bidang yang menyangkut
perdagangan multilateral, forum penyelesaian sengketa, dan melaksanakan peninjauan atas kebijaksanaan perdagangan. World Trade Organization WTO
dilengkapi dengan sejumlah organ yakni:
127
C. Keterlibatan Indonesia dalam Penyelesaian sengketa Perdagangan
1. Ministerial conference Ini merupakan organ utama yang keanggotaanya seluruh negara anggota.
Organ inilah yang akan melaksanakan fungsi-fungsi World Trade Organization WTO dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
tersebut.
2. General council Organ ini terdiri dari utusan-utusan negara anggota. Organ ini melaksanakan
fungsi-fungsi Ministerial Conference. 3. Council Trade in Goods
Badan ini dibawah General Council yang bertugas memantau pelaksanaan persetujuan yang dicapai dibidang perdagangan jasa.
4. Council for Trade Related Aspects of International Property Rights Badan ini di bawah General Council yang bertujuan di bidang aspek
perdagangan HAKI. 5. Dispute Setlement Body
Badan ini di bawah Ministerial Conference yang menyelenggarakan forum pelaksanaan penyelesaian sengketa perdagangan yang timbul di negara-negara
anggota.
6. Trade Policy Review Yang bertugas menyelenggarakan mekanisme pemantauan kebijakan di
bidang perdagangan.
Sepanjang Indonesia menjadi anggota General Agreement on Tariff and Trade GATT, tidak ada satu kasus pun yang melibatkan Indonesia ke hadapan
panel General Agreement on Tariff and Trade GATT. Umumnya kasus, yang muncul dan melibatkan Indonesia dengan sesame anggota General Agreement on
127
Thor B. Sinaga, Op.Cit, hal 121-122
Tariff and Trade GATT, dapat diselesaikan dalam tahap konsultasi. Penyelesaiannya belum ke tahap panel.
128
Dalam keanggotaan di World Trade Organization WTO, ada beberapa sengketa yang melibatkan Indonesia di tahap penyelesaian panel, di samping
sudah barang tentu penyelesaian melalui tahap konsultasi. Tahap konsultasi umumnya terjadi antara Indonesia dengan Negara maju, khususnya Amerika
Serikat.
129
128
Huala Adolf, Op.Cit, hal 150
129
Huala Adolf, Op.Cit, hal 150
Sehubungan penyelesaian sengketa WTO, maka Indonesia di dalam penetapan kebijakan dan peraturan perundangan harus konsisten dengan prinsip-
prinsip GATT sebab jika tidak Indonesia akan dituntut kehadapan Dispute Settlement Body Badan Penyelesaian Sengketa oleh Negara peserta lain yang
merasa dirugikan. Dalam keanggotaannya di WTO telah muncul beberapa sengketa yang melibatkan Indonesia baik dalam tingkat penyelesaian panel
maupun tingkat penyelesaian yang lebih dini melalui tahap konsultasi. Tahap konsultasi umumnya terjadi antara Indonesia dengan Negara maju, khususnya
Amerika Serikat. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa seluruhnya ada 9 sembilan kasus yang telah melibatkan Indonesia apakah sebagai pihak tergugat
4 kasus atau sebagai pihak penggugat 5 kasus. Table berikut akan memberikan gambaran tentang sengketa WTO yang melibatkan Indonesia di dalamnya sebagai
respondent tergugat. Table 1. Seluruh sengketa yang melibatkan Indonesia sebagai Respondent
tergugat antara tahun 1996-2013
Kode Nomor Sengketa
Pokok sengketa dan pihak penggugat Tahun
DS54 “Certain Measures Affecting the Automobile
Industry Penggugat: Masyarakat Eropa 3 Oktober 1996
DS55 “Certain Measures Affecting the Automobile
Industry Penggugat : Jepang 4 Oktober 1996
DS59 “Certain Measures Affecting the Automobile
Industry Penggugat : Amerika Serikat 8 Oktober 1996
DS64 “Certain Measures Affecting the Automobile
Industry Penggugat : Jepang 29 November 1996
DS455 Indonesia-Importating of horticultural product,
animals and animal product Penggugat : Amerika Serikat
10 Januari 2013
DS465 Indonesia-Importating of horticultural product,
animals and animal product Penggugat : Amerika Serikat
30 Agustus 2013
DS466 Indonesia-Importating of horticultural product,
animals and animal product Penggugat : New Zealand
30 Agustus 2013
DS490 Indonesia – Safeguard on Certain Iron or Steel
Products Chinese Taipei 19 Februari 2015
DS478 Indonesia
– Import
Licensing Regimes Penggugat : United States
8 Oktober 2015 DS477
Indonesia –
Import Licensing Regimes Penggugat : New Zealand
8 Oktober 2015 DS496
Indonesia – Iron or Steel Products Penggugat : Viet Nam
9 Desember 2015 Sumber : http:www.wto.orgEnglishtratop.html, dalam Sutiarnoto MS.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari tahun 1996 hingga tahun 2013 lalu Indonesia telah 7 kali diajukan sebagai tergugat oleh beberapa Negara
dalam forum penyelesaian sengketa WTO. Lebih jauh terlihat pula bahwa dari semua perkara yang mendudukkan Indonesia sebagai pihak tergugat, pihak yang
mengajukan gugatan atau penggugat semuanya Negara bersasal dari Negara maju seperti Jepang, Uni Eropa, Amerika Serikat dan terakhir New Zealand,
Jepang dan Amerika Serikat merupakan Negara yang paling sering mengajukan perkaranya atas Indonesia dengan catatan masing-masing dimana Jepang ebanyak
2 kali dan Amerika Serikat sebanyak 3 kali. Artinya sampai sampai sejauh ini
Indonesia masih belum pernah diajukan ke forum WTO oleh sesame anggota berkembang apalagi oleh sesama Negara anggota sekawasan ASEAN.
