nasional suatu negara harus terlebih dahulu ditempuh exhausted, contoh sengketa the Interhandel Case 1959, Mahkamah Internasional.
149
Prinsip ini diberikan untuk memberikan kesempatan pada pengadilan nasional untuk
memberikan remedy kepada pihak yang merasa dirugikan sebelum sengketanya diajukan ke tingkat internasional.
150
C. Prosescara Penyelesaian Masalah-Masalah Sengketa Internasional
Secara Damai
Gagasan mengutamakan penyelesaian sengketa secara damai ketimbang penggunaan kekerasan sudah dimunculkan sejak lama. Namun demikian secara
formal, usaha pembentukan lembaga, instrument hokum juga pengembangan teknik penyelesaiannya baru memperoleh pengakuan secara luas sejak
dibentuknya PBB tahun 1945.
151
Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan apabila para pihak telah menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.
J.G. Starke mengklasifikasikan suatu metode penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai atau bersahabat yaitu sebagai berikut : arbitrase,
penyelesaian yudisial, negosiasi, jasa-jasa baik good offices, mediasi, konsiliasi, penyelidikan, dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB.
152
149
Meria Utama, Op.Cit, hal 59
150
Sefriani, Op.Cit, hal 358
151
John Merrils, The Means of Dispute Settlement, dalam Evans, Malcolm D, Internation Law, Oxford University Press, First Edition, 2003, hal 530
152
J. G, Starke, Pengantar Hukum Internasional edisi kesepuluh, Buku 1, Penerjemah Bambang Iriana Djajaatmadja, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 646
Penyelesaian secara damai dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni: rujuk, penyelesaian sengketa di bawah perlindungan PBB, arbitrasi dan peradilan.
Melihat pandangan kedua ahli hukum di atas maka dapat terlihat bahwa penyelesaian sengketa secara damai
153
1.
Penyelesaian jalur diplomatik pada dasarnya dapat dilakukan berdasarkan:
Penyelesaian jalur diplomatik sering disebut pula dengan cara penyelesaian jalur politik. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyelesaian
sengketa internasional melalui jalur diplomatik.
154
a. Negosiasi
Negosiasi adalah suatu proses tawar menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi di
antara pihak.
155
Salah satu cara peran atau cara yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi regional tersebut adalah mendorong para pihak untuk
menghasilkan kesepakatan penyelesaian melalui sengketa.
156
153
Sugeng F Istanto, Hukum Internasional, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 1998, hal 88
154
Sefriani, Op.Cit, hal 361
155
Faisal Santiago, Op.Cit, hal 120
156
Huala Adolf, Op.Cit, hal 119
Pada umumnya negosiasi merupakan cara yang pertama kali dan saling banyak
digunakan pihak-pihak bersengketa dalam penyelesaian sengketa internasional mereka. Hal ini mengingat cara ini diakui sebagai cara yang
paling simple dan mudah dibandingkan cara-cara lain. Tidak ada tata cara khusus untuk melakukan negosiasi, dapat dilakukan bilateral maupun
multilateral, formal maupun informal. Namun demikian akan sulit melakukan negosiasi bilamana antar oihak-pihak yang bersengketa tidak
memiliki hubungan diplomatic atau saling tidak mengakui eksistensi
masing-masing sebagai subjek hokum internasional.
157
Prosedur-prosedur negoisasi adalah negoisasi digunakan digunakan ketika sengketa belum
lahir disebut pula sebagai konsultasi. Negoisasi digunakan ketika suatu sengketa telah lahir. Prosedur negoisasi ini merupakan proses penyelesaian
sengketa oleh pihak dalam arti negoisasi.
158
b. Jasa baik Good Offices
Ketika negosiasi tidak dapat menyelesaikan sengketa, pada umumnya pihak sengketa akan menggunakan jasaketerlibatan pihak ketiga.
Keterlibatan pihak ketiga dalam good officer tidak lebih dari mengupayakan pertemuan pihak-pihak bersengketa untuk berunding, tanpa
terlibat dalam perundingan itu sendiri.