Keempat Negara dimaksud di atas yang mengajukan perkara dan menuntut Indonesia pada tahun 1996 dan tahun 2013 itu sesamanya berasal dari kelompok
Negara maju. Jika dilihat dari substansinya, maka perkara yang diajukan atas Indonesia pada tahun pertama 1996 adalah berkaitan dengan masalah “Certain
Measures Affecting the Automobile Industry” atau langkah-langkah tertentu yang mempengaruhi industry auti mobil, dalam istilah popular di dalam negeri disebut
sebagai kasus Mobil Nasional Mobnas. Dalam kasus ini pemerintah Jepang dan Amerika Serikat menganggap
bahwa kebijakan Mobnas Indonesia bersifat diskriminatif dan tidak sesuai dengan GATT karena Indonesia telah mengimpor mobil dari Korea Selatan dan
memasarkannya dengan fasilitas bebas pajak komponen impor dan pajak penjualan barang mewah. Kasus ini menjadi penting bagi Indonesia karena tela
mengundang perhatian dari kelompok Negara maju yang berasal dari European Communities atau masyarakat Eropa ekarang Uni Eropa, Amerika Serikat dan
Jepang yang memperkenankan Indonesia sampai ke panel. Selanjutnya pada tahun kedua 2013 Indonesia telah 3 kali diajukan sebagai tergugat yakni oleh
Amerika Serikat 2 kali da New Zealand 1 kali. Sebalinya Indonesia secara aktif telah 8 kali membawa sengketanya ke forum WTO dengan melibatkan
berbagai Negara, baik yang berasal dari kelompok Negara berkembang maupun dari Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal tersebut bisa dilihat dalam table
berikut ini:
Tabel 2. Seluruh Sengketa yang melibatkan Indonesia sebagai Complaint penggugat sampai dengan tahun 2013
Kode Nomor
Sengketa Para Pihak dan Pokok Sengketa
Tahun
DS123 Argentina : “Safeguard Measures on Imports of
Footwear Penggugat : Indonesia 22 April 1998
DS217 United Stated of America : “Continued Dumping and
Subsidy Offset Act 2000” Penggugat : Australia, Brazil, Chile, European
Commnunities, India, Indonesia, Japan, Korea Republic of dan Thailand
21 Desember 2000
DS312 Korea Republic of : “Anti Dumping Duties on
Imports of Certain Paper From Indonesia” Penggugat : Indonesia
4 June 2004
DS374 South Africa “ “Anti Dumping Measures on
Uncoated Woodfree Paper” Complainant : Indonesia
9 may 2008
DS406 United States of America : “Measures Affecting the
Production and Sale of Clove Cigarettes” Penggugat : Indonesia
7 April 2010
DS4518 Temporary increase of import tariffs on consumer goods tariff lines Penggugat : Indonesia
31 Desember 2011 DS442
European Union- Anti Dumping Measures on Imports of Certain Fatty Alcohols from Indonesia
Penggugat : Indonesia. Status terkini : Panel established, but not yet composed
30 Juli 2012
DS467 Australia-
Certain Measures Concerning Trademarks, Geograpical Indicatons and Other Plain
Packaging Requirements Applicable to Tobacco Product and Packaging Penggugat : Indonesia.
Status terkini : In consultations 20 September 2013
DS470 Pakistan – Anti Dumping and Countervailing Duty
Investigations on Certain Paper Product form Indonesia Penggugat : Indonesia Status terkini : in
Concultations 27 November 2013
DS467 Australia – Tobacco Plain Packaging Penggugat :
Indonesia 5 Mei 2014
DS442 EU – Fatty Alcohols Penggugat : Indonesia
18 Desember 2014 DS480
EU – Biodiesel Penggugat : Indonesia 31 Agustus 2015
DS491 US – Coated Paper Penggugat : Indonesia
28 September 2015 Sumber : http:www.wto.orgEnglishtratop.html, dalam Sutiarnoto MS.
Berdasarkan table di atas maka dapat dilihat bahwa kurang dari 2 tahun setelah Indonesia dituntut sebagai tergugat dalam kasus Mobnas, maka Indonesia
kembali ke forum penyelesaian sengketa WTO dengan berkedudukan sebagai penggugat untuk kasus lain yang melibatkan Argentina sengketa berkenaan
import kaus kaki, Korea sengketa berkenaan dumping untuk produksi kertas, Afrika Selaan sengketa berkenaan dumping kertas.