159
Pihak ketiga disini sering disebut juga saluran tambahan komunikasi. Persoalan pertemuan yang sudah difasilitasi oleh pihak ketiga itu
kemudian berakhir tanpa keputusan ataupun kemudian para pihak bersengketa melanjutkan kembali perseteruan mereka sudah di luar
kompetensi pihak ketiga, bagaimanapun dengan berhasil mempertemukan kedua pihak bersengketa duduk bersama meja perundingan maka pihak
ketiag sudah dikatakan berhasil melakukan good offices.
160
c. Mediasi
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak imartial dan netral bekerja sama dengan pihak yang
157
Sefriani, Op.Cit, hal 362
158
Meria Utama, Op.Cit, hal 60
159
Sefriani, Op.Cit, hal 362
160
Ibid, hal 363
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan dengan memutuskan.
161
Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral untuk
membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa.
162
Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut
bisa individu pengusaha atau lembaga atau organisasi profesi atau dagang. Mediator ikut serta secara aktif dalam proses negoisasi. Biasanya
ia, dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral, berupaya mendamaikan para pihak dengan memberikan saran penyelesaian sengketa.
163
Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi mediasi adalah membangun
komunikasi antar disputing parties, melepaskan atau mengurangi ketegangan antara disputing parties sehingga dapat diciptakan atmosfi
yang kondusif untuk melakukan negosiasi, dapat menjadi saluran informasi yang efektif bagi disputing parties dan mengajukan upaya
penyelesaian yang memuaskan disputing parties.
164
Usulan-usulan penyelesaian melalui mediasi dibuat agak tidak resmi informal. Salah satu fungsi utama mediator adalah mencari berbagai
solusi penyelesaian, mengidentiikasi hal–hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulan–usulan yang dapat mengakhiri sengketa.
165
161
Gary Goodpaster dalam Djafar Al Bram, Penyelesaian sengketa Bisnis Melalui Mediasi, Jakarta : Pusat Kajian Ilmu Hukum Press, 2011, hal 11
162
Faisal Santiago, Op.Cit, hal 120
163
Meria Utama, Op.Cit, hal 60
164
Sefriani, Op.Cit, hal 363
165
Meria Utama, Op.Cit, hal 60
d. Pencari fakta fact findinginquiry
Fungsi dari inquiry adalah untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa dengan mencari kebenaran fakta, tidak memihak, melalui investigasi
secara etrus-menerus sampai fakta yang disampaikan salah satu pihak dapat diterima oleh pihak yang lain. Negara dan organisasi sering kali
menggunakan inquiry. Pencari fakta atau inquiry sering juga dibentuk melalui perjanjian internasional.
166
e. Konsiliasi conciliation
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketanya secara damai.
Ada perbedaan antara kedua istilah yaitu konsiliasi lebih format daripada mediasi. Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang individu atau suatu
badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Komisi konsiliasi bisa yang sudah terlembaga atau ad hoc sementara yang berfungsi untuk
menetapakan persyaratan–persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Namun putusannya tidak mengikat para pihak.
167
Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seroang individu atau suatu badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Komisi konsiliasi bisa
yang sudah terlembaga atau ad hoc sementara yang berfungsi untuk menetapkan persyaratanpersyaratan penyelesaian yang diterima oleh para
pihak. Namun putusannya tidaklah mengikat para pihak.
168
166
Sefriani, Op.Cit, hal 364
167
Meria Utama, Op.Cit, hal 60-61
168
Peter Behrens dalam Huala Adolf, Op.Cit, hal 14
f. Penyelesaian melalui PBB
Penyelesaian melalui jalur politik yang menggunakan jasa PBB dapat dilakukan oleh Sekjend PBB, Majelis Umum maupun Dewan Keamanan
Sekjend PBB sering kali diminta untuk menjadi mediator atau memberikan jasa baik oleh pihak-pihak bersengketa. Hal ini dikarenakan
pada umumnya seorang Sekjend PBB dianggap netral dan memiliki kompetensi untuk membantu menyelesaian sengketa oleh kedua belah
pihak bersengketa. Perlu persetujuan kedua belah pihak bersengketa tentunya untuk menggunakan mekanisme penyelesaian melalui Sekjend
PBB ini. Dalam melaksanakan tugasnya Sekjend PBB tidak boleh menerima perintah atau instruksi dari Negara manapun.
169
Adapun penyelesaian menggunakan Majelis Umum hanya bisa dilakukan ketika Dewan Keamanan sudah tidak mampu atau gagal untuk
mengemban tugasnya memelihara perdamaian keamanan internasional residual function. Adapun penyelesaian melalui Dewan Keamanan
adalah satu-satunya penyelesaian sengketa dalam hokum Internasional yang tidak memerlukan persetujuan para pihak lebih dahulu. Hal ini
ditegaskan dalam piagam PBB. Manakala dalam pertimbangan politik Dewan Keamanan sengketa antara dua Negara sudah mengancam
perdamaian, melanggar perdamaian internasional ataupun agresi maka Dewan Keamanan secara sepihak dapat memutuskan untuk intervensi
dalam sengketa tersebut. Namun demikian intervensi Dewan Keamanan
169
Sefriani, Op.Cit, hal 366
juga dapat dilakukan atas inisiatif salahs atu atau kedua belah pihak atau juga atas permintaan dari Majelis umum dan atau Sekjend PBB.
170
g. Penyelesaian melalui organisasi regional
Penyelesaian melalui organisasi regional seharusnya dilakukan lebih dahulu oleh para pihak yang bersangkutan sebelum membawa sengketa
tersebut ke forum yang lebih luas internasional atau dalam hal ini Dewan Keamanan PBB.
171
Untuk ASEAN, berdasarkan Treaty of Amity and Cooperation in Sountheast Asia, Negara-negara ASEAN sepakat untuk senantiasa
mencegah dan menyelesaikan sengketa yanga dapat menganggu perdamaian dan keharmonisan regional dengan itikad baik melalui
perundingan-perundingan yang bersahabat. Bilamana disepakati ASEAN menyediakan sebuah lembaga yakni high council yang terdiri dari
perwakilan-perwakilan Negara ASEAN setingkat menteri.
172
Di samping the High Council yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan segala sengketa yang dapat menganggu perdamaian dan
keharmonisan regional, ASEAN juga memiliki forum lain untuk menyelesaikan sengketa bidang kerja sama ekonomi yang dikenal dengan
sebutan Enhanced Dispute Settlement Mechanism SDSM atau juga
170
Ibid, hal 367
171
Ibid
172
Mohd. Burhan Tsani, Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta : Penerbit Liberty 1990, hal 116
popular dengan sebutan ASEAN way. Mekanisme ini dibentuk melalui protocol on dispute settlement mechanism 2004.
173
Adapun bab VIII tentang mekanisme penyelesaian sengketa merupakan salah satu dari penyempurnaan penyelesaian sengketa di ASEAN. Selain
memberikan pengakuan terhadap mekanisme yang telah ada dan berlaku atau existing.
Terkait dengan penyelesaian sengketa maka ada dua bab penting dalam piagam yaitu bab VII dan VIII. Di dalam bab VII, pengambilan keputusan,
piagam ASEAN telah melangkah lebih maju dari prinsip consensus yang selama ini dipakai tanpa ada pengecualian. Mekanisme ini serahkan
kepada ASEAN Summit yang tidak saja dapat memutuskan sebuah permasalahan tetapi permasalahan tetapi juga cara untuk
menyelesaikannya. Face “how a specific decision can be made” memberikan ruang untuk hal ini.
174
Arbitrase berasal dari bahasa latin “arbitrare” yang artinya kewenangan untuk menyelesaikan sesuatu dengan penuh kebijaksanaan.