Menurut suatu sumber di departemen perdagangan, kasus-kasus perselisihan dagang antara Indonesia dengan negara-negara lain akhir-akhir ini
telah diselesaikan secara bilateral di luar kerangka General Agreement on Tariff and Trade GATT. Misalnya dalam persengketaan antara Indonesia dan MEE
mengenai rotan, Indonesia dan Amerika Serikat mengenai tarif dan non-tarif 1989. Begitu pula persengketaan mengenai subsidi dengan Amerika Serikat
1985 telah diselesaikan melalui konsultasi bilateral. Dalam penyelesaian sengketa demikian jelas sebagai pihak yang lemah, Indonesia telah menjadi
korban tekanan bilateral dari negara maju yang menjadi mitra dagangnya. Salah satu contoh lemahnya posisi Indonesia dalam melakukan konsultasi bilateral
dengan negara maju adalah ketika Amerika Serikat berhasil menggiring Indonesia untuk mau menandatangani Code of Subsidies and Countervailing Duties dan juga
menandantangani suatu perjanjian bilateral. Indonesia pernah menjadi Negara yang digugat oleh Negara anggota
World Trade Organization WTO lainnya, yaitu Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pada saat itu permasalahannya adalah kebijakan Indonesia dalam program
Mobil Nasional yang dianggap telah memberikan kemudahan bagi industri mobil
nasional merupakan bentuk diskriminasi dan dengan demikian telah melanggar ketentuan World Trade Organization WTO yang terkait dan Persetujuan Trade
Related Investment Measures TRIMs. Dalam tahap DSB, Panel memutuskan agar Indonesia menyesuaikan peraturannya agar selaras dengan peraturan World
Trade Organization WTO. Indonesia juga memiliki pengalaman menjadi pihak ketiga third party
bersama dengan beberapa anggota World Trade Organization WTO dalam sengketa antara Uni Eropa menghadapi Argentina tergugat dimana dalam kasus
ini Argentina dianggap melakukan diskriminasi dengan menetapkan tindakan safeguard berupa pembatasan impor produk alas kaki footwear yang berasal dari
beberapa Negara anggota World Trade Organization WTO termasuk Indonesia. Indonesia yang merupakan eksportir utama produk alas kaki ke Argentina merasa
dirugikan karena dikenakan tambah-an bea masuk specific duty sedang-kan negara-negara Mercosur Brazil, Uruguay, Paraguay tidak dikenakan tindakan
safeguard. Argentina akhirnya melakukan penyesuaian aturannya mengenai safeguard. Di samping itu, Indonesia bersama- sama dengan beberapa anggota
World Trade Organization WTO lainnya yaitu Canada, Mexico, Jepang, Brasil, India, Thailand, Chile, Korea Selatan dan European Union menggugat Amerika
Serikat dalam kasus US – Continued Dumping and Subsidy Offset Act of 2000” US – CDSOA.
Dalam kasus tersebut Indonesia bersama dengan negara lainnya menganggap kebijakan yang diterapkan Amerika Serikat dalam US – CDSOA
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang disepakati dalam Agreement WTO
tentang anti dumping Anti Dumping AgreementAD Agreement dan anti subsidi Subsidy and Countervailing Measures AgreementASCM Agreement. Kasus ini
kemudian dibawa ke sidang Panel pada tahun 2001. Dalam keputusannya Panel merekomendasikan kepada DSB untuk meminta AS agar menyesuaikan
peraturannya dengan persetujuan-persetujuan World Trade Organization WTO dengan cara mencabut kebijakan US – CDSOA. Terhadap keputusan Panel
tersebut, AS mengajukan banding ke Appelate Body. Dalam keputusannya di tahun 2003, Appelate Body juga merekomendasikan AS agar melakukan
penyesuaian dengan mengadakan perubahan kebijakan terkait dengan US – CDSOA atau yang juga dikenal dengan Byrd Amendment agar konsisten dengan
ketentuan World Trade Organization WTO. Hal ini dilakukan karena Appelate Body juga memutuskan bahwa Byrd Amendment tidak konsisten dengan
persetujuan-persetujuan World Trade Organization WTO.
130
Indonesia telah terlibat dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT sejak tanggal 24 Februari 1950. Sebagai Negara berkembang, Indonesia
telah menunjukan sikap yang positif terhadap pengaturan perdagangan bebas yang bersifat multilateral ini. Indonesia telah menjadi original member serta
meratifikasi Agreement Establishing The World Trade Organization tersebut melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994.
131
130
Freddy Josep Pelawi, Penyelesaian Sengketa Wto Dan Indonesia, Direktorat
Pengamanan Perdagangan, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
131
Hata, Op.Cit, hal 204
Pengaturan General Agreement on Tariff and Trade GATT juga memberikan peranan yang besar dalam
mengembangkan perdagangan internasional. Manfaat yang dirasakan Indonesia
dari pengaturan General Agreement on Tariff and Trade GATT adalah keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan ekspornya, terutama ekspor non
migas.
132
D. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Sebagai Bagian dari Pengawasan