2 Penyelesaian sengketa jalur hukum a. Penyelesaian sengketa melalui jalur hukum
175
173
Sefriani, Op.Cit, hal 368
174
Ibid, hal 369
175
Subekti, Artbitrase Perdagangan, Jakarta : Binacipta, hal 1
Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral. Pihak
ketiga ini bisa individu, arbitrase terlembaga atau arbitrase sementara ad hoc. Kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase yang pertama dan terpenting
adalah penyelesaiannya yang relatif lebih cepat daripada proses berpekara melalui
pengadilan. Keuntungan lainnya dari cara ini adalah sifat kerahasiaannya dan dimungkinkan para arbiter untuk menerapkan sengketanya berdasarkan kelayakan
dan kepatutan apabila memang para pihak menghendaki.
176
Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral. Pihak
ketiga ini bisa individu, arbitrase terlembaga atau arbitrase sementara ad hoc. Badan arbitrase dewasa ini sudah semakin populer. Dewasa ini arbitrase semakin
banyak digunakan dalam menyelesaikan sengketa-sengketa dagang nasional maupun internasional.
177
Apabila pihak yang bersengketa dalam arbitrase publik adalah Negara dengan Negara, maka pihak atau subjek-subjek hokum yang bersengketa dalam
arbitrase komersial internasional lebih luas. Pihak-pihak yang dimaksud bisa swasta melawan swasta, Negara melawan swasta atau bahkan Negara melawan
Negara. Penyelesaian sengketa secara damai yang lain, prinsip sukarela juga mendasari penyelesaian sengketa melalui lembaga ini. Adanya kesepakatan para
pihak untuk membawa sengektanya ke arbitrase haruslah terpenuhi sebelum arbitrase melaksanakan yurisdiksinya.
178
Dalam penyelesaiaan arbitrase ini para pihak memiliki kebebasan untuk memilih hakimnya arbiter yang menurut mereka netral dan ahli atau spesialis
mengenai pokok sengketa yang mereka hadapi. Dalam hal arbitrase internasional, putusan arbitrasenya relatif lebih dapat dilaksanakan di negara lain dibandingkan
apabila sengketa tersebut diselesaikan melalui misalnya pengadilan.
179
176
Meria Utama, Op.Cit, hal 61
177
Huala Adolf, Op.Cit, hal 16
178
Sefriani, Op.Cit, hal 374
179
Meria Utama, Op.Cit, hal 61
Penyerahan suatu sengketa kepada arbitrase dapat dilakukan dengan pembuatan suatu submission clause, yaitu penyerahan kepada arbitrase suatu sengketa yang
telah lahir. Alternatif lainnya, atau melalui pembuatan suatu klausul arbitrase dalam suatu perjanjian sebelum sengketanya lahir klausul arbitrase atau
arbitration clause. Baik submission clause atau arbitration clause harus tertulis. Syarat ini sangat esensial. Sistem hukum nasional dan internasional mensyaratkan
ini sebagai suatu syarat utama untuk arbitrase.
180
1 International Court of Justice ICJ
b. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan internasional Ada beberapa pengadilan internasional antara lain :
International Court of Justice ICJ merupakan salah satu organ utama primary organ PBB yang dibentuk oleh masyarakat bangsa-bangsa pada
tahun 1045. Organ ini diatur oleh statute mahkamah internasional ICJ statute yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PBB. Setiap
anggota PBB otomatis menjadi anggota statute. Meskipun demikian tidak ada kewajiban bagi tiap anggota PBB itu untuk membwa sengketanya ke
depan ICJ. International Court of Justice ICJ sering dianggap sebagai cara utama penyelesaian sengketa hokum antarnegara. Praktinya hanya
sekitar 4-5 perkara yang diajukan ke lembaga ini pertahun. 2
Permanent Court of International of Justice PCIJ Sebagai suksesor PCIJ, ICJ mewarisi arsi-arsip juga harta benda PCIJ saat
lembaga ini dibubarkan secara resmi tahun 1946. PCIJ yang merupakan
180
Huala Adolf, Op.Cit, hal 18
pendahuli ICJ yang beroperasi 1922-1940 berhasil menyelesaikan 66 kasus, 28 di antaranya advisory opinion.
3 International Tribunal for the Law of the Sea, berbagai Adhoc Tribunal,
juga International Criminal Court ICC.
181
D. Hubungan Penyelesaian Sengketa GATT dan WTO dengan Bentuk